Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Renica Ryadi

Kampung Wisata Gerabah Pagelaran Malang Rilis E-Commerce, Siap Go-Nasional

Wisata | 2023-11-04 14:50:36

Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk industri pariwisata. Kampung Wisata Edukasi Gerabah di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, mengalami penurunan signifikan dalam jumlah pengunjungnya.

Seiring dengan berbagai perubahan ini, Universitas Negeri Malang (UM) telah mengambil langkah proaktif dalam memastikan keberlangsungan Kampung Wisata Edukasi Gerabah Pagelaran. Mereka telah mulai menerapkan digitalisasi, terutama dalam pemasaran digital dan optimasi mesin telusur (search engine optimization/SEO).

Upaya Kampung Wisata Gerabah Pagelaran Bertahan di Era Digital

Sepanjang tahun 2023, tim pengembang Universitas Negeri Malang yang terdiri dari dosen, praktisi, alumni, dan mahasiswa telah mengembangkan situs e-commerce bertajuk PagelaranTerakota.com. Kedepannya situs ini akan digunakan mempromosikan produk dan budaya desa Pagelaran sebagai salah satu pusat pengrajin gerabah tertua di pulau Jawa.

"Sejak pandemi, banyak bisnis yang beralih ke digital, mulai jualan di marketplace atau bikin e-commerce sendiri. Itulah alasan kenapa UM berinisiatif membuatkan sistem e-commerce untuk teman-teman pengrajin gerabah di Pagelaran.” terang Lohana, saat diwawancarai di sesi peresmian PagelaranTerakota, 27 Oktober 2023 kemarin.

Sejarah produksi gerabah di kawasan Pagelaran telah dimulai sejak tahun 1960. Pada awalnya, Pagelaran adalah salah satu pemasok gerabah terbesar di Jawa Timur, dikenal karena kualitas dan harga yang terjangkau. Namun, saat pandemi COVID-19 mulai melanda pada akhir tahun 2019, pesanan produk menurun, yang menyebabkan para pengrajin mengurangi produksi dan mencari pekerjaan lain.

Untuk mendukung keberlangsungan Kampung Wisata Edukasi Gerabah, pengrajin setempat mencoba berinovasi dengan menawarkan paket edukasi gerabah pada tahun 2020. Namun, upaya ini belum mampu memberikan dampak signifikan pada ekonomi para pengrajin.

"Kami sudah punya paket edukasi gerabah bagi anak-anak sekolah dan pengunjung umum yang ingin belajar membuat gerabah. Alhamdulillah ada pengunjung walau tidak rutin. Mudah-mudahan PagelaranTerakota bisa meningkatkan pengunjung di sini, sehingga ekonomi pengrajin bisa meningkat juga.” Indra, salah satu penggerak Kampung Wisata Edukasi Gerabah, menjelaskan.

Tim pengembang UM dan perwakilan pengrajin gerabah saat peresmian e-commerce (Foto: Ardy Tria)

Inspirasi Nama PagelaranTerakota

Nama situs ecommerce PagelaranTerakota.com ini mengambil inspirasi dari nama desa Pagelaran dan "terakota," yang merupakan adaptasi dari bahasa Inggris "terracotta," yang berarti tembikar tanah liat berwarna coklat kemerahan. Selain sebagai platform promosi, situs ini juga dilengkapi dengan sistem pembelian online, mirip dengan marketplace.

Renica, salah satu anggota tim UM yang merupakan seorang praktisi digital, menjelaskan, "Selain menghadirkan situs web, kami juga berencana menerapkan teknik SEO (Search Engine Optimization) dan menambahkan konten informatif untuk meningkatkan visibilitas situs di Google dan mesin pencari lainnya."

Selain situs web, Kampung Edukasi Wisata Gerabah Pagelaran akan mengembangkan keberadaan mereka di media sosial, YouTube, marketplace, dan iklan online. Tim UM dan penggerak lokal akan mengoptimalkan lokasi Kampung Edukasi Wisata Gerabah Pagelaran di Google Maps untuk mengundang pengunjung secara fisik.

"Meskipun kami mengenalkan PagelaranTerakota secara daring, nama resmi desa wisata tetap tidak berubah. Kami akan fokus pada meningkatkan kehadiran online desa wisata gerabah Pagelaran, yang diharapkan akan memberikan dampak positif pada ekonomi para pengrajin.” Lohana menekankan.

“Ya, tentu saja digitalisasi ini hanya bisa berhasil dengan semangat dan kerja sama dari para pengrajin, termasuk generasi muda yang ingin melestarikan budaya dan mempelajari keterampilan digital."

Selain perilisan situs e-commerce, komunitas pengrajin gerabah di Kampung Edukasi Wisata Gerabah Pagelaran, Malang, juga berharap akan ada pendampingan digital intensif bagi pengrajin yang dipercaya menjadi pengelola situs dan media pemasaran lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image