Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image hasbi aswar

Petaka Gaza dan Bencana Kemanusiaan Kita

Politik | Wednesday, 08 Nov 2023, 07:54 WIB

Sudah sebulan sejak 07 Oktober 2023, penjajah Zionis Israel melakukan pembantaian terhadap masyarakat Gaza. Sudah sepuluh ribu korban yang meninggal dan lebih dari dua juta lainnya terblokade tidak bisa keluar dari Gaza. Air minum, listrik, dan internet sengaja dibatasi oleh penjajah. Apa yang terjadi di Gaza hingga saat ini adalah sebuah petaka besar di tengah – tengah dunia yang mengaku beradab dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Persoalan yang terjadi di Gaza termasuk Tepi Barat hari-hari terakhir ini adalah bagian dari cerita Panjang 75 tahun pendudukan dari warga Zionis Yahudi yang sengaja didatangkan dari berbagai belahan dunia, Afrika, Asia, Eropa dan Amerika. Jumlah warga Yahudi yang awalnya hanya ribuan, dan mengisi Sebagian kecil wilayah Palestina kemudian berubah menjadi pemilik mayoritas tanah Palestina serta jumlah Yahudi menjadi lebih dari tujuh juta orang. Jika terus dibiarkan, ke depan jumlah ini akan terus bertambah dan itu artinya, akan semakin banyak warga Palestina tergusur dan mati.

Pendudukan dan penjajahan ini terus terjadi dan disaksikan oleh mata dunia. Tapi dunia baru bertindak saat pembantaian telah dilakukan setelah mujahidin menembakkan roket kemudian dibalas dengan pembantaian. Barulah saat itu dunia ikut simpati, dan teriak mengecam penjajah Zionis Yahudi itu. Padahal pembunuhan, dan kesewenang – wenangan terjadi tiap waktunya di Palestina, baik siang maupun malam.

Pembantaian dan penjajahan di Palestina adalah petaka besar dunia kita sampai hari ini. Dan yang paling menyedihkan dari peristiwa ini, Elit – Elit pemimpin dunia yang peduli terhadap Palestina hanya bisa mengecam sambil berharap Amerika mau membujuk Israel untuk berhenti melakukan pembantaian. Padahal Amerika Serikat sendiri telah mendukung pendudukan Zionis ini bahkan sejak awal berdirinya dan telah menyumbang lebih dari tiga ratus miliar dolar untuk perekonomian dan industri pertahanan dan keamanannya.

Ketidakmampuan dunia dalam mencegah dan menghentikan penjajahan dan pembantaian ini sesungguhnya adalah petaka yang lebih besar dari peristiwa Gaza sendiri.

Jika dunia ingin serius terhadap Gaza, sebenarnya bisa belajar dari bagaimana Amerika memperlakukan penjajah Israel sejak awal perang 07 Oktober lalu. Menteri Luar Negeri AS langsung datang ke Israel kemudian memberikan dukungan. Pemerintah AS juga dengan cepat membuat keputusan mengirimkan bantuan militer dan kemanusiaan ke Israel. Kapal perang AS diaktifkan untuk berjaga dan melindungi Israel di Timur Tengah. Ini langkah riil yang memang sewajarnya diambil oleh negara pelindung penjajah Zionis ini.

Saya teringat ketika UII Yogyakarta menyelenggarakan diskusi daring via Zoom saat serangan Israel ke Gaza tahun 2021 lalu yang salah satu pembicaranya adalah seorang aktivis perempuan Gaza. Dia berkata, hal yang paling mendesak di Palestina saat ini adalah menghentikan Israel dan mengadili kejahatannya. Sebab, jika hanya mengandalkan bantuan kemanusiaan dan infrastruktur maka, tidak akan bertahan lama. Hanya menunggu waktu saat Israel datang dan meluluh lantakkan Kembali.

Saya kira semua orang paham logika ini. Penjajahan hanya bisa diselesaikan dengan memaksanya berhenti. Bisa dengan pendekatan diplomasi atau kekerasan sebagai jalan terakhir.

Kita dapat memahami mengapa tidak ada yang berani bertindak lebih efektif untuk membantu Palestina. Selain sibuk dengan kepentingan negara masing – masing, mereka tahu posisi mereka di hadapan Amerika Serikat bersama NATO sebagai pelindung utama Israel. Terkhusus negara - negara Timur Tengah, selain banyak yang sudah menjalin hubungan akrab dengan Israel, banyak juga yang masih belum selesai dengan perang saudara di internal negara mereka sendiri.

Meskipun demikian, atas nama kemanusiaan dan dunia yang beradab, harusnya ada upaya sistematis dan terencana yang dilakukan oleh negara – negara Arab, Timur Tengah atau negara – negara lainnya yang anti penjajahan untuk mengkondisikan agar mereka punya kekuatan yang lebih seimbang dengan Amerika dan NATO. Sehingga proses – proses politik yang terjadi secara global bisa lebih adil dan bermanfaat untuk semua. Ini memang butuh pemimpin – pemimpin yang punya nyali dan visi untuk menggerakkan dan memobilisasi koalisi antar negara.

Jika langkah ini tidak diambil, maka petaka Palestina tidak akan pernah selesai. Kejahatan terus menerus terjadi di Palestina karena dilakukan secara sistematis dan terstruktur baik domestik maupun internasional. Palestina hanya bisa diperjuangkan jika upaya – upaya yang dilakukan juga sifatnya sistematis dan terstruktur baik di tingkat domestik maupun internasional.

Petaka Palestina tidak mungkin terjadi dan terulang jika sejak awal penjajah Zionis tidak diberikan ruang untuk hidup. Ini jelas adalah kesalahan dunia secara keseluruhan, kita bersama para pemimpin kita. Akankah kita terus diam dan membiarkan kesalahan ini terus terjadi, atau kita ambil bagian sesuai dengan kemampuan kita untuk membebaskan saudara – saudara kita yang sedang terjajah dan dibantai di Gaza Palestina. Sayyidina Ali Bin Thalib pernah mengungkapkan bahwa “ Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image