Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image FITK_Dhiya alfiyah

ANALISIS TERJEMAHAN AYAT AL-QUR’AN, HADIS, DAN SYAIR

Agama | Sunday, 02 Jan 2022, 21:56 WIB

Al-Qur’an

Dari sumber https://m.republika.co.id/berita/r0775d320/pesan-alquran-untuk-orangorang-munafik-yang-berbahaya

surat An Nisa ayat 139, Alquran memberi kabar atau pesan kepada orang-orang munafik.

الَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۗ

“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah." (QS An Nisa 139)

Analisis

Analisis dari surah an-nisa ayat 139 diatas yaitu: pertama kita akan mendapati kataيَتَّخِذُوْنَ pada ayat diatas dimaknai dengan kalimat “orang-orang yang menjadikan”, padahal arti orang-orang yang mengambil”. Mengingat pada umumnya bahasa arab dari “orang-orang yang menjadikan ” adalah يأخذون namun penerjemah tetap menggunakan kata “ menjadikan”dengan tujuan mencapai kesesuaian terjemah tersebut dengan objeknya yaitu “kafir”. Peristiwa penerjemahan ini menggunakkan salah satu prosedur penerjemahan yang bernama ‘Modulasi’. Prosedur penerjemahan modulasi dilakukan dengan memberikan padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang artinya atau cakupan maknanya, namun memberikan makna pesan atau maksud yang sama. Perubahan sudut pandang ini bisa berupa bersifat leksikal maupun gramatikal, misalnya dari abstrak menjadi konkret, aktif menjadi pasif, atau sebab menjadi akibat.

Kedua, kita dapat melihat bahwa ada kata دون dalam ayat tersebut yang berarti “selain”, namun terjemah dari kata tersebut tidak tertera dalam penerjemahan ayat diatas. Jadi penerjemah ayat diatas melewatkan terjemah dari kata tersebut, yang pastinya bertujuan untuk mencapai kualitas terbaik dalam penerjemahan. Peristiwa diatas termasuk dari salah satu prosedur penerjemahan yang bernama ‘Reduksi’. Reduksi ini merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengurangi atau menghilangkan bagian informasi yang ada di bahasa sumber pada bahasa sasaran.

Hadist

Dari sumber https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qe4sm7320

Sebuah perkara utama yang biasa Anda lakukan setiap hari dan bernilai pahala haji dan umrah adalah sholat sunnah Isyraq, atau Syuruq atau Thulu'. Ini adalah sholat sunnah yang kerap dilakukan Rasulullah SAW dengan tata cara berikut:Pertama, sholat Subuh berjamaah di masjid. Kedua, duduk berzikir (mengingat) Allah SWT sampai matahari terbit. Ketiga, sholat Isyraq dua rakaat. Siapa yang mampu mengerjakan tiga hal tersebut di pagi hari, maka baginya pahala haji dan umrah yang sempurna!

Rasulullah saw barsabda:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian dia duduk, dalam riwayat lain: dia menetap di masjid, untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna.” (HR Tirmidzi).

Analisis

Analisis dari penerjemahan hadis Nabi SAW mengenai pahala sholat sunnah isyaraq usai sholat Subuh diatas ya itu pertama, kata الغَدَاةَ dalam hadist diatas dimaknai dengan “subuh”. Padahal pada umumnya kata tersebut bermakna “makansiang”,namun karena penerjemah berusaha menyesuaikan makna kata tersebut dengan objeknya yaitu “berjamaah” maka makna yang paling tepat untuk objek tersebut adalah“subuh”. Peristiwa penerjemahan berikut termasuk ke dalam salah satu prosedur penerjemahan yang bernama ‘Modulasi’. Karena penerjemah berusaha menyesuaikan makna kata tersebut dengan objeknya agar tidak janggal untuk dipahami.

Kedua, jika diperhatikan terjemah hadist di atas yaitu berbunyi “dia menetap dimasjid” pada tidak terdapat bahasa arab dari “dia menetap dimasjid” tidak tertera dalam teks hadist diatas, yakni tertera hanyalah kata يَذْكُرُ اللَّهَ Hal ini menunjukkan bahwa penerjemah menerapkan prosedur terjemahan parafrasa. Karena penerjemah berusaha memberi penjelasan tentang makna dari suatu bagian teks sekaligus menambahkan detail informasi yang tidak terdapat dalam teks bahasa sumber.

Ketiga, kalimat كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ pada hadist diatas diterjemahkan menjadi “maka dia akan mendapatkan pahala”, padahal sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa makna yang sebenarnya adalah “maka ia seperti memperoleh pahala”. Terjemahan berikut dilakukan penerjemah pastinya untuk menambah kesesuaian dengan teks terjemahan dengan peristiwa yang hendak disampaikan oleh hadist tersebut. penerjemahan berikut ini juga menggunakkan salah satu prosedur penerjemahan yang bernama ‘Modulasi’. Karena pada penerjemahan kalimat tersebut, penerjemah berusaha menyepadankan terjemahan kalimat tersebut agar mudah ketika diucapkan atau dipahami.

Syair

Dari sumber https://m.republika.co.id/berita/r1zz28320/pesan-ibnu-athaillah-jangan-mudah-terima-pemberian

Pemberian hadiah atau apapun yang sifatnya pemberian tak luput dari adab-adab dan syariat yang menyertainya.Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan dua syarat dalam menerima pemberian dari orang lain. Ibnu Athaillah berkata sebagai berikut:

لا تَمُدَّنَ يَدَكَ إلى الأخْذِ مِنَ الخَلائِقِ، إلّا أنْ تَرى أنَّ المُعْطِيَ فِيهِمْ مَوْلاكَ. فإنْ كُنْتَ كَذلِكَ فَخُذْ ما وافَقَ العِلْمَ

“Jangan pernah kau tengadahkan tanganmu untuk meminta sesuatu kepada para makhluk, kecuali kamu mengetahui bahwa yang memberikan segalanya adalah Allah ta’ala. Lantas jika kamu sudah mengetahui seperti itu, ambil saja sesuatu yang memang telah sesuai dengan ketentuan syariat.

Analisis

Analisis dari kalimat bebas yang saya kutip dari “syair ibnu athailah” mengenai pemberian hadiah atau apapun yang sifatnya pemberian tak luput dari adab-adab dan syariat yang menyertainya. Pertama, dalam kata تَمُدَّنَ يَدَكyang dimaknai “tengadahkan tanganmu” padahal jika kata tersebut kita maknai secara berurutan, maka makna aslinya menjadi “membudayakan tanganmu” Peristiwa penerjemahan diatas masuk ke dalam penerjemahan yang menerapkan prosedur penerjemahan modulasi. Karena penerjemah berusaha menyepadankan makna kata tersebut dengan objeknya walaupun bila dilihat dari segi semantik berbeda sudut pandang artinya dan cakupan maknanya, namun memberikan makna pesan atau maksud yang sama.

Kedua, dalam terjemahan syair di atas kata فَخُذْ dimaknai menjadi “memang” padahal makna asli dari kata tersebut yaitu “pemberian” karena sang penerjemah berusaha untuk menyesuaikan kata tersebut dengan objeknya yaitu “telah” maka yang sesuai dengan kata objeknya yaitu “memang” penerjemahan berikut termasuk ke dalam salah satu prosedur penerjemahan ‘Modulasi’ karena penerjemah berusaha menyepadankan makna kata tersebut dengan objeknya walaupun bila dilihat dari segi semantik berbeda sudut pandang artinya dan cakupan maknanya, namun memberikan makna pesan atau maksud yang sama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image