Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Fadhilah Zein

Terobosan Canggih Multidisiplin Bioinformatika

Teknologi | 2023-11-06 10:49:43
Chairman Bioinformatics and Advanced Computing Data Science and Artificial Intelligence Universitas Indonesia Prof. Alhadi Bustamam, S.Si.,M.Kim.,Ph.D.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, bioinformatika masih belum terlalu populer di Tanah Air. Namun, jumlah pakar di bidang ini ternyata sudah banyak dan diakui di dunia pendidikan internasional. Bioinformatika sejatinya menjadi multidisiplin karena di dalamnya banyak melibatkan disiplin ilmu berbeda mulai dari Artificial Intelligence (AI), Data Sains, Matematika, Ekonomi, Statistik dan Programming. Chairman Bioinformatics and Advanced Computing Data Science and Artificial Intelligence Universitas Indonesia Prof. Alhadi Bustamam, S.Si.,M.Kim.,Ph.D. memberikan pencerahan luar biasa tentang masa depan bioinformatika. Berikut adalah wawancara saya dengannya beberapa waktu lalu di kampu UI.

Bagaimana Anda melihat masa depan bioinformatika?

Kita memperkuat bioinformatika sebagai tools (perangkat) dan ini menjadi sebuah multidisiplin yang memang banyak pihak terlibat di dalamnya, baik dari sisi matematika, statistika, komputer sains dan biologi. Kita mengembangkan model atau tools dan metode yang bisa dimanfaatkan di dunia laboratorium sains. Kebetulan salah satu yang paling dekat dengan bioinformatika adalah biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang menjadi salah satu challenging (tantangan) kita ke depan. Tapi sebenarnya tidak sekedar itu, bioinformatika juga punya ruang yang lain, terutama di bidang kesehatan, farmasi dan sebagainya.

Ada hubungan dengan Masyarakat Bioinformatika dan Biodiversitas Indonesia (MABBI)?

Kami dari UI memperkuat MABBI dan juga biodiversitas. Kebetulan saya ditunjuk untuk concern di bidang bioinformatika.

Tahapan ke depannya seperti apa?

Kita ini kan sekarang hidup di era big data ya, data analytics, karena saya concern di bidang bioinformatika, kita juga menyiapkan topik-topik yang nanti bisa mendukung biodiversitas. Topik-topik ini berkembang sangat pesat dan bioinformatika juga lebih lanjut berjalan dengan yang sudah ada seperti data sains, artificial intelligence, dan ini masuk ke dunia biodiversitas dan hampir semua bidang. Pada akhirnya, bioinformatika juga akan masuk ke sana.

Apa program yang sedang dikerjakan?

Salah satu startup yang kita develop adalah aplikasi yang di dalamnya menggunakan teknik-teknik bioinformatika, data sains dan AI. Aplikasi ini bermanfaat untuk bidang keuangan, perbankan dan asuransi. Jadi, bagaimana kita membuat algoritma-algoritma nanti bisa dimanfaatkan underwriting (penilaian) di perusahaan asuransi. Jadi yang tadinya proses peminjaman di mana nasabah diproses secara manual menggunakan paperwork, sekarang kita lakukan seleksi lebih detail dengan pendekatan AI.

Jadi, tidak berkaitan langsung dengan biodiversitas?

Nah, ini menunjukkan bioinformatika itu sangat luas. Sampai masuk ke dunia startup di bidang kesehatan membantu atau mengatasi fraud di bidang perbankan karena sekarang di perbankan banyak sekali fraud. Ada orang yang punya penyakit keras dan setiap berobat menarik pinjaman ke bank. Nah, karena tidak ada proses seleksi dini, hanya berdasarkan paperwork, jadi orang ini dapat pinjaman, begitu dua tiga bulan berobat lalu dia meninggal dunia. Nah, ini lalu ditanggung perusahaan asuransi. Kasus seperti ini banyak sekali dan ini menjadi beban bagi dunia keuangan dan asuransi.

Jadi harus ada aplikasi yang mendukung proses seleksi?

Kami dari bioinformatika mengembangkan proses perbankan khususnya di bidang seleksi nasabah. Kita cek dulu kesehatannya, cuma periksanya tidak dengan medical check up konvesional, kita dengan aplikasi. Aplikasi ini menggunakan kamera ponsel yang diarahkan ke wajah nasabah, kita proses data berdasarkan kardio yang ada di bawah kulit. Dari situ macam-macam yang kita bisa deteksi. Data ini kemudian menjadi pertimbangan bagi dunia perbankan untuk meng-cover penyakit nasabah. Jadi, yang saya ingin sampaikan adalah bioinformatika ini menjadi tools yang banyak diharapkan memberi dampak positif kepada masyarakat dan industri.

Kalau di bidang biodiversitas bagaimana?

Termasuk bidang biodiversitas karena bidang ini juga mencakup sangat luas. Banyak pihak yang terlibat, memang masing-masing memiliki concern sendiri-sendiri, seperti yang dilakukan teman-teman IPB di bidang pertanian. Kami di UI juga punya concern di bidang pertanian hasil kerjasama dengan Pemerintah Jepang. Bagaimana bioinformatika, artificial intelligence dan data sains bisa mendeteksi penyakit pada tanaman seperti karet, sawit, padi dan sebagainya. Kita bisa mendeteksi penyakit-penyakit secara cepat hanya dengan menggunakan image dari drone atau dari kamera.

Apakah tools di UI sudah ada semua?

Iya, kita di UI sudah ada Data Science Center yang salah satu program kerjanya adalah mendukung program-program tersebut. Ini yang depannya kita rencanakan untuk bekerja sama dengan berbagai industri. Di dalamnya menjadi wadah bagi teman-teman dari S1 dan S2 untuk riset yang bisa link and match dengan industri, salah satunya dengan industri perbankan, keuangan dan asuransi. Sementara, kalau biodiversitas kita sudah kerja bareng dengan Pemerintah Jepang.

Dengan perusahaan dalam negeri ada?

Kita juga lagi mengerjakan project dengan PT Kalbe Farma Digital kita mengembangkan seperti Chat GPT khusus seperti bidang kesehatan. Bentuknya kita lagi kembangkan apa yang disebut sebagai Large Language Model (LLM). Sangat banyak yang terlibat.

Seperti apa skemanya kerjasama?

Kalau dengan Pemerintah Jepang skemanya adalah penelitian, dibiayai oleh Pemerintah Jepang dan Indonesia. Kalau dengan Kalbe ini skemanya hilirisasi industri ke pihak Kalbenya. Dan, ini kalau sudah jadi, akan bermanfaat kepada setiap orang karena mereka bisa mengecek kesehatannya secara langsung.

Benefit untuk tenaga kesehatan juga ada ya?

Oh iya, ini juga untuk membantu kerja dokter juga dalam implementasi kerja di lapangan. Sekarang itu, kalau kita bikin Large Language Model bidang kesehatan terkait penyakit kanker, itu semua data terkait kanker yang istilahnya scorpus knowledge yang ada di jurnal internasional dan semua riset penelitian di dunia itu kita bisa tarik menjadi basis untuk membuat language base dari LLM itu. Ini kalau kita bisa link antara penyakit dengan biomarker genetik dihubungkan dengan nutrisi, sehingga orang itu bisa tahu nutrisi apa yang dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi penyakit yang dideritanya.

Jadi ini project hulu ke hilir ya?

Iya, kita bisa kerjasama dengan dokter dan farmasi nantinya. Kita membuat sistem komprehensif dan memvalidasinya. Kalau ini sudah disepakati bersama, maka ini menjadi sebuah terobosan luar biasa di bidang kesehatan. Dokter tentunya memiliki keterbatasan untuk menampung semua knowledge, dengan AI ini tentunya akan menjadi mudah dan komprehensif.

Untuk memvalidasinya seperti apa?

Data diambil dari scorpus knowledge berupa data-data riset yang sudah tervalidasi secara internasional. Data-data yang diambil tentunya hasil riset yang sudah divalidasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image