Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Bola Logam Kecil yang Ditemukan Profesor Harvard Mungkin Berasal dari Bumi, Menurut Penelitian Baru

Info Terkini | Sunday, 26 Nov 2023, 14:04 WIB
Bola logam yang ditemukan di dasar Samudra Pasifik (The Messenger/SSDarindo)

Penemuan seorang ilmuwan Harvard akan bola logam kecil di dasar Samudra Pasifik - yang diklaimnya sebagai bukti teknologi alien antarbintang - mungkin tidak seeksotis yang diklaim oleh penelitiannya, demikian klaim dua artikel terbaru.

Artikel terbaru, yang diposting pada 13 November - yang belum ditinjau oleh rekan sejawat (standar emas untuk menilai kelayakan sebuah penelitian) - merupakan kritik poin demi poin terhadap hipotesis Avi Loeb dari Harvard dan timnya bahwa bola-bola logam tersebut berasal dari sebuah benda yang datang ke Bumi dari luar angkasa antarbintang dan mendarat di samudra pada tahun 2014.

Dikutip dari laman Messenger.com, Steve Desch dari Arizona State University dan rekan penulisnya Alan Jackson mengatakan bahwa analisis mereka terhadap data menunjukkan bahwa bulatan-bulatan tersebut berasal dari tata surya kita. Kemungkinan besar merupakan mikrometeorit yang telah berada di dasar samudra selama ribuan tahun. Bukan bagian dari bola api tahun 2014 yang berasal dari luar angkasa, seperti yang dikatakan oleh Loeb.

Patricio Gallardo Peneliti Universitas Chicago bulan Oktober menerbitkan sebuah makalah (juga tidak ditinjau oleh rekan sejawat) yang menemukan bahwa bola-bola yang ditemukan Loeb tampak konsisten dengan polusi buatan manusia, dan secara khusus, abu batu bara.

Loeb membantah kritik tersebut kepada The Messenger, dengan mengatakan bahwa "analisis rinci timnya secara meyakinkan menunjukkan tanpa keraguan bahwa bola-bola BeLaU bukanlah abu batu bara."

"Para pengritik tidak memiliki akses ke materi yang mereka bicarakan. Klaim mereka dangkal dan tidak sebanding dengan kerja keras yang kami lakukan selama enam bulan terakhir untuk mengumpulkan bahan dan menganalisisnya dengan instrumen terbaik di dunia," tambahnya.

Dalam sebuah posting blog pada 15 November, Loeb lebih lanjut menjelaskan bahwa batu bara tidak mungkin menjadi asal muasal bola-bola tersebut karena batu bara tidak bersifat magnetis, tetapi bola-bola tersebut bersifat magnetis dan memiliki kelimpahan besi yang jauh lebih tinggi.

"Satu-satunya cara untuk menemukan interpretasi ilmiah yang benar adalah melalui studi eksperimental yang ketat terhadap bola-bola tersebut," tulis Loeb.

Loeb telah memaparkan bukti-bukti asal usul bola-bola tersebut di sebuah makalah pada bulan Agustus (juga belum ditelaah oleh rekan sejawat), setelah sebuah ekspedisi untuk menemukan bola-bola tersebut dari Samudra Pasifik pada bulan Juli tahun ini. Pada saat itu, ia mengatakan kepada The Messenger bahwa komposisi kimiawi bola-bola tersebut menunjukkan bahwa mereka bukanlah meteorit biasa, alias pecahan asteroid dan komet dari tata surya kita, dan sebaliknya, analisis menunjukkan bahwa mereka berasal dari tempat lain di luar angkasa. Dia juga mengarahkan The Messenger ke surat Komando Antariksa AS kepada NASA yang menyarankan kemungkinan asal antarbintang.

Sejauh ini, hanya dua objek yang berasal dari antarbintang yang telah dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan. Lebih lanjut, Loeb menambahkan pada saat itu, benda tersebut mungkin merupakan puing-puing peradaban luar angkasa yang maju.

"Apakah peradaban kita akan bertahan dalam jangka panjang akan bergantung pada kesediaan untuk belajar dari bukti dan bukan dari opini yang sudah terbentuk sebelumnya. Alam lebih imajinatif daripada kita," kata Loeb dalam postingan blognya.

Saat ini, Loeb mengatakan timnya terus melanjutkan analisisnya. Sejauh ini, tim baru menganalisis 10% dari bola-bola yang mereka temukan; dan mereka sekarang beralih ke 90% sisanya.

"Kami berencana untuk melaporkan semua hasil analisis setelah analisis selesai dalam beberapa bulan," katanya. Tim Loeb sedang merencanakan ekspedisi baru untuk musim semi 2024. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image