Dramaturgi Para Caleg dalam Membangun Citra Diri
Politik | 2023-12-05 21:30:56Kita semua pastinya pernah mengalami dramaturgi dalam kehidupan masing-masing, yang melakukan interaksi sosial dengan menujukkan sisi terbaik kepada orang lain. Dalam dramaturgi tidak terlepas dari adanya front stage dan back stage, front stage dapat diartikan sebagai panggung depan yakni bagaimana peran kita saat tampil berhadapan dengan orang lain. Sedangkan back stage adalah panggung belakang yang berbeda dengan konsep saat ditampilkan pada panggung depan. Teori dramaturgi tidak luput pengaruh dari The Looking Glass Self, yang memiliki tiga komponen misalnya kita berkembang sebagaimana kita seperti orang lain, dan memikirkan suatu tentang bayangan bagaimana mereka menilai penampilan kita, serta kita mengembangkan perasaan akan diri kita seperti malu, bangga, dan lainnya sebagai hasil dari penilaian orang lain.
Teori ini dipopulerkan oleh sosiologi bernama Erving Goofman yang terdapat pada karya bukunya berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life” pada tahun 1959. Beliau mempersamakan antara realitas manusia ke dalam sebuah panggung pertunjukkan, yang mengatakan bahwa manusia selalu disibukkan dalam proses bagaimana mereka menciptakan kesan terhadap orang lain dan bagaiamana orang lain menciptakan kesan terhadap mereka. Perilaku interaksi yang dilakukan dalam pertunjukan kehidupan seehari-hari yang menampilkan diri dengan cara yang sama, seperti pertunjukkan yang di masyarakat dalam memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi diri adalah penerimaan masyarakat akan manipulasi, jadi jika aktor berhasil dalam mempresentasikan diri atau membangun citra diri maka masyarakat akan menilai aktor tersebut sesuai sudut yang diperlihatkan aktor tersebut.
Seperti halnya dengan kampanye para Caleg yang diusung oleh partai politik, karena partai politik menjadi salah satu aktor dalam sistem politik yang memiliki maksud untuk mempengaruhi pandangan publik atau masyarakat terhadap agenda politik dan Caleg yang mereka usung. Menggunakan iklan sebagai media untuk menyampaikan pesan serta membangun citra diri yang baik. Hal tersebut dilakukan karena dinilai efektif dalam kampanye pemilihan umum yang juga bertujuan untuk mempengaruhi persepsi dan sikap calon pemilih. Terdapat berbagai metode dalam pelaksanaan kampanye yakni melalui iklan media cetak, pemasangan alat peraga kampanye Pemilu di tempat umum, dan yang paling populer digunakan pada masa kini yakni lewat media sosial guna menyakinkan pemilih dan membentuk citra diri. Terbukti dengan para Caleg yang bersama partai politik berlomba-lomba mempromosikan diri jelang Pemilu, terkadang juga seringnya blusukan yang diliput media agar dipublikasikan dan tidak ketinggalan dengan memasukkan visi misi yang dapat menarik suara lewat baliho yang terpasang dijalan raya.
Banyaknya Caleg yang memberikan janji-janji manis saat berkampanye dan melakukan hal terpuji dengan sering memberi sembako pada masyarakat yang membutuhkan untuk marik simpati rakyat, serta program-program kerja yang akan dilakukan saat terpilih seperti pendidikan dan kesehatan yang gratis, pemberantasan kemiskinan, membuka lapangan kerja, dan lain sebaginya. Hal tersebut dilakukan karena adanya usaha para Caleg yang ingin membangun citra diri kepada masyarakat agar memberikan kesan yang baik dan mendapatkan penilaian yang membentuk kesan dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.
Namun sering kali kita jumpai para Caleg ketika sudah memenangkan dalam kontestasi politik cenderung lupa akan janjinya kepada rakyat, tidak jarang rakyat menagih janji atau program yang akan dilakukan ketika sudah terpilih, namun bisa kita lihat bahwa mereka menunjukkan sikap bahwa seakan-akan tidak pernah mengucapkan janji tersebut dan terkesan tidak mendengarkan aspirasi dari rakyat. Adapun kasus yang menujukkan para wakil rakyat bertindak arogan yang bisa terlepas dari jerat hukum. Dengan hal tersebut bisa kita lihat bagaimana dramaturgi yang dilakukan para Caleg yang sangat berbanding balik dengan masa kampanye yang saling unjuk kemampuan dalam membangun citra diri.
Pada front stage atau biasa panggung depan para caleg menampilkan pertunjukan yang berupa sikap maupun perkataan akan janji-janji manis pada masyarakat yang memiliki kepentingan untuk maeraih suara dari masyarakat tersebut untuk memenangkan kontestasi politik. Dan ada juga pada middle stage yang digunakan para caleg untuk bersiap atau membuat rencana-rencana yang strategis untuk bisa menyakinkan masyarakat akan citra diri yang sedang dibangun. Dan pada back stage yakni panggung belakang yang menampilkan sikap asli para Caleg tanpa diliput media, yang tanpa mengkhawatirkan penilaian buruk dari masyarakat terhadap dirinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.