Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bung Maja

Benarkah Hati Maya Regev Tertinggal di Gaza?

Info Terkini | Thursday, 30 Nov 2023, 00:54 WIB
Maya Regev

"Bye Maya"

“Bye shukran”

Demikian percakapan yang terdengar saat Pejuang Hamas melepas Maya Regev, seorang tawanan perempuan muda jelita untuk memasuki mobil yang akan membawanya pulang. Momen ini banyak diperbincangkan di media sosial baik oleh netizen Indonesia dan bahkan dari mancanegara. Betapa tidak? Keseluruhan momen yang diperkirakan berlangsung tegang atau setidaknya dingin ini terlihat seperti perpisahan rombongan yang telah berkunjung ke sanak saudara, dan tiba saatnya untuk berpamitan.

Terkait Maya Regev, perpisahannya yang anggun tersebut menuai respek dan pujian bagi siapapun yang menyaksikannya dari media sosial, karena berlangsung dengan tenang, damai, dan “romantis”. Sungguh, momen itu tidak nampak seperti “pause” dalam peperangan.

Netizen yang terbawa perasaan menggambarkan situasi tersebut dengan persepsi masing-masing namun benang merahnya hampir sama, yaitu dengan memaknainya sebagai kisah cinta menurut versinya sendiri, seperti dalam drama Korea atau sinetron yang mereka sering tonton.

Multi Interpretasi

Beragam interpretasi yang berkembang terkait apa yang terkandung dari ekspresi Maya tersebut.

- Apakah Maya bersikap ramah sebagaimana manusia biasa yang apabila diperlakukan dengan baik, dia akan membalas kebaikan itu dengan ucapan terima kasih, tidak lebih dan tidak kurang.

- Apakah ini kali pertama Maya dihadapkan dengan situasi yang membingungkan, bahwasanya perang itu semestinya melahirkan banyak kebencian diantara pihak-pihak yang bertikai dan orang-orang yang terdampak daripadanya? Kok dia sebagai tawanan musuh, malah diperlakukan dengan sangat baik? Dia tak punya pilihan lain selain harus juga bersikap ramah.

- Apakah Maya terpaut hatinya dengan sosok pejuang Hamas yang mukanya tertutup dan hanya terdengar suara, tatapan, dan tingkah lakunya yang lembut?

Jawaban atas ketiga pertanyaan di atas akan menjadi milik Maya yang dia sendiri yang tahu dibalik ekspresi lembutnya saat dilepas pejuang Hamas.

Namun, tak diragukan lagi bahwasanya pejuang Hamas (Brigade Al-Qassam) memperlakukan para tawanan dengan baik dan memperlakukan mereka sesuai dengan moralitas Islam.

Penulis ingin mengajak pembaca melihat dari perspektif yang lain untuk menguak misteri ekspresi Maya ini. Setelah menyelami pemberitaan Maya Regev di belantara platform “X”, ada pendapat yang penulis rasakan paling rasional untuk menjelaskan momen penyerahan tawanan tersebut:

Menggambarkan seorang tawanan jatuh cinta kepada pejuang, seolah-olah mereka berbincang selama masa penahanannya, adalah hal yang tidak rasional dan meremehkan para pejuang Al Qassam karena beberapa alasan berikut:

1. Keyakinan bahwa Maya Regev baru pertama kali bertemu dengan pejuang Hamas ini, karena yang bertanggung jawab mengamankan para tawanan adalah unit bayangan di Phalange, bukan unit yang melakukan proses serah terima dan pertukaran.

2. Sudah diketahui semua orang bahwa ada batalyon wanita di unit bayangan, sehingga tidak mustahil para tawanan wanita berada di bawah pengawasan mereka.

3. Seorang tawanan bernama Shalit dipenjara selama bertahun-tahun, dan selama dipenjara dia tidak sanggup memberikan secuil pun informasi mengenai para penculiknya, bahkan mereka saling memanggil satu sama lain dengan sebutan Qassam 1, Qassam 2, dan Qassam 3. Kekuatan Al Qassam terletak pada keamanan dan kerahasiaannya.

4. Ada sebuah gejala di dalam psikologi yang disebut "Sindrom Stockholm," yaitu kondisi atau teori yang mencoba menjelaskan mengapa para sandera terkadang mengembangkan ikatan psikologis dengan para penculik mereka.

Dari ulasan di atas, dimulai dari mencoba menerka misteri ekspresi Maya Regev, yang kemudian diikuti dengan empat poin penjelasan situasi penawanan, sobat pembaca bisa menyimpulkan sendiri.

Jika mengedepankan rasionalitas, Maya Regev bersikap sewajarnya dengan menyampaikan terima kasih atas perlakuan baik yang diterimanya selama ditawan, dan hal ini bisa dijelaskan melalui pendekatan Sindrom Stockholm.

Depok, 30 November 2023

Juslich Hanafi @ Kanal Bung Maja

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image