UGM Dukung Kemajuan Industri Susu Sapi: Workshop Sebagai Wadah Peningkatan Pengetahuan
Info Terkini | 2023-10-22 02:05:05Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan perannya dalam mendukung industri susu sapi nasional. Melalui Program Matching Fund Kedaireka 2023, Fakultas Peternakan UGM mengadakan Workshop Penguatan Ekosistem Industri Susu Sapi Nasional yang berlangsung pada 21 Oktober 2023 di Auditorium Fakultas Peternakan UGM. Acara ini dibuka oleh Prof. Budi Guntoro, Dekan Fakultas Peternakan UGM.
Dalam sambutannya, Prof. Budi Guntoro mengungkapkan keprihatinannya terhadap perkembangan industri susu sapi di Indonesia yang masih belum mencapai potensi maksimalnya. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar sebagai produsen susu sapi, perkembangan industri susu sapi perah masih terhambat. Ia sangat mengapresiasi langkah-langkah yang diambil melalui workshop ini untuk mendorong perkembangan industri susu sapi nasional.
Prof. Ali Agus, sebagai Ketua Pelaksana Kegiatan, membahas pentingnya susu sebagai sumber nutrisi penting, terutama bagi makhluk yang baru lahir. Namun, produksi susu sapi perah mengalami penurunan yang signifikan akibat serangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) dalam dua tahun terakhir. Hal ini menjadi tantangan serius bagi industri susu sapi nasional. Prof. Ali Agus memperkenalkan pakan konsentrat immonobooster sebagai solusi potensial.
"Pakan konsentrat immonobooster dirancang khusus untuk ternak sapi perah dan sapi potong. Dengan komposisi yang matang, tinggi protein, serta kaya akan vitamin dan mineral, pakan ini diharapkan dapat memberikan nutrisi esensial untuk pertumbuhan optimal dan ketahanan terhadap penyakit. Kami berharap immonobooster dapat mengatasi penurunan produksi susu akibat PMK dan LSD," jelas Prof. Ali Agus.
Selain masalah produksi, kualitas dan produktivitas susu juga menjadi perhatian utama. Drh. Totok Setyarto menekankan perlunya pemahaman tentang Key Performance Indicator (KPI) bagi para peternak. KPI dapat menjadi panduan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang memengaruhi performa sapi perah.
Drh. Daud Suroto membahas dampak PMK dan LSD terhadap budidaya sapi perah. Salah satu dampak yang paling terasa adalah penurunan produksi dan produktivitas susu sapi perah, yang berdampak pada kerugian peternak. Penanganan PMK dan LSD menjadi sangat penting, termasuk upaya-upaya seperti biosecurity, vaksinasi, pengobatan, dan pendampingan. Solusi jangka pendek dan panjang perlu dirancang agar budidaya sapi perah dapat tetap berlanjut.
Jamie Najmi Misbah, pemilik Mazaraat Cheese, menyoroti pentingnya menjaga standar kualitas pakan dan susu. Kualitas produk olahan susu sangat bergantung pada kualitas susu yang digunakan sebagai bahan baku. Oleh karena itu, pemrosesan susu yang berkualitas hanya dapat dicapai jika pakan yang diberikan kepada ternak juga berkualitas. Konsep ini menjadi kunci sukses dalam industri susu.
Workshop ini juga menjadi ajang bagi peserta untuk mencoba pakan konsentrat immonobooster. Peternak dan mahasiswa yang hadir sangat berharap bahwa pakan ini akan menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah nutrisi dan dampak PMK serta LSD.
Salah seorang peserta, Retnawati, seorang peternak sapi perah, mengungkapkan kegembiraannya, "Kami sangat senang mengikuti workshop ini karena kami mendapatkan pengetahuan berharga dari para ahli. Kami sangat antusias dengan pakan immonobooster ini dan berharap pakan ini dapat menjadi solusi bagi masalah nutrisi dan dampak PMK dan LSD."
Sementara itu, seorang mahasiswa bernama Yoga juga menyambut baik workshop ini, mengatakan, "Para praktisi yang mengajar memberikan wawasan baru tentang industri susu sapi berdasarkan pengalaman mereka langsung di lapangan."
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.