Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Perempuan dan Revolusi Agustus 1945

Politik | Monday, 30 Oct 2023, 02:42 WIB

(Sebuah Seruan Politik)

Tanpa Menghancurkan Imperialisme, Tidak Ada Kemajuan Bagi Perempuan Indonesia
Sejarah telah menuliskan dengan baik, dan tidak bisa dibantah oleh siapapun, bahwa perempuan Indonesia telah mengambil peranan penting dalam perjuangan pembebasan nasional. Meskipun kebenaran sejarah itu tidak terbantahkan, tetapi nasib kaum perempuan Indonesia masih tertahan dalam diskriminasi dan kemiskinan.

Kini, setelah 78 tahun sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaan dan 113 tahun pasca kaum perempuan dunia memutuskan 8 maret sebagai hari Perempuan, kaum perempuan Indonesia masih bahu-membahu bersama dengan seluruh golongan rakyat Indonesia dalam perjuangan melawan imperialisme.

Tidak gampang jalan bagi kaum perempuan untuk mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia. Setelah berjuang habis-habisan bersama dengan gerakan rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, sekarang kaum perempuan Indonesia berhadapan dengan model penindasan yang hampir sama: imperialisme.

Kaum perempuan, yang meliputi hampir 60% dari keseluruhan pekerja di Indonesia, adalah sektor paling rentan terhadap politik upah murah dan sistem kerja kontrak atau outsourcing. Di desa-desa, dimana kaum perempuan juga pernah mengambil peranan penting dalam proses produksi, kini terpinggirkan dan dipaksa menjadi tenaga kerja murah di kota maupun di luar negeri. Begitulah imperialisme memperlakukan kaum perempaun saat ini.

Bersamaan dengan penindasan itu, kaum perempuan juga menjadi warga negara kelas dua yang terus menerus mendapatkan perlakuan diskriminatif. Rezim politik yang menjadi kaki-tangan imperialisme di Indonesia adalah juga rezim politik yang membiarkan perlakuan diskriminatif itu terus-menerus terjadi.

Oleh karena itu, perjuangan perempuan untuk merebut harkat-martabatnya tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan melawan imperialisme.

Dengan demikian, kami secara tegas menyimpulkan: “Tanpa menghancurkan imperialisme, maka tidak ada kemajuan bagi kaum perempuan Indonesia.” Dan karena musuh pokok rakyat Indonesia adalah imperialisme, maka tidak ada alasan sedikitpun untuk memisahkan perjuangan kaum perempuan dari perjuangan seluruh kekuatan-kekuatan nasional Indonesia.

Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Komisariat Universitas Terbuka menyatakan sikap dan akan terus menyerukan :

1. Mengajak kaum perempuan Indonesia untuk menjadi bagian yang aktif dalam pembangunan front nasional anti-imperialisme seluas-luasnya.

2. Mengajak kaum perempuan untuk mengambil peranan aktif dalam gerakan politik, baik di level terendah maupun di nasional. Kaum perempuan juga harus mengorganisir diri dan bergabung dalam Gerakan Gerakan Politik Progresif-Revolusioner dan berhaluan anti-imperialis & anti-kolonialis.

Demikian statemen ini kami buat. Maju terus kaum perempuan Indonesia dan seluruh dunia. PEREMPUAN INDONESIA, BERSATULAH!

MENANGKAN PANCASILA!

Menangkan Marhaenisme!

Bangun Persatuan Nasional!

WUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL!

Bandung, 30 Oktober 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image