Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Radiasi Ponsel? Tak Perlu Dicemaskan

Teknologi | Wednesday, 06 Dec 2023, 08:28 WIB
Ponsel telah menjadi bagian yang lekat dengan kehidupan kita. Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA via republika.co.id.

PONSEL yang kita gunakan memancarkan radiasi. Tapi, hal ini tidak perlu kita cemaskan. Setidaknya itu menurut sejumlah pakar.

Setiap hari kita selalu menenteng ponsel. Bisa dibilang ponsel adalah benda yang selalu dekat dengan tubuh kita. Penggunaan ponsel yang berlebihan telah dikaitkan dengan berbagai masalah, termasuk masalah tidur, peningkatan kadar kortisol, nyeri sendi, dan bahkan masalah relasi.

Bagaimana dengan masalah radiasi? Anda tidak perlu khawatir.

“Tidak ada risiko yang berbahaya,” kata Gayle Woloschak, dekan dan profesor radiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, belum lama ini.

Seperti halnya semua ponsel (bersama dengan jaringan Wi-Fi, stasiun radio, remote control, dan GPS), ponsel pintar memang memancarkan radiasi. Hal ini dikatakan Emily Caffrey, asisten profesor fisika kesehatan di Universitas Alabama di Birmingham.

“Banyak orang berpikir ‘radiasi adalah radiasi,’ tetapi tidak semuanya sama.” Kata Dr Woloschak. “Tidak ada kerusakan DNA yang terlihat dari penggunaan ponsel.”

Selama ini, ponsel menggunakan gelombang energi yang tidak terlihat untuk mengirimkan suara, teks, foto, dan e-mail ke menara seluler terdekat, yang dapat mengirimkannya ke hampir semua tempat di dunia.

Menurut sejumlah otoritas kesehatan, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), hampir tiga dekade penelitian ilmiah tidak mengaitkan paparan radiasi ponsel dengan masalah medis seperti kanker.

“Radiasi” menggambarkan banyak jenis energi, beberapa di antaranya membawa risiko. Demikian menurut Dr. Howard Fine, direktur Pusat Tumor Otak di NewYork-Presbyterian Weill Cornell Medical Center di New York City.

“Bom atom, atau, pada tingkat yang jauh lebih rendah, mesin sinar-X, memancarkan energi yang disebut radiasi pengion yang — dalam dosis yang cukup tinggi atau cukup sering — dapat merusak DNA dan menyebabkan kanker,” kata Dr. Fine.

Itulah sebabnya mengapa kita perlu mengenakan selimut pelindung timah selama menjalani sinar-X.

Sementara itu, Emily Caffrey mengatakan bahwa energi ponsel pintar masuk dalam kategori yang disebut radiasi non-pengion, yang tidak cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan ini.

Radiasi pengion yang lebih berbahaya dapat memisahkan elektron dari atom, yang membentuk DNA kita. Seiring waktu, kerusakan DNA dapat menyebabkan kanker.

Sebagian besar ahli dan otoritas kesehatan seperti FDA, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, serta Organisasi Kesehatan Dunia sepakat bahwa tidak ada bukti bahwa radiasi ponsel pintar menyebabkan masalah kesehatan. Namun, beberapa penelitian selama bertahun-tahun telah menjadi berita utama karena menunjukkan kaitan ponsel dengan tumor otak. Namun, kata Dr. Fine, banyak dari penelitian ini telah dibantah, termasuk yang berfokus pada jaringan seluler generasi kelima, atau 5G.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2010, misalnya, para peneliti menemukan hubungan kecil antara satu jenis tumor otak dan tingkat penggunaan ponsel yang paling tinggi. Namun, para peneliti studi itu sendiri mencatat bahwa “bias dan kesalahan” menghalangi mereka untuk membuktikan sebab dan akibat. Dari berbagai kelemahan penelitian ini, menurut penulisnya, salah satunya adalah penelitian ini mengandalkan penderita kanker otak untuk mengingat dengan tepat berapa banyak mereka menggunakan ponsel selama bertahun-tahun.

Semua ahli yang diwawancarai untuk hal tersebut mengatakan bahwa beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ponsel pintar menimbulkan risiko radiasi tidak benar-benar membuktikan bahwa ponsel menyebabkan masalah kesehatan tersebut.

Hampir tidak mungkin untuk menempatkan ponsel dalam daftar penyebab seseorang terkena kanker, kata Dr Fine. Faktor-faktor risiko yang tidak terkait, seperti paparan polusi udara, merokok, kebiasaan tidak sehat, atau bahkan hanya kebetulan, bisa saja menjadi penyebabnya.

Ponsel saat ini tidak seperti ponsel di awal tahun 2000-an. Ponsel yang akan kita gunakan pada dekade berikutnya juga akan berbeda. Hal ini membuat sulit untuk mempelajari risiko jangka panjang dari satu ponsel. Tetapi Dr. Fine mengatakan radiasi sebenarnya telah menurun dengan teknologi yang lebih baru. Adapun Dr. Woloschak mengatakan jaringan baru juga tidak lebih berisiko daripada jaringan lama.

“Radiasi 5G tidak lebih tinggi dari 4G,” katanya. “Ini hanya memungkinkan transfer data yang lebih besar.”

Meski demikian, sejumlah otoritas nasional dan mitra internasionalnya menetapkan batas radiasi untuk ponsel baru. Hal ini menjelaskan mengapa, pada bulan September lalu, pihak berwenang Prancis mengatakan kepada Apple bahwa mereka harus menurunkan tingkat radiasi yang dipancarkan oleh iPhone 12 agar sesuai dengan batas maksimumnya. Apple meluncurkan pembaruan perangkat lunak untuk memperbaiki masalah ini.

Dr. Caffrey mengatakan bahwa batasan ini didasarkan pada tingkat radiasi yang secara teoritis dapat meningkatkan suhu tubuh kita sepersekian derajat. Menurutnya, radiasi perlu memanaskan tubuh kita beberapa derajat untuk bisa menimbulkan risiko kesehatan seperti luka bakar atau demam. “Ponsel tidak akan pernah melakukan hal semacam itu,” simpulnya.***

Sumber: Channel News Asia

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image