Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Elsa Rahmadita

Psikoanalisis Tokoh Utama Wanita dalam Novel Kehilangan Mestika Karya Hamidah Menggunakan Teori Sigm

Sastra | Tuesday, 31 Oct 2023, 22:27 WIB
Sumber: https://images.app.goo.gl/rwif41i1ib9irRN88

Novel merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan manusia berupa suasana cerita yang beragam sampai terjadinya beragam konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup terhadap pelaku dalam novel. Novel juga memberikan gambaran-gambaran mengenai peristiwa-perisitiwa jiwa manusia sebagai hasil pengamatan dari pengarang. Tak heran jika banyak pembaca yang merasa bahwa cerita dalam novel tersebut relate dengan kehidupan yang dirasakan oleh mereka. Oleh sebab itu novel merupakan karya sastra yang banyak diminati oleh para khalayak.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap karya sastra dari gejala awal sampai akhir pada sebuah cerita yang akan senantiasa mewarnai karya sastra tersebut. Namun bukan hanya dilihat dari faktor lingkungan saja tapi faktor kejiwaan tokoh pada sebuah karya sastra juga berpengaruh pada sebuah cerita. Pada dasarnya manusia terdiri dari jiwa dan raga. Mengingat psikologi sastra mempelajari tentang fenomena kejiwaan, seorang sastrawan akan senantiasa membuat pemikiran-pemikiran baru dalam membuat karya sastra. Selain dilihat dari kejiwaan tokoh, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap karya sastra dari gejala awal sampai akhir pada sebuah cerita akan senantiasa mewarnai karya sastra tersebut. Karya sastra selau terlibat dengan segala aspek kehidupan dan juga aspek kejiwaan.

Novel Kehilangan Mestika karya Hamidah yang diterbitkan tahun 1935 merupakan salah satu karya dari pengarang angkatan Pujangga Baru. Novel ini juga merupakan salah satu karya pertama buatan seorang pengarang perempuan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Fatimah atau biasa dikenal dengan nama penanya Hamidah menceritakan dalam novelnya tentang nasib dan suka derita seorang gadis bernama Hamidah yang selalu kehilangan pria yang dicintainya. Novel ini bukan hanya menceritakan tentang perjalanan asmara dari tokoh Hamidah saja tetapi juga menceritakan tentang perjuangan Hamidah dalam mencapai hak kebebasannya sebagai seorang perempuan.

Penelitian mengenai psikologi kepribadian seseorang dalam keadaan sadar dan tidak sadar pernah dikaji oleh Sigmund Freud yang membahas manusia dari Id, Ego, dan Super Ego yang merupakan kajian pokok dalam psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Penelitian ini berfokus pada bagaimana mengetahui tokoh-tokoh dalam novel Kehilangan Mestika karya Hamidah berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud terhadap kejiwaan sang tokoh utama.

a. Id

Id dalam kepribadian manusia dianggap sebagai bagian yang paling primitif dan orisonal. Id merupakan tempat penyimpanan kebutuhan mendasar yag ada pada diri manusia. Contohnya seperti makan, minum, tidur, agresivitas. Insting yang ada dalam Id dapat bekerja sama dalam situasi yang berbeda yang berfungsi untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Id juga termasuk ke dalam sistem yang tidak disadari, misalnya tidak terpengaruhi waktu, tidak memperdulikan realitas, dan bekerja atas prinsip kesenangan.

Dalam novel Kehilangan Mestika terdapat aspek Id yang dialami oleh tokoh utama wanita yaitu Hamidah. Yaitu saat ia menginginkan kebebasan bagi perempuan, ia ingin mengubah pemikiran orang-orang di kampungnya di mana seorang wanita diharuskan mengikuti tradisi pingitan, tak boleh kelihatan oleh orang lain yang tidak ada hubungan darah terlebih oleh laki-laki, dan larangan bahwa wanita tidak boleh keluar dan bergaul oleh pria yang tidak memiliki hubungan darah. Ia ingin lepas dari adat di kampungnya. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut:,

“Kebanyakan daripada adat yang diadatkan disangkakan mereka sebagain juga daripada syarat agama. Gadis-gadis mesti dipingit, tak boleh kelihatan oleh orang yang bukan sekeluarga lebih-lebih oleh laki-lak. Adat inilah yang lebih dahulu mesti diperangi. Inilah yang kucita-citakan. Aku ingin melihat saudara-saudaraku senegeri berkeadaan seperti saudara-saudaraku di tanah jawa” (Hamidah, 1935: 18).

Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bagaimana tokoh Hamidah menolak stigma masyarakat mengenai adat yang telah dianggap sebagai syarat agama. Ia ingin bahwa kaum wanita yang ada di kampungnya merasakan kebebasan dan mendapatkan hak yang sama dengan kaum pria terlebih mengenai pendidikan.

b. Ego

Ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas . Ego juga bekerja mengatur aspek-aspek tertentu dari naluri dan mengarahkan pada dorongan-dorongan individu. Menurut Freud, fungsi ego adalah memilih rangsangan mana yang harus dipuaskan, bagaimana dan kapan memuaskannya. Selain beroperasi atas dasar prinsip-prinsip, ego juga beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder, oleh karena itu ketika berhadapan dengan kenyataan, peran ego lebih menggunakan logika. Jadi, Id dan ego jelas berbeda. Jika Id diatur oleh prinsip kesenangan , sedangkan ego diatur oleh prinsip realitas, maka realitas berarti apa yang ada.

Aspek ego yang dirasakan oleh Hamidah, terlihat ketika Hamidah mulai membangun sebuah perkumpulan khusus untuk wanita dengan dibantu oleh teman-temannya yang berasal dari luar bangka untuk memberi kesempatan belajar bagi wanita yang ada di kampungnya. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut:

“Jikalau mereka telah mengerti kepentingan perguruan, tentulah mereka tak segan-segan mengeluarkan ongkos untuk menyerahkan anaknya ke sekolah. Anak-anak ini nanti tentu akan menjadi Ibu yang lebih sempurna dari mereka dan akan lebih banyak berjasa kepada tanah air dan bangsanya. Hal inilah yang mendorongku akan mendirikan sebuah perkumpulan bagi kaum Ibu. Pendapatku ini kukemukakan. Kawan-kawanku setuju semuanya. Dengan demikian sesudah bersusah payah bukan sedikit dapatlah kami dirikan sebuah perkumpulan yag mempunyai anggota tak lebih tak kurang dari sepuluh orang” (Hamidah, 1935: 20)

Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bagaimana tekad Hamidah dengan kawan-kawannya dalam membangun perkumpulan untuk kaum wanita, berkat semangatnya itu perkumpulan itu pun kian maju. Mereka mengadakan kursus menulis dan membaca tak lupa juga mereka mengadakan memasak dan kegiatan kerja tangan. Betapa senangnya Hamidah dan kawan-kawannya dalam mendirikan perkumpula itu meskipun masih jauh dari kata sempurna.

c. Superego

Superego adalah sistem perilaku seseorang. Proses ini terdiri dari norma sosial, norma budaya, dan proses jiwa yang terlibat di dalamnya. Superego sama dengan Id, artinya superego tidak terpengaruh waktu dan tempat, tidak mempunyai analisis diri, dan mempunyai kekuatan tersendiri. Superego juga mengabaikan kenyataan. Namun dari segi kerja, superego berbeda dengan Id. Kalau prinsip Id mencari kesenangan sedangkan superego mencari kesempurnaan. Freud dalam bukunya menjelaskan bahwa superego merupakan sistem nilai moral internal individu yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut diterima dari orang tuanya, terutama berupa perilaku yang pantas untuk diterima dan perilaku yang tidak pantas untuk dipelajari dalam situasi tertentu. Superego mempunyai efek positif dalam mengendalikan impuls Id pada individu, namun juga mempunyai efek negatifnya.

Aspek superego yang terjadi adalah saat Hamidah berhasil mengubah pemikiran para warga agar menerima perkumpulan tersebut. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut:

“Pada permulaannya kami dikatakan orang perempuan ‘kafir’, sebab sudah berjalan ke sana dan kemari, tidak pula berselendang yang akan menutup kepala. Tetapi, setelah kami meminta seorang ahli agama Islam mengadakan tablig sekali seminggu di dalam perkumpulan kami, banyak juga pemandangan mereka itu yang mulai berubah. Kami dihormati mereka, demikian juga pekerjaan kami, kian hari kian memperlihatkan hasilnya. Anggota pun makin bertambah juga” (Hamidah, 1935: 21).

Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bagaimana masyarakat di kampungnya mulai terbuka akan pentingnya pendidikan bagi perempuan, walaupun Hamidah dan kawan-kawannya sempat dicaci maki namun niatnya dalam merubah pandangan masyarakat terhadapat perkumpulan tersebut dengan mendatangkan seorang ahli agama berhasil merubah pemikiran para masyarakat. Pada akhirnya mereka mulai menerima dan mengakui perkumpulan tersebut.

Dari analisis data yang telah dilakukan, ditemukan adanya aspek kepribadian berdasarkan teori Sigmund Freud dalam tokoh utama dalam novel ini yaitu Hamidah yang menginginkan kebebasan dan keadilan untuk kaum wanita di tanah kelahirannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image