Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image hasbi aswar

Mengapa Joe Biden Mati-matian Membela Israel?

Politik | 2023-11-03 20:20:17

Saat bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 18 Oktober 2023 lalu, Presiden Joe Biden menegaskan kembali dukungan tanpa syaratnya terhadap Israel bahkan secara personal dengan mengatakan bahwa: Saya tidak percaya bahwa anda perlu menjadi seorang Yahudi untuk jadi seorang Zionis dan saya menyatakan bahwa saya adalah seorang Zionis. I don't believe you have to be a Jew to be a Zionist, and I am a Zionist."

Jika melihat track record Biden sebagai politisi sejak tahun 1973 sampai saat ini sebagai pemimpin AS selalu konsisten memperlihatkan dukungannya terhadap Zionis Israel. Konon hal ini karena warisan dari orang tuanya yang juga sangat pro terhadap Israel. Sejak jadi anggota senat AS, menurut Open Secrets Database (2023), Biden telah menerima sekitar 4,2 juta dollar sumbangan dari kelompok - kelompok pro-Israel.

Tidak bisa disangkal bahwa, faktor politik lobi dan dukungan dana Yahudi membuat AS dan para pemimpinnya cenderung selalu menjadikan Israel sebagai prioritas, atau kebijakan Israel First.

Meskipun demikian, ada banyak faktor lain yang membuat AS akan selalu menjadikan Israel sebagai aliansi strategis nya di Timur Tengah.

Pertama, Israel adalah entitas yang secara ideologis memiliki kesamaan dengan AS yaitu ideologi politik liberal dan pragmatis. Bagi AS, hanya Israel satu - satunya yang dapat dipercaya untuk menjadi mitra kerjasama keamanan di Timur Tengah. Itulah sebabnya sejak awal berdiri, sampai saat ini lebih dari seratus miliar dollar yang telah AS gelontorkan untuk mendukungan eksistensi dan pertahanan Israel.

Faktor Kedua, wilayah Timur Tengah tepat berada di jantung dunia yang menghubungkan benua Asia, Afrika, dan Eropa. Wilayah ini memiliki jalur perdagangan laut dan darat yang sangat dibutuhkan dunia. Bukan hanya itu wilayah Timur Tengah memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di dunia.

Faktor ketiga, posisis strategis Timur Tengah membuat wilayah ini sejak dulu diperebutkan oleh imperium - imperium besar sampai sekarang ini. Wilayah Timur Tengah berhubungan langsung dengan Rusia dan China yang saat ini menjadi penantang baru AS. Belum lagi, kelompok - kelompok politik dan pejuang seperti al-Qaeda, HAMAS, Hizbullah yang selalu berpotensi mengancam kepentingan AS di Timur Tengah.

Melihat beberapa poin diatas, bagi AS hanya Israel yang layak dipercaya dan diajak kerjasama untuk bisa mengamankan kepentingan AS di Timur Tengah melalui kekuatan intelijen dan militer Israel.

AS semakin yakin terhadap Israel, saat negara ini berhasil mengalahkan Suriah, Mesir, dan Irak dalam perang Arab Israel sejak tahun 1948-1973 yang notabene tiga negara ini lebih dekat kepada Uni Soviet.

Di era perang melawan Terror dan upaya untuk membendung pengaruh Iran di Timur Tengah, AS juga mengandalkan kemampuan Israel.

Dalam perang Oktober antara Hamas dan Israel terlihat betapa seriusnya AS dalam melindungi dan mendukung Israel. Terlihat jelas bahwa ada kekhawatiran besar jika Israel dipermalukan dalam perang ini. Jika terjadi, ini bisa mengubah lanskap politik timur tengah. Israel melemah, kelompok Hamas menguas, gerakan pejuang di Timur Tengah juga akan semakin mengancam, dan yang pasti Iran juga kurang lebih akan mendapatkan peluang untuk menggerus kepentingan AS di Timur Tengah.

Keberadaan Israel yang strategis bagi AS telah dipahami oleh Biden sejak lama. Dalam sebuah pidatonya di lembaga lobi yahudi AIPAC, saat masih menjabat sebagai wakil presiden tahun 2013, Biden menyampaikan bahwa, Dukungan AS kepada Israel bukan sekedar komitmen moral tapi juga untuk kepentingan strategis AS. Biden berkata, seandainya Israel tidak ada maka kita tetap wajib menciptakannya.

by reaffirming our commitment to the state of Israel. It's not only a long-standing moral commitment; it's a strategic commitment. An independent Israel, secure in its own borders, recognized by the world is in the practical strategic interest of the United States of America. I used to say when I -- Lonnie's (sp) brother used to say, if there were no Israel, we'd have to invent one.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image