Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmah Khairani

Ringan di Lisan, Berat di Mizan

Agama | 2023-11-12 10:28:40

Kisah-kisah para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak henti-hentinya memberikan hikmah kepada kita, umat akhir zaman. Betapa mereka memiliki keimanan yang sangat kokoh dan semangat beramal yang luar biasa. Bila dibandingkan dengan amal umat yang datang sesudah mereka, maka dapat terlihat dengan jelas jarak mereka yang jauh lebih di depan. Semangat beramal ini tampak dari salah satu potret kisah mereka di dalam hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, bahwa beberapa orang dari Sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka dapat bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (subhaanallah) adalah sedekah, setiap takbir (allahu akbar) adalah sedekah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (laailaahaillallah) adalah sedekah, mengajak kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah dari mungkar adalah sedekah, dan dalam persetubuhan salah seorang diantara kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya lalu ia mendapatkan pahala di dalamnya?” Beliau shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya ia melampiaskannya dalam hal yang diharamkan, bukankah ia berdosa? Maka demikian pula jika ia menyalurkannya pada hal yang halal, maka ia memperoleh pahala” (HR. Muslim).

Hadits tersebut adalah jawaban Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika ada sekolompok dari golongan orang yang fakir mendatangi nabi saw. Mereka melihat bahwa orang-orang kaya bisa bersedekah, sementara mereka tidak bisa bersedekah. Sebab, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja mereka belum mampu. Mereka merasa iri dengan orang-orang kaya yang bisa menginfakkan harta di jalan Allah, karena pasti mendapatkan pahala. Sementara para orang kaya itu juga sholat dan puasa, sama seperti mereka. Lalu apa yang bisa diunggulkan dari amal mereka?

Inilah yang membuat iri para sahabat yang fakir. Mereka iri ketika orang-orang kaya yang sholih mampu meraih pahala kebaikan lebih banyak dari mereka. Oleh karena itu, mereka mendatangi Rasulullah untuk mengadukan kondisi ini. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sangat memahami perasaan sahabat-sahabatnya ini. Lalu Rasulullah membesarkan hati mereka dengan sabdanya bahwa sedekah tidak hanya berupa harta, namun lisan yang bertasbih juga adalah sedekah. Bacaan tasbih tidak hanya bisa dibaca setelah sholat, tetapi kapanpun dan dimanapun tasbih dapat diucapkan, misalnya saat berada di atas kendaraan. Seakan-akan Rasulullah ingin mengatakan bahwa sekalipun seseorang ditakdirkan fakir, bukan berarti telah tertutup bagi mereka untuk beramal sedekah. Artinya, amal sedekah orang-orang kaya sangat mungkin diungguli dengan bacaan dzikir mereka kepada Allah Taala.

Luar biasa memang, bacaan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil ini sangat ringan diucapkan di lisan kita, namun ternyata pahalanya berat di mizan kelak. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “ (ucapan) alhamdulillah memenuhi timbangan, subhanallah dan al-hamdulillah keduanya memenuhi antara langit dan bumi ” (HR. Muslim). Allah Taala menjadikan bacaan dzikir kita berpahala sama seperti pahala kita saat bersedekah.

Allah ar-Rahiim sungguh Maha Pemurah bagi hamba-hambaNya. Satu kebaikan yang kita kerjakan akan diganjar dengan sepuluh kebaikan. Coba bayangkan saat kita mengucapkan kata subhanallah satu kali, maka Allah membalas sepuluh kebaikan untuk kita, lalu bagaimana dengan dzikir yang dibaca seratus kali, seribu kali, atau sejuta kali? Hanya Allah sajalah sebaik-baik pemberi balasan.

Di dalam sabda Nabi SAW. di atas, tidak hanya tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil yang berpahala sedekah, tetapi ada beberapa amal lain yang juga bernilai pahala sedekah. Yaitu, melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Amar ma’ruf adalah mengajak orang-orang yang tampak mulai meninggalkan suatu kewajiban untuk kembali menghidupkan amal yang dia tinggalkan itu. Sementara nahi mungkar adalah mencegah orang lain dari berbuat kemungkaran. Mendiamkan kemungkaran justru akan membuat kemungkaran semakin lumrah dan ditolerir oleh manusia. Contoh kemungkaran yang sangat banyak terjadi hari ini adalah permainan judi online. Dilansir dari laman kompasiana (14/10), Indonesia menjadi negara peringkat pertama di dunia dari jumlah pemain judi slot, yakni sebanyak 201.122 pemain. Survei ini disampaikan oleh Drone Emprit. Diperkirakan transaksi judi online di Indonesia akan menyentuh angka Rp. 200 triliun pada 2023. Efek domino yang timbul dari kemungkaran ini adalah meningkatnya anka kriminalitas, dan kasus bunuh diri. Tindakan kuratif berupa sanksi yang bersumber dari UU ITE dan Pasal 303 KUHP tidak serta merta mampu membuat efek jera bagi pelaku judi. Tentu fenomena ini menambah daftar panjang problematika umat Islam, karena mayoritas penduduk Indonesia termasuk para pelaku kemungkaran ini adalah muslimin.

Kebaikan umat Islam tampak saat mereka mampu menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kedua aktivitas ini bukanlah aktivitas yang ringan terutama untuk perkara nahi mungkar. Butuh mental yang kuat, dan hati ikhlas dalam menjalankannya. Namun inilah yang membuat umat Islam menyandang predikat umat terbaik dari Sang Pencipta. Sebaliknya meninggalkan aktivitas amar ma’ruf dan nahi mungkar akan membawa umat Islam kepada murka Allah, sebagaimana yang disampaikan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).

Hadits tersebut mengandung kewajiban penegakan amar ma’ruf dan nahi mungkar bagi setiap kaum muslimin. Apabila ia seorang penguasa, maka wajib baginya menggunakan kekuasaanya itu untuk mencegah kemungkaran. Apabila ia seorang rakyat biasa, dan kemungkaran tersebut hanya bisa secara menyeluruh dicegah dengan peran kekuasaan, maka mereka (rakyat) wajib mendorong penguasanya untuk mencegah kemungkaran itu. Demikianlah perkara orang beriman, mereka tidak diam melihat kemungkaran terjadi, namun ada respon dan aksi yang mereka lakukan, dan semua itu bernilai pahala sedekah yang besar.

Inilah keutamaan para sahabat Nabi yang harus umat Islam hari ini ikuti. Mereka menghidupkan perintah fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga keimanan tetap melekat di jiwa-jiwa kaum muslimin hari ini, sehingga lenyap dari mereka sikap individualis dan terus ada pada semangat mereka sikap beramar ma’ruf nahi mungkar. Terlebih saat ini umat Islam seluruh dunia sedang mengalami dampak dari kemungkaran paling besar yakni kemorosotan berpikir, bermudah-mudahan dalam maksiat, hingga penjajahan dan genosida yang sedang terjadi di Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya. Oleh karena itu amar ma’ruf yang paling urgen ditegakkan hari ini bagi umat Islam adalah kembalinya mereka sebagai umat yang satu dalam naungan perlindungan Sang Khalifah. Allahu’alam bish showab.

Referensi: Majlis Kajian Hadits Arbain Ustadz Kusnady ar-Razi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image