Kenapa Lantai Keramik Rumah Menggelembung
Curhat | 2023-10-23 15:35:09Apakah lantai rumah menggelembung karena dampak perubahaan iklim. Lantai keramik yang menggelembung atau istilah lainnya popping menyebabkan lantai keramik rumah terangkat dari permukaan dan menyebabkan alasnya tidak rata serta mengganggu estetika ruangan.
Menurut portal muliaceramics.com, ada beberapa faktor yang menyebabkan lantai keramik menggelembung antara lain:
1) Terendah air karena banjir, yang menyebabkan kerusakan pada dinding sampai adanya popping lantai keramik apabila terlalu sering kemasukan air banjir. Hal ini terjadi karena air yang berada pada permukaan keramik merembes ke bagian bawah lapisan keramik hingga penuh dan membuatnya menggelembung. Jika tidak segera diatasi maka kesempatan untuk meledak akan lebih besar. Hal ini tentu berbeda dengan keramik kamar mandi karena didesain untuk ruangan basah sehingga masih bisa bertahan.
2) Bencana alam gempa, hal ini terjadi karena pertemuan lempeng bawah laut pergerakannya di bawah laut/tanah pastilah membuat permukaan bergoncang akibatnya banyak keramik rumah yang rusak hingga popping.
3) Cuaca panas ekstrem, pengaruh cuaca juga sangat sering terjadi, apalagi yang tinggal di daerah dengan suhu panas yang tinggi, seperti di daerah pesisir pantai dekat dengan perkotaan. Ada kemungkinan hal ini bisa terjadi terutama pada saat musim panas yang terkadang ekstrem. Cuaca panas yang membawa suhu tinggi akan membuat ubin lantai memuai, akibatnya lantai keramik akan terangkat hingga pecah.
4) Menggunakan semen dengan kualitas kurang bagus. Faktor alam tidak selalu menjadi penyebab lantai keramik menggelembung, faktor internal seperti kualitas bahan perekat dan semen yang digunakan tidak bagus atau salah dalam memasangnya sehingga keramik mudah menggelembung. Pastikan terlebih dahulu sebelum di pasang semen dan lem sudah merekat dengan kuat agar kejadian popping bisa dihindari di kemudian hari.
5) Struktur tanah yang bermasalah, permukaan tanah di setiap daerah berbeda, ada yang cenderung tanahnya stabil, ada juga yang mudah sekali bergerak, sehingga mempengaruhi bangunan di atasnya. Akibatnya banyak rumah yang akhirnya retak-retak bagian tembok dan keramiknya karena struktur tanahnya yang mudah berubah. Bisa juga disebabkan oleh urugan tanah yang kurang padat sehingga berdampak pada lantai keramik di permukaannya. Karena jika sampai terjadi popping maka ledakan yang diakibatkan lumayan keras dan merusak.
Lalu untuk menjawab pertanyaan apakah lantai rumah menggelembung karena dampak perubahaan iklim. Bila merujuk pada faktor penyebab lantai keramik menggelembung tersebut diatas, maka antara lain adalah karena cuaca panas ekstrem.
Tahun 2023 merupakan tahun terpanas, menurut portal DW bahwa laporan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa yang mengungkap bahwa bulan September lalu menjadi September terpanas yang pernah tercatat, semakin menguatkan prediksi bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Laporan itu menemukan bahwa suhu global pada Januari-September 2023, lebih tinggi 0,52 derajat Celcius (0,9 derajat Fahrenheit) dari rata-rata. Suhu pada periode ini juga lebih panas 0,05 derajat Celcius, dibandingkan sembilan bulan pertama di 2016, yang disebut sebagai tahun kalender terpanas.
Para ilmuwan selama ini mengatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil membuat cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan badai menjadi lebih intens dan sering terjadi. (tulisan penulis terkait mengenai dampak pembakaran bahan bakar fosil dapat dilihat di https://retizen.republika.co.id/posts/240123/apa-kaitannya-deretan-mobil-di-parkiran-dengan-pajak-karbon?utm_campaign=rolsosmed&utm_source=whatsapp)
Akhirnya terjawablah permasalahan yang menyebabkan kenapa lantai keramik rumah menggelembung antara lain karena cuaca panas ekstrem yang terjadi pada beberapa bulan belakang ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.