Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Mental Generasi Setipis Tisu Dibelah Tujuh, Kemana Arah Pendidikan?

Gaya Hidup | Thursday, 30 Nov 2023, 20:57 WIB
Media sosial begitu seringnya menayangkan berita terkait bunuh diri dan mental illnes. Korban tak hanya usia senja, namun mereka yang muda, produktif, berpendidikan justru paling banyak melakukannya. Disinyalir oleh beberapa pakar ada beberapa pemicunya seperti media sosial, tingkat bullying yang kian di luar nalar, dan lainnya.

Seperti yang baru-baru ini diberitakan, ada seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP. Kasatreskrim Polres Pekalongan, AKP Isnovim membenarkan adanya kejadian tersebut (detik.com, 23/11/2023).

Menurut Isnovim, dari keterangan saksi yakni ibu korban, peristiwa tersebut bermula pada Rabu (22/11), sekitar pukul 12.30 Wib. Dimana anak ini terus bermain HP. Oleh ibunya ditegur agar berhenti untuk makan siang. Kemudian HP dimintanya. Saat HP diminta, bocah ini marah dan lantas pergi masuk ke kamarnya dan mengunci diri. Sore harinya sekitar pukul 15.30 WIB, sang ibu berniat membangunkan anaknya yang dikira masih tertidur, agar segera berangkat mengaji ke TPQ.


Namun, setelah beberapa kali pintu kamar diketuk, tidak ada jawaban. Melalui lubang pintu, sang ibu mengintip kondisi dalam kamar. Dari celah pintu kecil itu, diketahui bocah itu, sudah tergantung dengan menggunakan kain selendang yang diikatkan di jendela kamarnya yang terletak di atasnya kasur. Setelah pintu kamar bisa dibuka paksa, korban langsung di bawa ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis. Berdasarkan bukti-bukti hasil pemeriksaan medis puskesmas, korban dinyatakan sudah meninggal.

Bertambahnya Kasus Kian Memprihatinkan

Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2023 tercatat ada 20 kasus bunuh diri anak. Nahar. Para korban bunuh diri ini merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi. “Catatan kami tahun 2023 saja kasus bunuh diri anak sudah sampai di angka 20 kasus. Penyebab, ada depresi, dugaan perundungan, dan banyak penyebabnya,” kata Nahar (rri.co.id, 11/11/2023).

Tahun 80 an, anak usia 10 tahun masih disebut anak ingusan, beda zaman memang beda tantangan. Dan kemajuan teknologi mau tak mau akan membawa dampak negatif jika tidak diiringi dengan sistem yang baku. Satu kata , tragis! Untuk seorang anak 10 tahun yang tanpa berpikir panjang mampu mengambil keputusan untuk melakukan bunuh diri, hanya gara-gara disuruh ibunya berhenti main HP.


Kasus ini seharusnya menjadi perhatian, sedihnya belum ada perhatian pemerintah secara serius, mengingat usia anak yang sangat belia. Apalagi mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Tentu tidak bisa dianggap sepele, sebab mereka adalah generasi selanjutnya yang bakal meneruskan peradaban negeri ini. Jika mental mereka hanya setebal tisu dibelah tujuh adakah harapan baik masa depan lebih menjanjikan?


Ada banyak hal yang perlu diperhatijkan di antaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri, dan juga kondisi mental anak-anak. Pergaulan di lingkungan mereka tinggal, bebasnya akun negatif diakses masyarakat dan acuh tak acuh ya masyarakat melihat ketidakberesan di sekitar mereka juga menjadi pemicu semakin bertambahnya Kasus bunuh diri.


Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, Masyarakat maupun negara. Tentu kita akan meminta pemerintah untuk lebih serius memperhatikan masalah ini, di tangan mereka ada kekuasaan, jika mindsetnya hanya sekadar untuk memudahkan kepentingan pribadi, golongan, komunitas, partai dan lainnya yang selain rakyat, maka ini adalah bentuk kezaliman.

Rasulullah saw bersabda, “Kekuasaan itu awalnya bisa mendatangkan cacian, kedua penyesalan dan ketiga azab dari Allah pada Hari Kiamat nanti; kecuali bagi yang berkuasa (memimpin) dengan dasar kasih-sayang dan keadilan”. (HR ath-Thabarani).

Islam Solusi Hakiki

Allah SWT berfirman yang artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (TQS an-Nisa:29). Maka, sebagai agama yang sempurna, yang tak hanya mengatur akidah dan ibadah , namun juga syariat yang menjadi solusi bagi setiap persoalan manusia. Syariat akan memastikan manusia rakyat individu per individu mengenal Allah dan menetapkan berbagai aturan syariat agar mengenal Allah menjadikan setiap manusia percaya dan yakin Allah Maha Mencintai.

Maka, ada serangkaian aturan yang diterapkan negara berdasar syariat Islam, untuk mewujudkan bergantungnya seorang hamba hanya kepada Allah dengan memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan anak yang berkualitas. Di sisi lain, penguasa akan menjamin terselenggaranya jaminan negara atas keamanan, pendidikan , kesehatan, sandang , pangan dan papan.

Islam memiliki sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkarya dan kuat iman dan kuat mental. Kita bisa bandingkan dengan anak-anak Palestina yang hari ini viral di media sosial. Mereka telah kehilangan segalanya, menyaksikan dengan mata kepala sendiri pembantaian demi pembantaian orangtua, keluarga, saudara hingga tetangga mereka, setiap saat yang terdengar di angkasa deru pesawat dan sedetik berikutnya dentuman bom yang meledak.

Setiap hari hanya menghitung giliran, kematian bukan lagi momok tapi ditunggu, dengan penuh keyakinan dan keimanan. Lisan mereka tak lepas dari zikir dan hafalan bacaan Alquran, sehingga bertambah kuatlah setiap hari keimanannya. Dalam kesempitan itu, mereka tetap belajar ilmu umum dan menghafal Alqur’an. Cita-cita mereka syahid. Mungkin ada yang bilang karena situasi perang tentu berbeda dengan negara kita, ingat, menjadi seperti mereka bukan instan. Melainkan upaya yang terus menerus dan begitulah sistem pendidikan Islam.

Mereka tumbuh menjadi generasi matang dan berkepribadian Islam, peka akan penderitaan masyarakat dan fokus pada jalan perubahan yaitu dengan terus bersama Islam. Jelas, ini menjadi alasan kuat mengapa kita harus cabut sistem aturan sekuler yang diterapkan hari ini, dan menggantinya dengan syariat Islam kafah, dimana agama tidak lagi dipisahkan dari kehidupan. Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image