Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bahren

Pemanfaatan Rangkiang untuk Atasi Stunting

Eduaksi | Thursday, 09 Nov 2023, 20:39 WIB

Informasi dari laman databoks.katadata.co.id menyebutkan bahwa hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Provinsi Sumatra Barat sebesar 25,2% pada 2022, meningkat dari tahun sebelumnya yang masih 23,3%. Terdapat 6 kabupaten/kota di Sumatra Barat yang memiliki prevalensi balita stunting di atas rata-rata provinsi, sedangkan 13 kabupaten/kota lainnya di bawah angka rata-rata. Miris memang jika melihat kenyataan yang demikian. Padahal Masyarakat Minangkabau memiliki rangkiang yang seharusnya bisa dijadikan sebagai sebuah sarana yang jika dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi solusi dalam mengatasi persoalan stunting atau gizi buruk ini.

Rangkiang di Museum Adityawarman Kota Padang. Foto Kolrksi Pribadi

Stunting erat kaitannya dengan tidak tersedianya pangan secara sempurna. Dengan kata lain tidak terjadi ketahanan pangan di daerah terjadinya stunting tersebut. Ketahanan Pangan jika merujuk pada UU No 18 Tahun 2022 dimaknai sebagai “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

Mengatsi stunting dengan pemanfaat rangkian sesungguhnya bisa dijadikan sebagai solusi. Rangkiang biasanya ada di setiap rumah gadangnya. A.A Navis (1984 : 187), dalam bukunya “Alam Terkembang jadi Guru” , rangkiang asal katanya dari ruang hyang Dewi Sri (Dewi Padi). Lebih lanjut Navis menyebutkan menyebutkan bahwa ada empat jenis rangkiang biasanya terdapat di depan sebuah rumah gadang. Rangkiang-rangkiang itu memiliki nama dan fungsi yang berbeda.

Pertama Rangkiang Sibayau-Bayau, rangkiang ini adalah rangkiang yang ukurannya paling besar jika dibandingkan dengan jenis rangkiang yang lainnya. Pemanfaatan rangkiang Sibayau-bayau seharusnya dapat jadi solusi dalam penanganan stunting, karena rangkiang jenis ini biasanya digunakan untuk menyimpan padi hasil panen untuk digunakan sebagai bahan makanan sehari-hari. Jika rangkiang ini benar-benar diisi dengan cara menyisihkan secara langsung hasil panen untuk dimanfaatkan sehari-hari maka dapat dipastikan kebutuhan pangan masyarakat tidak akan kurang.

Jenis kedua adalah rangkiang Si Tangguang Lapa. Rangkiang ini merupakan rangkiang yang peruntukannya adalah sebagai tempat peyimpanan stok hasil panen. Hasil panen ketika melimpah sebagian diantara hasil tersebut akan disimpan di rangkiang si tangguang lapa hasil panen yang disisihkan itu, diharapkan agar bisa dimanfaatkan ketika musim paceklik datang, atau juga dapat digunakan ketika musim kemarau berkepanjangan sehingga para petani tidak dapat menanam padi sesuai dengan jadwalnya. Dari fungsi rangkiang sitangguang lapa ini, tidak ada alasan sesungguhnya bagi orang Minangkabau di daerah darek dan rantau akan mengalami stunting, dengan adanya rangkiang ini.

Berikutnya ada Rangkiang Sitinjau Lauik. Rangkiang ini digunakan oleh masyarkat Minangkabau untuk menyimpan hasil panen padi yang akan dijual. Ketika hasil panen itu terjual, maka hasil penjulanannya dapat digunakan untuk membeli keperluan lainnya seperti lauk pauk dan kebutuhan gizii berimbang, artinya dengan memanfaatkan rangkiang sitinjau lauik ini dengan baik dan bijaksana, maka masalah stunting ini seharusnya tidak mesti terjadi di Sumatera Barat. Hasil penjualan dari padi tersebut nantinya dipergunakan untuk membeli barang-barang yang mungkin saja diperlukan untuk masa tanam atau keperluan rumah lainnya.

Terakhir ada rangkiang kaciak, rangkiang jenis ini dibuat oleh masyarakat Minangkabau di sekitar rumah gadang mereka. Rangkiang ini memiliki fungsi untuk menyimpan padi hasil panen yang telah diseleksi untuk dijadikan kembali sebagai benih untuk masa tanam berikutnya. Tidak jarang juga di rangkiang ini disimpan padi yang ketika dijual uangnya dipergunakan untuk membiayai pengerjaan sawah mereka di masa tanam berikutnya. Meskipun tidak memiliki efek langsung kepada penanganan stunting namun, dengan adanya rangkiang ini diharapkan ketersediaan stok pangan akan terjamin, karena salah satu penyebab utama stunting adalah kurangnya pasokan pangan yang diterima oleh balita, khususnya pangan sehat dan gizi berimbang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image