Kesabaran dan Ketenangan itu Pangkal Kesehatan dan Kebermaknaan Hidup
Agama | 2022-01-03 22:38:01DALAM mendiagnosa suatu penyakit Ibnu Sina salah seorang cendekiawan muslim yang diakui banyak kalangan sebagai peletak dasar ilmu kedokteran, ia selalu menghubungkannya dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Dia memberikan saran pengobatan dengan memadukan pengobatan yang bersifat lahiriyah dan batiniyah, medical-spiritual.
Ia menyarankan kepada setiap orang yang sedang menderita suatu penyakit untuk tetap tenang, tidak panik, dan selalu meningkatkan kesabaran.
Dalam suatu kesempatan, ia berhadapan dengan seseorang yang selalu panik dan gelisah karena penyakit yang dideritanya. Kemudian ia berkata, “Ingatlah! Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.”
Terdapat dua kata kunci yang diberikan Ibnu Sina untuk meraih kesehatan lahir dan batin yakni ketenangan, dan kesabaran. Jika dua kata kunci ini sudah hilang dalam kehidupan seseorang, maka kepanikan akan mengisi kehidupannya.
Victor E. Frankl dalam bukunya Man’s Search for Meaning juga menyebutkan hal yang sama. Ketenangan dan ketegaran merupakan kunci utama meraih kebermaknaan hidup. Banyak orang yang hidup dengan gelimang harta, namun kehidupannya terasa hampa dan tak bermakna.
Kini banyak orang yang semakin sadar, tujuan utama dalam kehidupan adalah meraih ketenangan. Harta yang bergelimang, tak akan berarti apa-apa jika tidak melahirkan ketenangan.
Kebahagiaan akan hadir dengan sendirinya jika kita memiliki ketenangan jiwa dan pikiran. Sementara tangguh dan tegar menghadapi segala beban dan persoalan kehidupan merupakan cara terbaik untuk memikat datangnya ketenangan. Dalam bahasa Islam, ketangguhan dan ketegaran dalam menghadapi berbagai persoalan disebut sabar.
Sampai hari ini, berbagai metode dan cara dilakukan orang untuk meraih ketenangan. Salah satunya adalah program meditasi. Banyak orang yang berkeyakinan, melakukan meditasi 10-15 menit sehari akan melahirkan ketenangan hati, membantu kejernihan dalam berpikir dan bertindak, serta memudahkan fokus untuk meraih target yang dicita-citakan.
Dalam hal meditasi, ada dua buku yang menarik untuk kita kaji yakni Healthy Brain, Happy Life, a Personal Program to Active Your Brain Do Everything Better yang ditulis Wendy Suzuki, Phd (2015) dan Filosofi Teras yang ditulis Henry Manampiring (2018). Dalam tulisan ini akan dikutip beberapa bagian dari kedua buku tersebut, dan diharapkan dapat meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran dan kemuliaan ibadah dalam ajaran Islam.
Dalam buku pertama disebutkan, meditasi, berdiam diri sambil memfokuskan diri terhadap target yang ingin dicapai selain akan mempermudah dalam menarik kesuksesan, juga akan memberikan efek ketenangan. Dalam buku karya Wendy Suzuki ini disebutkan berbagai jenis meditasi yang dapat dilakukan. Dari sekian banyak meditasi yang menarik untuk kita renungkan adalah Morning AH Meditation.
Sesuai dengan namanya, Morning AH Meditation merupakan meditasi yang dilakukan setiap hari pada pagi hari, sambil sesekali mengeluarkan kata “AH”. Penggagas dari meditasi ini adalah Dr. Wayne Dyer.
Menurutnya kata “AH” jika diucapkan dengan penuh keyakinan akan memberikan kekuatan dan memudahkan kita untuk meraih target yang dicita-citakan. Ia berkeyakinan, kata “AH” merupakan cara memanggil datangnya sumber kekuatan. Dengan kata lain, “AH” merupakan sebutan untuk menyebut tuhan yang mereka yakini.
Sementara dalam buku kedua, Filosofi Teras yang ditulis Henry Manampiring (2018 : 297) disebutkan, untuk dapat berpikir tenang dan meraih kesuksesan, kita bisa melakukan ritual pagi. Sesaat setelah bangun tidur, kita merenung sejenak, apa yang membuat diri kita cemas dan gelisah dalam mengahadapi kehidupan. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk merenungkan akibat baik dan buruk dari perbuatan yang kita akan kita lakukan.
Dari kedua cara yang disebutkan dalam kedua buku tersebut, mari kita merenungkan ibadah shalat yang kita lakukan. Jika meditasi yang merupakan rekayasa psikologis yang dilakukan para ahli dapat melahirkan ketenangan jiwa, apalagi ibadah shalat yang diperintahkan Sang Pencipta dan Penguasa Kehidupan.
Kita sudah sering membaca dan mendengar ayat, “Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat” (Q. S. al Baqarah : 45). Demikian pula, kita sudah sering membaca dan mendengar ayat, “...yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Q. S. ar Ra’du : 28).
Sudahkah kita menjadikan sabar dan shalat sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan segala problema kehidupan kita? Jika jawabannya sudah, mungkin ada orang yang masih bertanya, mengapa ketenangan hidup dan kesuksesan belum mau menghampiri juga?
Mari kita merenung kembali. Kita analogikan dengan dua orang yang menderita suatu jenis penyakit yang sama. Mereka berdua pun pergi berobat ke dokter yang sama.Dokter melakukan diagnosa dan memberikan obat dengan dosis yang sama kepada kedua orang tersebut. Setelah sekian lama, salah satu dari kedua orang tersebut sembuh, sementara yang satunya lagi masih tetap menderita penyakit tersebut.
Suatu hari kedua orang tersebut bertemu dan berdialog. Dari dialog tersebut diketahui, orang yang penyakitnya tak kunjung sembuh tersebut tidak yakin dengan pengobatan yang dilakukan dokter. Ia pun meminum obat tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, seraya tidak melaksanakan nasihat dan saran dokter.
Jika selama ini kita sudah melaksanakan ibadah shalat yang merupakan puncaknya berzikir, namun ketenangan hidup, terkabulnya do’a belum kita raih, mari kita merenung seraya memeriksa hati kita. Jangan-jangan kita tidak yakin dengan janji Allah yang pasti selalu menolong hamba-hamba-Nya. Jangan-jangan shalat dan zikir kita tidak sesuai dengan “dosis” yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan, dalam arti jangan-jangan ibadah shalat kita tak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Jika keyakinan dan “dosis” shalatnya sudah sesuai namun belum juga melahirkan ketenangan dan terkabulnya do’a, mari kita merenungkannya lagi, jangan-jangan kita masih senang melakukan perbuatan dosa. Kita masih senang dan sering melakukan kemunkaran dan jarang menutupnya dengan perbuatan baik.
Yakinlah, zikir, shalat, dan ibadah-ibadah lainnya merupakan bagian dari kasih sayang Allah. Didalamnya sarat hikmah bagi kehidupan. Jika sampai saat ini kita belum merasakan hikmah dan pengaruh zikir, shalat, dan ibadah-ibadah lainnya terhadap kehidupan, tidaklah elok jika kita menyalahkannya. Cara terbijak yang dapat kita lakukan adalah melakukan perenungan terhadapa keyakinan, kekhusyukan, dan tata cara melaksanakannya.
Allah mustahil mengingkari janji-Nya. Ia akan memenuhi segala kebutuhan hidup hamba-hamba-Nya yang taat, bahkan dari arah yang tidak disangka-sangka, di luar nalar, dan kemampuan hamba-hamba-Nya. Permasalahannya sudahkah kita melaksanakan zikir, shalat, sabar, dan melakukan ketaatan terbaik sesuai dengan keinginan Allah?
Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ulama ahli hadits dan fiqih mengatakan, “Kalau kamu ingin Allah selalu memperlakukanmu seperti yang kamu inginkan, maka kamu harus melakukan apapun yang Dia inginkan.”
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.