Gelapnya Tabiat, Nafsu dan Kebodohan
Agama | 2023-11-04 17:32:06"Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allâh disisinya, lalu Allâh memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allâh adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah ia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allâh, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun". (QS. an-Nur/ 24: 39- 40)
Mengetahui Kebenaran dan Petunjuk
Ayat-ayat tersebut mencerminkan bahwa ada orang yang mengetahui kebenaran dan petunjuk. Mereka memiliki akses ke pengetahuan yang benar dan pedoman hidup yang sesuai. Namun, mereka tidak memilih untuk mengikuti jalan ini. Pertanyaan pertama yang muncul adalah mengapa hal ini terjadi? Mengapa seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran akan memilih kesesatan?
Salah satu alasan mungkin adalah pengaruh gelapnya tabiat dan nafsu. Manusia sering kali dipengaruhi oleh dorongan-dorongan pribadi mereka, yang dapat mengaburkan pemikiran rasional dan menghalangi mereka untuk mengikuti kebenaran yang mereka ketahui. Nafsu manusia cenderung memimpin mereka ke arah yang lebih mudah, meskipun itu mungkin bukan jalan yang benar.
Selain itu, gelapnya kebodohan juga bisa menjadi faktor penting. Ini mengacu pada kurangnya pengetahuan atau pemahaman yang mendalam tentang kebenaran. Orang-orang mungkin memiliki pengetahuan yang terbatas atau pemahaman yang salah tentang kebenaran, yang akhirnya mengarah pada tindakan yang salah.
Gelapnya Tabiat dan Nafsu
Gelapnya tabiat dan nafsu adalah faktor-faktor yang sering menghambat seseorang untuk mengikuti kebenaran. Gelapnya tabiat merujuk pada karakteristik alamiah manusia yang sering kali memimpin mereka ke arah yang lebih mudah dan menguntungkan diri sendiri. Ketika seseorang terjebak dalam tabiat negatif, mereka cenderung menghindari upaya untuk mengikuti kebenaran.
Nafsu manusia juga memiliki peran besar dalam hal ini. Nafsu bisa merujuk pada keinginan duniawi, yang mungkin berlawanan dengan ajaran dan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika nafsu dominan, seseorang mungkin tergoda untuk mengabaikan kebenaran demi memenuhi keinginan mereka.
Gelapnya Kebodohan
Gelapnya kebodohan adalah faktor lain yang memainkan peran penting dalam mengapa beberapa orang memilih kesesatan daripada kebenaran. Kebodohan bisa berasal dari kurangnya pendidikan atau pemahaman yang salah tentang agama dan nilai-nilai. Ketika seseorang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang kebenaran, mereka mungkin lebih rentan terhadap kesesatan.
Perumpamaan dalam Al-Qur'an
Ayat-ayat dalam surat an-Nur memberikan dua perumpamaan untuk orang-orang yang memilih kesesatan. Pertama, mereka dibandingkan dengan fatamorgana di tanah datar. Fatamorgana adalah ilusi optik yang membuat orang melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ini mencerminkan bagaimana orang-orang yang memilih kesesatan sering kali terjebak dalam ilusi dan kebohongan.
Kedua, mereka dibandingkan dengan gelap gulita di lautan yang dalam. Ini menggambarkan situasi ketika seseorang terjebak dalam kegelapan yang bertumpuk-tumpuk, dihantui oleh kesesatan dan hawa nafsu. Mereka tidak memiliki petunjuk, dan kehidupan mereka terasa hampa dan bingung.
Konsekuensi dari Memilih Kesesatan
Ayat-ayat ini juga menunjukkan bahwa konsekuensi dari memilih kesesatan adalah kehilangan cahaya dan petunjuk. Orang yang memilih kesesatan mungkin merasa seperti mereka mengikuti jalan yang benar, tetapi akhirnya mereka akan tersesat dan merasa kebingungan. Mereka tidak akan mendapatkan bimbingan yang mereka butuhkan dalam hidup mereka.
Kesimpulan
Dalam kehidupan manusia, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi apakah seseorang akan mengikuti kebenaran dan petunjuk atau memilih kesesatan. Gelapnya tabiat, nafsu, dan kebodohan adalah faktor-faktor yang sering menghalangi seseorang untuk memilih kebenaran.
Oleh karena itu, penting untuk selalu mencari pengetahuan yang benar, memerangi nafsu duniawi, dan berusaha untuk memahami kebenaran dengan baik. Allâh mengumpamakan dua perumpamaan ini dalam Al-Qur'an untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsekuensi memilih kesesatan, dan mengingatkan kita tentang pentingnya mengikuti kebenaran dalam kehidupan kita.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.