Karya Sastra Novel Atheis oleh Achdiat Karta Mihardja
Sastra | 2023-10-30 19:51:08Membaca merupakan sebuah bagian dari keterampilan berbahasa yang berada pada tataran ketiga, setelah dilakukannya kegiatan menyimak dan berbicara. Membaca merupakan suatu tindakan yang tidak hanya menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan lain hal, seperti aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca juga sebagai proses dalam melihat dan memahami bacaan utuk memeroleh pesan yang disampaikan oleh penulis dalam sebuah tulisan. Salah satu metode membaca yang sering dilakukan ialah membaca ekstensif. Dengan dilakukannya metode membaca ekstensif ini, membaca untuk memahami informasi bacaan dengan cepat, ekfektif, dan efisien serta membaca dengan waktu yang sesingkat mungkin dengan objek bacaan sebanyak-banyaknya.
Novel merupakan karya sastra yang lebih panjang dari cerpen atau karya sastra lainnya. Dalam membaca novel, dapat dilakukan dengan menggunakan teknik membaca dangkal yang merupakan salah satu jenis dari membaca ekstensif. Membaca dangkal dilakukan pembaca untuk memeroleh pemahaman yang mendalam dan dapat dilakukan di waktu senggang dengan menggunakan jenis bacaan yang ringan, seperti novel dan artikel singkat. Dengan membaca dengan teknik membaca dangkal dapat memeroleh pengetahuan, wawasan serta hiburan untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan.
Novel Atheis ini merupakan novel sastra karya Achdiat K Mihardja yang diterbitkan di Balai Pustaka pada tahun 1949. Novel ini mengisahkan seorang tokoh yang bernama Hasan yang taat beribadah yang kemudian menjalin sebuah hubungan asmara dengan Rukmini, sayangnya hubungan tersebut tidak direstui oleh orangtua Rukmini karena Rukmini telah dijodohkan oleh orangtuanya dengan saudagar yang kaya raya. Hasan pun pergi ke kota Bandung untuk merantau karena ia berasal dari sebuah salah satu desa yang berada di Garut. Di perkotaan, ia menemui teman lamanya, yaitu Rusli. Hasan diperkenalkan dengan seorang wanita bernama Kartini oleh Rusli. Kartini yang merupakan seorang wanita yang hidup di kota dan memiliki pergaulan yang bebas, juga Kartini merupakan seorang janda. Hasan yang mengajak Rusli dan Kartini untuk kembali pada jalan yang benar, tetapi malah kebalikannya, Rusli berbalik memberi tahu Hasan. Hasan pun tetap pada prinsipnya yang tegh, tetapi lama kelamaan prinsip itupun hilang ketika ia diperkenalkan dengan seorang yang tidak percaya akan adanya Tuhan, Anwar namanya.
Waktu berlalu, Hasan dan Kartini pun menikah, namun dalam kehidupan rumah tangga mereka semakin berantakan karena pergaulan Kartini yang tidak jelas, Hasan pun cemburu dan tidak suka melihat pergaulan Kartini, bukannya menuruti Hasan sebagai suaminya, Kartini bahkan menjauh dari Hasan dan lebih memilih untuk sering bertemu dengan Anwar. Hasan yang berpikir bahwa Kartini dan Hasan memiliki hubungan dibelakangnya. Hasan pun menjadi sadar dan membutuhkan sandaran untuk berkeluh kesah, yaitu sujud kepada Tuhan. Hasan yang menyesal akan perbuatannya karena telah meragukan akan keberadaan Tuhan dengannya. Akhirnya, Hasan memutuskan untuk bercerai dengan Kartini dan pulang ke desanya di Garut. Sesampainya di desa, Hasan bertemu dengan ayahnya yang sedang sakit parah. Ayahnya tidak mau menerima permintaan maaf Hasan. Hasan pun merasa sedih dan merasa dunia sedang runtuh, karena tidak mendapat dukungan lagi, terutama manusia sebagai makhluk. Hari-hari berlalu, Hasan semakin membenci Anwar. Kemudian Hasan punya pemikiran yang buruk untuk membunuh Anwar. Namun, nasib berkata sebaliknya, Hasan yang berniat membunuh Anwar secepatnya, namun Hasan yang kehilangan nyawanya, ia tertembak di paha kiri dan terjatuh. Di detik-detik terakhir hidupnya, Hasan mengingat Allah dan merasakan penyesalan untuk kesekian kalinya dan merasakan sebuah penyesalan untuk kesekian kalinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.