Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Bicara Pancasila Sekali Lagi

Politik | 2023-10-25 06:49:55

Nilai-nilai luhur Pancasila sudah banyak merosot. Indikatornya, kata adalah sejumlah UU yang berbau neoliberalisme, padahal setiap UU semestinya mengacu kepada Pancasila sebagai filosofi dasar.

Pancasila adalah rumusan bagi kesatuan berbagai suku, ras, dan agama di Indonesia. Suka atau tidak, adalah fakta bahwa Indonesia dibangun dari perjuangan keberagaman tersebut. Pancasila menjamin keberagaman itu. Dan, keberagaman adalah kondisi real yang membentuk bangsa ini.

ada sebuah upaya sistematis dari sekelompok kaum fundamentalis untuk mengganggu persatuan bangsa itu, yang salah-satunya dengan mengusik keberagaman agama di Indonesia. Ini berpotensi memecah-belah bangsa ini, karena masyarakat kita terdiri dari berbagai kebudayaan, suku-bangsa dan agama.

Tantangan perjuangan ke depan adalah provokasi konflik berbasis isu SARA. Akhir-akhir ini media massa memberitakan beberapa kejadian konflik di daerah lain. Seolah-olah itu adalah konflik berbasis isu perbedaan agama antara kelompok-kelompok beragama. Kita telah belajar banyak tentang ini, dan tahu dengan pasti kalau itu bukanlah konflik antara kelompok masyarakat. Itu adalah upaya provokasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan yang sebenarnya terjadi di negeri ini, yaitu persoalan kemiskinan dan ketertindasan rakyat marhaen akibat haluan ekonomi neoliberal yang dijalankan pemerintahan Jokowi.

Yang perlu kita lakukan untuk melawan isu SARA dan segala macam yang merusak Integrasi Bangsa itu, untuk menghindari masyarakat terjebak dalam provokasi itu, adalah terus meluaskan persatuan nasional di antara elemen-elemen yang kritis terhadap neoliberalisme, yang termasuk di dalamnya adalah para pimpinan agama yang progresif dan ormas-ormas keagamaan yang selama ini telah bersama-sama kita meneriakan perlawanan terhadap neoliberalisme dari pelosok nusantara.

Tidak ada bangsa besar di dunia ini tanpa ideologi besar yang menopangnya. usaha Bung Karno menggali Pancasila, lalu menjadikannya sebagai filosofi bangsa, adalah bagian dari mimpi besarnya menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar. Tetapi pancasila juga punya kandungan ideologis yang kiri.

4 prinsip dari Pancasila, yaitu Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, dan kesejahteraan sosial, adalah sejalan dengan nilai-nilai sosialisme. Bung Karno, selalu menolak politieke democratie (demokrasi politik) semata yang selalu dikedepankan, tetapi selalu menekankan bahwa harus ada penyetaraan politieke democratie (demokrasi politik) dan ekonomische democratie (demokrasi ekonomi)

kenapa Pancasila belum bisa mengubah nasib bangsa Indonesia menjadi lebih baik? Karena Pancasila belum sepenuhnya dijalankan oleh bangsa Indonesia, khususnya para pemimpin nasional dan para elit politik yang sedang bertarung di Pemilu 2024.

Ketika Orde Baru berkuasa selama 32 tahun, Pancasila telah mengalami reduksi dan pendistorsian habis-habisan. Saat itu, Pancasila identik dengan rezim Soeharto. Jadi, siapa yang menentang rezim Soeharto dan kebijakannya, maka mereka akan dicap sebagai anti-Pancasila.

Sekarang ini, kendati pancasila tidak lagi paksakan seperti di jaman orde baru, tetapi benar-benar telah menghilang dari kehidupan bangsa Indonesia. Jokowi menyebut dirinya masih setia pada Pancasila, tetapi kenyataannya dia adalah seorang neoliberal dan pendukung politik liberalisme. Begitu juga partai partai politik mengklaim diri Nasionalis-Religius, Nasionalis-Kerakyatan, atau Nasionalis-Pancasilais tetapi kenyataannya malah melanggengkan Sistem Politik Orde Baru Yang Bertentangan Dengan Pancasila.

Oleh karena itu, byang terpenting adalah bagaimana menerapkan dan mempraktekkan nilai-nilai Pancasila, bukan sekedar menghafal ataupun membacanya dalam teks-teks pidato.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image