Sebuah Keabadian
Sastra | 2023-11-17 11:34:11https://pin.it/48OqqmV
Lima tahun lalu... Cahaya rembulan bersinar menerangi gelapnya langit malam. Dua sejoli yang mengenakan jubah toga tertawa bersama menikmati alunan musik, menyanyikan lagu demi lagu dengan penuh suka cita. Entah sudah seperti apa penampilan mereka sekarang, yang mereka tahu bahwa mereka sangat bahagia menikmati waktu bersama. Mereka adalah Calvin dan Shareena, dua mahasiswa Universitas Bridga Bangsa yang hari ini diwisuda. Setelah acara wisuda berakhir, mereka memang berencana merayakan kelulusan bersama. Menikamati waktu bahagia, setelah hari-hari melelahkan yang dilalui. Setengah hari mereka berkeliling kota tanpa melepaskan jubah toga kebanggaan, memberitahu seluruh kota bahwa mereka sedang merayakan kemenangan dan juga fase awal dari sebuah kehidupan yang baru. Puncak perayaan mereka dengan menonton konser Shawn Mendes penyanyi favorit Shareena. Dan hari ini, hari dimana semua list keinginan Shareena dikabulkan oleh Calvin seperti janjinya. Setelah konser musik berkhir, mereka yang lelah memutuskan untuk langsung pulang. Sesampainya di depan rumah Shareena mereka diam cukup lama berperang dengan pikiran masing-masing. Dimulai dengan Calvin yang mengungkapkan semua perasaannya terhadap Shareena dengan penuh kayakinan. Masing-masing dari mereka menyadari persaan yang mereka miliki. Namun, ada beberapa hal yang membuat Shareena belum yakin atas hubungan yang mereka jalani selama ini. Bukan, bukan pada Calvin namun pada diri Shareen sendiri. “Beri jeda buat kita dulu, perbaiki diri sendiri Vin, gimana mau mencintai orang lain sedangkan sama diri sendiri aja kita belum bisa berdamai,” ucap Shareena mulai merasakan sesak. “Kita hanya butuh waktu, perbaiki, dan kejar mimpi kita. Makasih vin, and see you lima tahun yang akan datang, dengan versi kita yang baru.” Ketika kita melepaskan seseorang yang jika bersamanya nyaman terasa begitu nyata, dekapan hangat yang tulus dirasa, bahagia disaat bersamaan. Berpisah untuk kebaikan bersama, memastikan rasa yang mereka miliki bukan sekedar singgah sesaat, namun manjadi pelabuhan hati yang terakhir kaliya. Memberi jeda, membangun pondasi kokoh dari masing-masing adalah menjadi cara mereka untuk membangun hubuhangan yang lebih baik. Menyiksa memang, tapi inilah kehidupan. *** “Chen, gue enggak nyangka kita bisa bangun bisnis bareng sampe dititik ini,” ujar Calvin memandang sekeliling ruang kerja perusahaan dengan rasa tak percaya. Chen yang baru masuk pun ikut berdiri disamping Calvin, “Sama sumpah,” jawab Chen dengan kekehan. “kaya apa yaa ... lima tahun usaha kita engga sia-sia, bro.” Perusahaan shorome mobil yang beberepa tahun ini sedang naik daun di kota bahkan sudah merambah keluar negeri. Calvin jadi ingat, sudah lima tahun berlalu banyak hal terjadi dalam hidupnya. Dari mulai hidup dengan lebih percaya diri, mengapresiasi sekecil apapun pencapaian, mulai merintis bisnis bersama chen yang kesana kemari mencari investor sampai bisa sebesar ini. Selama itupun dia masih mengingat akan janji untuk memberi jeda tanpa adanya komunikasi diantara mereka. Menjalani hidup tanpa orang yang jika seharipun tak muncul dihadapannya, Calvin sudah gila dibuatnya. Dia sudah menepati janji pada gadisnya untuk mengejar mimpi dan mulai mencintai dirinya senidri, dan menunggu waktu untuk dipertemukan kembali. “Ehh, bukannya udah saatnya kalian bakal ketemu lagi?” tanya Chen yang tau semua tentang Calvin, bagaimana ia berjuang dan berusaha selama ini. Yang ditanya pun hanya memandangi padatnya kota dari atas gedung dengan perasaan yang entah bagaimana dijelaskan Calvin pun tak mengerti. Yang ia tahu pasti, sebentar lagi Calvin akan bertemu gadisnya. *** Sorak riuh tempuk tangan dari orang-orang menghiasi ruang pameran, menandakan keberhasilan seseorang dalam meraih mimpinya. Calreena butik yang sedang naik daun, baru saja melangsungkan maperan busana musiman. Shareena berjalan dengan anggun di tengah-tengah panggung menerima berbagai pujian atas karya-karyanya. “SHAREENA!” teriak Kyla dan Aletha menghampiri ditengah panggung. “sumpahh lo keren banget, sahabat gue nihhh.” “Congrats Shareen!” disusul Cello memberi bouquet bunga. “Sabi kaliya nikahan gue desainernya lo, tapi harga temen lah.” guraunya menghambur kepelukan mereka bertiga. Mereka berempat sudah bersahabat sejak awal menjadi mahasiswa, tempat keluh kesah selama yang mereka butuhkan. Saling menguatkan satu sama lain. Cello memang satu-satunya laki-laki diantara mereka, namun tidak ada drama persahabatan jadi cinta seperti di film-film. Mereka sudah seperti saudara yang tak terpisahkan. Dan Shareen beruntung memiliki mereka bertiga dalam hidupnya. Menjadi saksi bisu bagaimana dia bertahan dan sampai pada titik ini. “Btw, udah saatnya itukan. Lo ... ” ujar Aletha menggoda Shareen. “sumpah ya kok bisa ada orang enggak kontekan lima tahun tapi janji mau ketemu, Kok kuat gitu.” lanjutnya tak habis pikir. Namun dia yakin apa yang menjadi keputusan sahabatnya, itu adalah yang terbaik. Sama seperti Aletha, Shareen pun tidak percaya bisa bertahan sejauh ini. Mengembangkan butiknya sendiri selama bertahun-tahun. Mencari jati diri dan mulai mencintai dirinya sendiri, menepati janji pada laki-laki yang lima tahun lalu menjadi sumber kebahagiaannya. *** Lima tahun lalu, mereka berjanji untuk bertemu kembali di tempat yang biasa dikunjungi saat mereka bersama. Dan yah, hari itupun tiba. Masing-masing dari mereka merasa gugup tak karuan, entah karena sudah bertahu-tahun tak jumpa atau ... entahlah mereka sama-sama tidak bisa mendeskripsikannya. “Hai, apa kabar Vin?” sapa Shareena saat Calvin datang menghampirinya. Mereka beremu tatap cukup lama dan tersenyum bahagia. “kabar baik,” ucap Calvin yang duduk di sampinya. “ternyata lo enggak berubah ya Ren.” guraunya sambil tersenyum jahil. “Ya ... lo pikir gue bakal berubah jadi apa? Hah? wonder women5 gitu,” balas Shareena membuat mereka berdua tertawa. Memang sendari mereka kuliah, mereka dikenal dengan ke- absurdannya. Siapa sangka sekarang ini mereka menjadi orang yang sukses dengan bidangnya masing-masing. Mereka berdua mulai hanyut dalam obrolan membicarakan banyak hal yang terjadi selama lima tahun belakangan. Mengobrol dan bercanda seperti yang biasa mereka lukan lima tahun lalu tanpa adanya rasa canggu. Mereka sama-sama merasakan rasa yang pernah ada, terasa begitu nyata dan bersemi kembali. Mereka berdua mulai hanyut dalam obrolan membicarakan banyak hal yang terjadi selama lima tahun belakangan. Mengobrol dan bercanda seperti yang biasa mereka lukan lima tahun lalu tanpa adanya rasa canggu. Mereka sama-sama merasakan rasa yang pernah ada, terasa begitu nyata dan bersemi kembali.“Shareena,” panggil Calvin setelah mereka menyelesaikan makan. “ke danau yang biasa mau?” ajak Calvin yang diangguki Shareena sebagai jawaban. Selama perjalanan mata Shareena di tutup kain hitam atas permintaan Calvin, Shareena terpana begitu melihat pemandangan saat kain terbuka. Danau yang gelap diterangi gemerlap lilin yang terapung, serta lampion di sekeliling danau menambah kesan romantis. Bintang yang gemerlap elok dilangit malam. “Vin, ini indah banget.” ucap Shareena dengan mata berbinar. Tak lama berselang, senandung musik terdengar dari rumah pohon di tepi danau. “Zakaisha Sharena Zoa,” panggil Calvin dengan suara lembut. Saat Shareena berbalik Calvin sudah siap dengan bouquet dan sebuah cicin permata nan indah. “Will you be a part of my life?” ucap Calvin bersimpuh dihadapan Shareena, “will you marry me?” Shareena tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Calvin. Shareena tahu Calvin akan melakukannya, tapi tidak secepat ini. Namun, Sharena tidak mau melepaskannya untuk kedua kalinya. “Yes I will,” jawab Shareena yang langsung memeluk Calvin. “thank you so much Sharena,” ucap Calvin menghujani kecupan singkat diwajah Sharena yang tersenyum bahagia. Tak disangka dibalik semak-semak terdapat empat orang yang diam-diam mempehatikan mereka berdua. Yah, mereka adalah Chen, Kyla, Aletha dan Cello. Yang entah sejak kapan mengikuti mereka. “Yeeee sobat gue akhirnya nikah!” teriak Kyla yang muncul dari balik semak-semak. “busett suara lo mirip toak mesjid,” kesal Chen menyumpal telinganya. “congrats brother, akhirnya yah setelah sekian purna,” lanjut Chen menghampiri mereka berdua dan diikuti yang lainnya. Setelah acara lamaran berlangsung dengan penuh kebahagiaan. Sharen, Calvin dan para sahabatnya memutuskan untuk mengisi perut keroncongan disalah satu resto dekat danau. Seperti biasa mereka akan mulai dengan candaan random sampai ke hal yang serius perihal kelanjutan hidup di waktu yang akan datang. Di tengah perjalanan pulang setelah acara makan malam bersama, mengobrol mengenai kosep pernikahan, mau punya anak berapa? tinggal dimana? dan masih banyak lagi. Di dalam mobil yang melaju dengan tenang, dua insan yang sedang dihujani beribu kebahagian saling menautkan jari-jemari mereka seakan tak rela jika dilepaskan. “besok aku kerumah kamu,” ucap Calvin yang sedang mengemudi dengan satu tangan. “Ih kok aneh yaa dengernya, aku kamuan,” ucap Sharena geli sendiri. “lah masa mau lo gue-an mulu, kan kita udah mau nikah sayang.” ujar Calvin yang membuat Shareena tambah geli. Ditengah obrolan mereka, tak sadar dari arah berlawanan ada sebuah truk besar yang melaju dengan sangat kencang ke arah mereka. Menghantam keras mobil sampai terbalik beberapa kali dan masuk jurang. Baru beberapa jam yang lalu mereka tertawa riang, menikmati hidup seakan masih berjalan lebih lama, memutuskan untuk kembali memulai menjalani hidup bersama. Namun kini, tuhan berkehendak lain. Manusia memang bisa berencana tetapi tuhanlah yang memutuskan takdir manusia. ~TAMAT~
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.