Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nisa Ainur

Implikasi Kurikulum Merdeka: Dampak Bagi Peserta Didik dan Pendidik

Eduaksi | 2023-11-28 13:12:27
Illustrasi Dokumen Pribadi

Berdasarkan riset pemerintah pasca pandemi covid-19 melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya memulihkan proses pembelajaran, termasuk dengan mengeluarkan kebijakan penerapan kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik (Purnawanto, 2022). Penerapan kurikulum merdeka saat ini pengganti dari kurikulum 13.

Kurikulum 2013 yang digunakan sebelum pandemi merupakan satu-satunya kurikulum yang digunakan satuan pendidikan untuk pembelajaran. Kemudian kurikulum 2013 disederhanakan menjadi kurikulum darurat. Kurikulum Merdeka merupakan evolusi dari Kurikulum Darurat yang dibuat pada awal pandemi Covid-19.

Pada saat awal pandemi Covid-19, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan inisiatif untuk mengatasi hambatan pembelajaran selama pandemi Covid-19, yaitu dengan sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring dan peserta didik belajar di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Kemudian, saat pasca pandemi kebijakan yang diambil pemerintah untuk menentukan pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka dengan kehadiran seratus persen di sekolah, dan menyiapkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya pemulihan pembelajaran.

Penerapan kurikulum merdeka saat ini bertujuan untuk menjadi sarana yang optimal dalam mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam penerapan kurikulum merdeka, pembelajaran dilakukan berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan pembentukan karakter pada peserta didik.

Pembelajaran berbasis proyek atau biasa disebut Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan bagian dari kurikulum merdeka. Tujuan P5 ini dilaksanakan sebagai upaya dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan menguatkan pengembangan profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan penunjuk arah bagi pendidik dan peserta didik di Indonesia. Terdapat enam dimensi dalam profil pelajar pancasila: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3) Bergotong royong, 4) Berkebinekaan global, 5) Bernalar kritis, 6) Kreatif

Selain itu Pelaksanaan Pembelajaran di dalam Kurikulum Merdeka juga harus melalui tiga tahap berikut :

1. Asesmen diagnostik

Bertujuan agar para guru dapat melakukan asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan, dan tahap pencapaian pembelajaran murid.

2. Perencanaan

Guru juga harus menyusun proses pembelajaran sesuai dengan hasil asesmen diagnostik, serta melakukan pengelompokan murid berdasarkan tingkat kemampuan.

3. Pembelajaran

Dan selama proses pembelajaran, para guru akan mengadakan asesmen formatif secara berkala, untuk mengetahui sudah sampai mana progres pembelajaran murid dan melakukan penyesuaian metode pembelajaran, jika diperlukan.

Dalam menerapkan suatu kebijakan baru, pastinya akan menimbulkan dampak yang melibatkan pihak-pihak di dalamnya. Penerapan Kurikulum Merdeka ini juga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif dari berbagai segi: peserta didik, pendidik, dan juga tenaga kependidikan lainnya.

Dampak positif dari segi peserta didik diantaranya yaitu: 1) Perubahan pada proses pembelajaran peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan minat belajarnya. 2) Keaktifan peserta didik dalam belajar. Peserta didik diminta memperoleh dan memproses informasi dan gagasan. 3) Berkesempatan untuk mendalami segmen lain, misalnya karakter bernalar kritis, pola berpikir, hingga proses pengambilan keputusan. Peserta didik dapat melakukan refleksi berpikir dan diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dari informasi yang relevan berbagai sumber, informasi yang bersifat faktual, serta data-data yang mendukung.

Dari segi pendidik: 1) Pengembangan potensi pendidik dan platform merdeka mengajar. Yaitu dengan mengikuti pelatihan yang menunjang kualitas guru. 2) Kebebasan dalam mengajar. Pendidik dapat menentukan sendiri alat pengajarannya yang sesuai dengan kondisi peserta didik.

Sedangkan dampak negatif dari segi peserta didik adalah kurang memiliki motivasi atau kesulitan dalam memahami pelajaran akan merasa terbebani dengan adanya kurikulum ini. Siswa akan merasa tidak nyaman dan mungkin malah tidak mau menjalankan tugas lintas pelajaran. Karena kesulitan dengan bahasa dan pemahaman materi ajar, kurang percaya diri, kesulitan berkonsentrasi jangka panjang karena belum beradaptasi.

Dampak negatif dari segi pendidik: 1) Pendidik merasa terbebani karena tidak diberikan contoh perangkat pembelajaran seperti modul ajar dan modul proyek yang paten. 2) Keterbatasan sumber daya dalam pemanfaatan pengembangan teknologi. 3) Perencanaan pendidikan dan pengajaran belum tersusun dengan baik. 4) Fasilitas yang tidak memadai yang membuat pembelajaran berjalan kurang optimal. 5) Ketimpangan teknologi antara sekolah di perkotaan dan di perdesaan.

Untuk mengatasi permasalahan dari dampak negatif tersebut adalah: 1) Pendidik harus benar-benar memahami kurikulum baru dan komponen-komponennya jika ingin menerapkan kurikulum merdeka dengan hasil yang diharapkan. 2) Fasilitas yang memadai, fasilitas masing-masing sekolah di Indonesia belum merata. Hanya sekolah di perkotaan yang mampu memenuhi tuntutan dari perubahan kurikulum. Sedangkan sekolah di tempat terpencil hanya terbatas fasilitasnya. 3) Membuat kelompok belajar untuk peserta didik agar tidak merasa kesulitan belajar. 4) Pemerataan teknologi pendidikan antara di perkotaan dan di perdesaan. 5) Perbaikan penyusunan perencanaan dengan melihat kondisi kualitas pendidikan antara sekolah di perkotaan dan perdesaaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image