Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image hasbi aswar

HAMAS, Khilafah, dan Penjajahan Zionis Israel

Politik | Sunday, 29 Oct 2023, 22:22 WIB

“Ideologi” Khilafah sering dituduh menjadi penumpang gelap terhadap isu genosida Israel di Gaza belakangan ini. Para pengkritik berkata, Ini adalah isu kemanusiaan dan penjajahan dan saat ada yang teriak – teriak khilafah sebagai solusi kemudian bawa – bawa bendera Tauhid, ini dianggap tidak punya hubungan sama sekali. Bahkan disebut memanfaatkan kondisi kemanusiaan yang terjadi di Palestina.

Jika kita menelusuri argumentasi para pendukung khilafah sebagai solusi terhadap Palestina saya kira eksistensi argumen ini kurang lebih sama dengan mengapa rakyat Palestina mendukung HAMAS.

Bagi rakyat Palestina, HAMAS adalah harapan bagi mereka saat pemerintah sah Palestina sendiri tidak bisa berbuat banyak terhadap masyarakat Gaza. Rakyat Gaza dipenjara dengan tembok tebal dalam keadaan terintimidasi serta sewaktu -waktu diperangi oleh Israel, hanya HAMAS yang berani memberikan tindakan nyata terhadap Israel. Keberadaan HAMAS juga sebagai reaksi terhadap diamnya dunia terhadap kolonialisme Israel.

Seandainya dunia Arab, dunia Islam, PBB menghentikan penjajahan Israel atau PBB tidak mendukung lahirnya Israel 1948, HAMAS tidak perlu ada dan membuat Brigade Al-Qassam sebagai sayap militernya. Dan tidak perlu juga ada saling balas rudal yang menewaskan ribuan orang, dan membuat jutaan lainnya terusir dari Palestina sampai 75 tahun.

Nah, bagaimana dengan Khilafah. Relevansi dengan Palestina dimana?.

Khilafah dan Bendera Tauhid adalah dua simbol yang selalu diangkat oleh para pejuang khilafah. Mengapa harus khilafah, berikut penjelasannya:

Satu, Khilafah adalah symbol pemersatu politik Muslim yang dalam sejarah selalu hadir menjadi pelindung umat Islam. Dalam sejarahnya, Umat Islam selalu dilindungi oleh negara khilafah ini. Perlindungan Khilafah bukan hanya pada Muslim tapi juga Kristiani, Yahudi, termasuk komunitas penganut agama lainnya.

Contohnya, Nabi pernah mengusir Kaum Yahudi Bani Qainuqa saat melecehkan seorang Muslimah dan membunuh seorang Muslim. Kisah lain, penaklukkan kota Romawi Timur, Ammuria, oleh khalifah Mu`tashim Billah terjadi karena pelecehan terhadap seorang Muslimah. Di abad 19 juga, Sultan Turki, Abdul Hamid II tegas menolak permohonan Zionis yang ingin membeli sebagian tanah Palestina untuk pemukiman Yahudi.

Kedua, bendera tauhid adalah simbol penentangan terhadap bendera nasionalisme yang dianggap membuat dunia Islam tersekat, dan dicerai-beraikan oleh kekuatan kolonial barat. Dunia Islam yang patuh terhadap barat akan diberikan insentif ekonomi, militer dan dukungan politik, tapi bagi yang membangkang akan diperangi oleh barat seperti Iraq, Afghanistan, Suriah, Iran, dan Libya.

Bendera Tauhid adalah simbol pengikat dan ukhuwah Islamiyah, sementara nasionalisme hanyalah alat pemecah belah produk barat, yang membuat Muslim lemah dan sibuk memikirkan kepentingan negara masing – masing. Akhirnya, kepentingan nasional mengalahkan kepentingan Ukhuwwah.

Jadi mimpi tentang Khilafah sebagai solusi muncul sebagai reaksi atas kegagalan dunia, PBB, OKI dan ideologi dominan yang ada saat ini seperti, demokrasi, nasionalisme, dan liberalisme.

Seandainya PBB, OKI, dan ideologi dominan berhasil menciptakan perdamaian dunia dan mencegah kesewenang – wenangan, penjajahan, genosida terjadi. Saya yakin gagasan khilafah dan kibaran bendera Tauhid tidak akan relevan dan tidak akan dilirik.

Kesimpulannya, HAMAS dan solusi Khilafah adalah reaksi dari diamnya dan kegagalan dunia terhadap berbagai persoalan yang terjadi di dunia Islam khususnya agar menghentikan penjajahan dan genosida Israel di Palestina.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image