Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Odjie Samroji

Menjaga Kelembutan Seorang Guru

Guru Menulis | Monday, 30 Oct 2023, 15:18 WIB
Foto ilustrasi : Guru Lemah Lembut (pixabay)

Karakter guru adalah sifat lemah lembut. Inilah salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dikenal sebagai sosok yang memiliki kelemah lembutan. Dalam kehidupan beliau, tidak pernah berlaku kasar kepada siapapun. Bahkan kepada orang yang membencinya sekalipun.

Allah memerintahkan kita untuk tetap berlaku lemah lembut sebagaimana firman Allah :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Al Imran 159)

Maka sifat ini adalah sifat yang wajib ditanamkan pada diri setiap muslim. Lebih-lebih kita sebagai seorang pendidik yang banyak berinteraksi dengan para siswa. Perbedaan suku, adat-istiadat, kebiasaan, bukan alasan untuk kita bersikap kasar. Karena siapa saja yang sudah masuk Islam, maka dia harus menghiasi dirinya dengan akhlak Islam.

Satu lagi contoh dari sahabat Rasul, kita tahu bagaimana kerasnya Umar sebelum masuk Islam. Setelah masuk Islam, kita tahu bagaimana kelembutan Umar. Umar bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Padahal dahulu beliau adalah orang yang keras. Islam merubah Umar. Demikian pula sahabat-sahabat yang lain. Islam merubah hidup, perilakudan perangai mereka. Dari kasar menjadi lemah-lembut.

Sikap lemah lembut adalah sifat terpuji yang harus dimiliki guru. Dalam proses pembelajaran dikelas guru berperan penting menciptakan suasan pembelajaran yang menyenangkan. Inilah modal awal keberhasilan proses belajar di kelas. Jika suasana para siswa berbahagia maka kelas akan terasa sangat menyenangkan. Dan salah satu pemicunya adalah sifat lemah lembut guru dalam menyampaikan materi.

Saat kita berhadapan dengan para siswa di kelas, terlebih beberapa siswa yang sedikit sulit dikondisikan, menggangu teman dengan keusilannya, masalah ini tidak lantas bisa diselesaikan dengan tindakan keras dan berlaku kasar. Pendekatan pribadi dengan tutur kata yang lembut mungkin bisa menjadi salah satu solusi untuk menakhlukan siswa tersebut. Sehingga anak menyadari akan kekeliruannya dan akan berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Wahai guru hebat, penting bagi kita untuk memiliki karakter lemah lembut dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran yang disampaikan seorang guru dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong lebih dekat dengan guru, khususnya dalam upaya pembentukan kepribadian.

Rasulullah selalu memperlakukan semua muridnya dengan penuh kasih sayang, lemah-lembut, dan santun. Jangan pernah melontarkan perkataan kasar, kotor dan mencaci. Perkataan kotor, cacian, dan memperolok-olok orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai, perangai buruk yang harus dihindari, lebih-lebih oleh seorang pendidik yang menjadi teladan. Jika sebagai seorang guru kita masih melakukannya walaupun hanya secara eksplisit, maka hal itu merupakan aib besar yang mencederai dunia pendidikan. Akibatnya sangat berpengaruh buruk pada anak didiknya.

Allah SWT melarang orang-orang beriman melakukan perbuatan saling mengolok-olok, menggunjing, dan memberi gelar yang buruk,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujarat: 11)

Nabi Muhammad SAW mengecam keras sikap mencaci-maki, berkata kotor, dan mengumpat. Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Mencaci-maki seorang muslim adalah perbuatan fasik dan membunuhnya adalah kafir.” (HR. Bukhari).

Islam memiliki cara dan metode dalam berdakwah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Tentunya hal itu tidak lepas dari bimbingan syari’at. Terkadang dakwah harus disampaikan dengan sikap lemah lembut dan terkadang dengan sikap keras, tegas, dan lugas. Namun sikap yang kedua ini sering dianggap sebagai sikap yang salah dan tidak mengandung hikmah. Bahkan terkadang dianggap dapat menimbulkan akibat yang fatal bagi dakwah itu sendiri. Sehingga muncul protes dari berbagai pihak ketika salah seorang da’i bersikap keras, tegas dan lugas dalam dakwahnya.

Terlalu banyak bicara dan berlebihan dalam mengeluarkan kata-kata, adalah sesuatu yang tidak disukai dalam agama dan tidak rasional, karena hal itu terkesan membanggakan diri sendiri dan merendahkan orang lain (karena menurutnya mereka lebih sedikit kefasihannya dan kemahirannya dibanding dirinya).

Fenomena ini tampak ketika salah seorang Ahlus Sunnah berdakwah kepada sunnah dan membela Ahlus Sunnah sekaligus membantah bid’ah dan ahlul bid’ah dengan tegas. Maka muncul berbagai macam protes dari berbagai kelompok dakwah yang ada. Mereka menganggap bahwa sikap keras, tegas, dan lugas dalam dakwah tidak mencerminkan akhlak mulia karena mengandung kezhaliman terhadap pihak lain dan menyebabkan umat lari dari seruan dakwah. Anggapan mereka ini timbul dari prinsip dakwah mereka yang bathil berupa semboyan yang mengajak kepada perasatuan kaum Muslimin walaupun di atas kebathilan.

Guru hebat, berlaku lemah lembut yang saya uraikan bukan berarti menghilangkan ketegasan. Terutama tegas dalam menegakan disiplin dan kebenaran. Namun, dalam ketegasan terkandung lemah lembut yang menandakan perhatian dan kasih sayang kita kepada siswa. Tentu tidak mudah menyatukan dua hal berlawanan ketegasan dan kelembutan.

Contoh kecil, jika siswa melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah, apalagi aturan Allah, kita tidak boleh memberikan toleransi. Namun cara mendisiplinkanya tetap dengan kelemahlembutan, kasih sayang dan perhatian yang penuh.

Justru yang sudah sering saya lakukan, memberikan nasehat, motivasi dengan lemah lembut dampaknya akan lebih dahsyat melahirkan kesadaran pada diri siswa. Sebaliknya justru dengan cara marah dan banyak menebar ancaman akan menjadikan anak hanya merasa takut sesaat saja.

Para siswa yang melakukan pelanggaran aturan, disengaja atau tidak tetap harus dilakukan proses, meski tidak sertamerta harus diberikan sanksi. Penelurusan dilakukan untuk mengetahui apakah mereka melakukan dengan kesengajaan dan mengapa melakukannya. Dan selanjutnya adalah melakukan penyadaran kepada mereka, bahwa yang mereka lakukan ini merupakan kekeliruan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image