Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Perempuan Harus Bersatu Wujudkan Sosialisme Pancasila

Politik | 2023-11-30 10:34:07

Tugas mendesak gerakan perempuan Indonesia hari ini adalah bersatu untuk mewujudkan sosialisme Indonesia berdasar Pancasila Dan UUD 1945.

Pasalnya, tugas kaum perempuan dari waktu ke waktu terus berubah. Pada masa revolusi Perancis, gerakan perempuan hanya berbicara untuk dihargai di tengah masyarakat. Dilanjutkan era Kartini, gerakan perempuan mengarah ke tuntutan emansipasi atau keseteraan gender. Dimana kaum perempuan tidak hanya menuntut hak untuk diakui, tapi juga berhak untuk setara dengan kelas lelaki.

Namun, saat ini perempuan harus bersatu untuk meruntuhkan sistem yang tidak berpihak agar terwujud masyarakat yang adil dan makmur. Mewujudkan Indonesia menjadi negara yang gemah rimpah loh jinawi. Sosialisme Pancasila ini akan diejawantahkan dengan pendidikan gratis, kesehatan gratis, tidak ada penindasan manusia atas manusia, tidak ada Rezim Upah Murah, dan sebagainya.

orang yang mengatakan sosialisme itu jahat, berarti orang yang tidak paham sejarah, karena sejak dulu cita-cita bangsa Indonesia ini adalah sosialisme.

GmnI Komisariat Universitas Terbuka berpesan jika dibutuhkan revolusi mental dalam setiap pergerakan, baik itu kaum wanita ataupun sebagai sebuah bangsa. Revolusi mental (yang bukan Revolusi Mental yang kaleng kaleng) yang kita maksud adalah, Indonesia tidak boleh menjadi penyembah negara lain, tetapi kita mencoba untuk bisa sejajar dengan mereka. Hal ini lah yang dinamakan dengan trisakti, berdaulat secara politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Kepada kaum perempuan untuk bisa mengoordinasi diri sendiri dan berkumpul bersama, salah satunya dengan berorganisasi. Dengan begitu, perempuan bisa saling memahami semua persoalan. Perjuangan sekarang bukan lagi soal kepentingan pribadi lagi, tetapi juga menyangkut kepentingan bersama.

masih sangat sedikit perempuan yang ingin benar-benar berjuang untuk kemajuan bangsa. Penilaian perempuan pejabat dilihat dari sasak dan sepatu tinggi. Padahal, sasak dan rambut tinggi tidak bisa menyelesaikan masalah.

masih banyak perempuan yang hanya berpikir parsial dalam berjuang di kursi legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Dimana, perempuan hanya akan mendukung satu program yang menyentuh kepentingan partainya saja atau lembaganya saja tanpa memikirkan kepentingan rakyat marhaen.

perempuan Indonesia pernah menunjukkan dirinya sebagai kekuatan politik yang signifikan, berada di barisan terdepan perubahan. Namun, kekuatan ini mulai tercerai berai dan akhirnya menempatkan perempuan pada fungsi yang dinarasikan patriarki.

Tidak ada kebebasan nasional tanpa kebebasan perempuan!

persoalan yang menimpa perempuan, dulu dan kini, juga belum ada perubahan yang signifikan. Mulai dari poligami, perkosaan, hingga diskriminasi peran dalam tata aturan hingga kehidupan sosial.

Lebih dari itu, kemerdekaan Indonesia belum benar-benar bisa dinikmati semua warga negara. Sebab, masih ada perempuan yang belum bebas mengungkapkan pendapat. Persoalan-persoalan yang menimpa perempuan ini kebanyakan memang tidak dialami laki-laki.

Saatnya perempuan Indonesia bersatu!

Perempuan punya hak berpendapat dan berorganisasi. Karena hak berorganisasi merupakan hak semua rakyat banyak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image