Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image LEPMA FEB UMS

Kisah Pengrajin Wayang Kulit Tatah Sungging: Regenerasi Budaya Perlu Untuk Dilestarikan!

Sejarah | Tuesday, 28 Nov 2023, 21:36 WIB
Ilustrasi Wayang Kulit

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan warisan seni dan budaya. Keberagaman seni dan budaya menyebar di seluruh penjuru bangsa tanpa terkecuali. Salah satunya adalah seni dan budaya wayang kulit yang terletak di daerah Kampung Kayen, Desa Sonorejo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebagai salah satu warisan budaya dunia menurut UNESCO, wayang kulit merupakan kesenian yang harus kita jaga dan jangan sampai dilupakan begitu saja. Karena jika bukan kita warga Indonesia, lalu siapa lagi?

Di zaman modern saat ini, kecintaan terhadap karya seni budaya merupakan hal yang sulit untuk ditemukan dan perlahan memudar dimakan zaman. Para anak muda yang merupakan generasi penerus bangsa cenderung aktif mengikuti teknologi dan mengadopsi budaya luar tanpa peduli pada budaya mereka sendiri. Pendiri Sanggar Bapak Marwanto yang merupakan seorang pengrajin sekaligus pengusaha wayang kulit asal Sonorejo menyampaikan kekhawatirannya, "Khawatir bagaimana kedepannya kerajinan bernilai seni tinggi ini bisa terus eksis sebab jika melihat masa kini, minat masyarakat khususnya generasi muda untuk bertahan dan belajar membuat wayang kulit semakin memudar", ujarnya. Generasi muda saat ini lebih menyukai pekerjaan kantoran dibandingkan dengan melestarikan budaya bangsa mereka sendiri.

“Kelahiran kembali ini merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, tidak hanya oleh kami, tetapi juga oleh pemerintah. Oleh karena itu, kami para pengrajin berharap pemerintah berupaya untuk terus melestarikannya. Bukan hanya bagaimana memasarkannya tapi juga bagaimana menjaga warisan budaya dan seni ini", sambung Pak Marwanto.

Kisah Pak Marwanto Pengrajin Wayang Kulit Tatah Sungging

Marwanto (50) atau biasa dikenal sebagai Pak Marwanto, merupakan salah satu pendiri sanggar, pengrajin sekaligus pengusaha wayang kulit asal Desa Sonorejo, Kabupaten Sukoharjo. Sejak tahun 1995, pria yang juga merupakan murid dari dalang Ki Manteb Soedarsono itu merintis usaha tata sungging wayang kulit dan mendirikan sanggar khusus sebagai tempat pembuatan wayang kulit. Wayang kulit hasil karyanya tidak hanya digunakan dalang-dalang terkenal, namun juga diminati oleh para kolektor, pejabat, dan kantor-kantor dinas. Peminat wayang kulit tidak hanya berasal dari dalam negeri, namun juga dari mancanegara. Akan tetapi, semakin langkanya bahan baku membuat usaha wayang kulit yang ia tekuni bersama beberapa pengrajin lainnya di tempat tinggalnya, yaitu Desa Sonorejo terancam hilang. Selain faktor bahan baku, lamanya proses pengerjaan wayang kulit yaitu memakan waktu sekitar 14 hari juga menjadi salah satu faktor pengaruh produktivitas pembuatan wayang kulit.

Pengrajin Wayang Kulit

Sebelum pandemi, Pak Marwanto sering mengumpulkan anak-anak untuk mengajari mereka cara membuat wayang. Hanya saja pada akhirnya mereka kurang giat belajar. “Kalau belajar wayang, minimal harus belajar dua tahun” ujarnya. Proses pembuatan wayang kulit juga membutuhkan waktu yang cukup lama mulai dari kulit yang dikeringkan hingga proses penyelessaian menjadi wayang. Pada saat ingin membuat wayang, pengrajin juga harus tahu karakter dari wayang-wayang yang dia buat, agar pada saat proses pembuatan wayang menjadi maksimal. “Dari karakter ke karakter, masing-masing karakter punya kepribadiannya masing-masing,” jelas Pak Marwanto.

Wayang-wayang zaman dahulu terbilang sangat awet dan kokoh sehingga banyak wayang-wayang zaman dulu masih ada sampai sekarang dan dipamerkan di museum kesenian. Bagi Pak Marwanto suatu kebudayaan khususnya wayang bisa dimodifikasi. Ia mencontohkan dalang Ki Seno Nugroho yang menciptakan lakon wayang kulit yang diterima generasi muda. “Sayangnya, otak tidak berumur panjang. Jika saya seorang pengrajin, saya akan melakukannya. Seperti yang dibutuhkan oleh otak. Dalang menginginkan wayangnya seperti apa, saya hanya mempersiapkannya saja. Misalnya Pak Seno mau membuat wayang apa saja, bisa. Bagong facialnya juga bisa,” kata Pak Marwanto.

Dalam proses pembuatannya, wayang kulit dapat menghabiskan waktu dua bulan hingga dua tahun. Lama pendeknya pembuatan wayang kulit sendiri tergantung dari bentuk dan motif yang diminta oleh pembeli. Semakin rinci bentuk dan semakin detail motifnya, waktu pengerjaanya juga semakin lama. Sebaliknya, jika pembeli meminta wayang kulit dengan bentuk dan motif yang sederhana maka waktu pengerjaannya lebih cepat.

Proses Pembuatan Wayang Kulit

Proses pembuatan wayang kulit dimulai dari pencarian penjual kulit kerbau dalam jumlah yang banyak dan biasanya berasal dari Toraja. Kulit kerbau dipilih sebagai bahan karena kulit kerbau memiliki tekstur yang lebih tebal daripada kulit sapi. Setelah memperoleh kulit kerbau, proses selanjutnya yaitu pengeringan kulit kerbau dengan cara dibentangkan pada besi yang melingkar agar mudah untuk dibersihkan bulu-bulu yang masih menempel di kulit tersebut. Apabila sudah cukup kering, kulit ini dipotong sesuai bentuk wayang dan direndam dalam air garam untuk menghilangkan kelembapannya, lalu dikeringkan lagi diatas papan kayu.

Ilustrasi Proses Penatahan

Setelah kering, proses selanjutnya adalah penggambaran karakter wayang yang akan dibuat dengan menjiplak gambar yang telah disiapkan. Pada proses ini dibutuhkan keterampilan dan presisi yang tinggi, karena setelah menggambar akan dilanjutkan dengan membuat motif dengan cara mengikir menggunakan alat kikir. Jika sudah jadi bentuk dan motif lubang pada wayang, proses selanjutnya adalah pewarnaan. Kulit wayang kemudian diwarnai menggunakan cat air dengan warna-warna yang khas dan ada juga menggunakan emas asli. Proses pewarnaan memerlukan ketelitian yang tinggi agar warna-warna yang dihasilkan memiliki kecerahan yang pas dan detail sesuai yang diharapkan.

Ilustrasi Proses Pewarnaan

Adapun sentuhan terakhir, seperti penambahan hiasan dan aksesoris. Kemudian dilanjutkan dengan proses perakitan. Kulit-kulit yang sudah dipotong dirangkai dan dijahit bersama-sama, seperti tangan, kayu penggerak tangan dan penyangga wayang (gapit). Kemudian, jika sudah selesai wayang sudah bisa di serahkan ke pembeli atau wayang kulit siap untuk dipentaskan dalam pertunjukkan oleh dalang sesuai cerita yang dibawakan.

Bagaimana Cara Meningkatkan Kecintaan Terhadap Kesenian Wayang Kulit?

Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan sebagai generasi penerus bangsa dalam mencegah terkikisnya budaya bangsa. Salah satunya, langkah pertama dimulai dari diri kita sendiri dengan memahami bahwa budaya merupakan hal yang harus dilestarikan sebagai bentuk kecintaan kita terhadap bangsa Indonesia. Jangan menunggu budaya bangsa diakusisi oleh bangsa lain terlebih dahulu baru merasa bahwa budaya itu adalah milik kita. Karena sejak awal, budaya itu merupakan milik kita, milik bangsa.

Setelah tumbuh kecintaan terhadap budaya bangsa, maka langkah selanjutnya adalah menyebarluaskan semangat cinta budaya bangsa pada lingkungan sekitar. Jika sudah cinta. maka tahap berikutnya adalah bagaimana dari rasa cinta dapat menjadi aksi yang membuahkan suatu hasil. Di tahap ini, pemerintah dapat masuk dan memegang kendali dalam pemerataan kecintaan dan pemahaman budaya Indonesia melalui program-program kemasyarakatan yang digencarkan oleh pemerintah daerah. Selain itu, di zaman yang serba digital saat ini, media sosial memiliki kendali dalam mengjangkau pemuda pemudi bangsa melalui konten yang menarik dan informati mengenai kebudayaan Indonesia salah satunya adalah wayang. Karena kalau bukan kita, maka siapa lagi?

(Putri Ayu, Nadiatul, Khadiq, Reine, Ilham) 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image