Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dinda Puspita

Kritik Feminisme Pada Ketimpangan Gender dalam Teori Ekonomi Neo-Klasik

Edukasi | Friday, 20 Oct 2023, 18:22 WIB

Pemikiran ekonomi telah menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah pemikiran ekonomi neoklasik yang telah mendominasi pandangan dunia ekonomi selama beberapa dekade. Namun, peran feminisme dalam merintis perubahan penting dalam disiplin ini telah semakin terasa. Feminisme, sebagai gerakan sosial dan intelektual yang berfokus pada kesetaraan gender dan mengungkapkan ketidaksetaraan serta ketidakadilan gender, telah memberikan kontribusi signifikan dalam memperjuangkan kesetaraan gender terhadap pemikiran ekonomi neoklasik.

Mendefinisikan Feminisme dalam Konteks Ekonomi

Sebelum kita menjelajahi dampak feminisme pada pemikiran ekonomi, mari kita definisikan apa yang dimaksud dengan feminisme dalam konteks ini. Ekonomi feminis adalah kerangka teoritis dan empiris yang menantang landasan androsentris dari aliran utama dalam disiplin ilmu serta prinsip-prinsip aliran tertentu yang tidak ortodoks yang tetap menghidupkan “produktivisme jangka pendek” (Picchio 2009: 28 )

Oleh karena itu ekonomi feminis adalah gerakan sosial dan politik yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender, mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dalam masyarakat, termasuk dalam aspek ekonomi. Ekonomi feminis telah berkembang menjadi praktik politik yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sistem ekonomi sehingga semua orang mendapatkan kehidupan yang bermartabat atas dasar kesetaraan.

Teori Ekonomi Neo-Klasik: Pendekatan Tradisional

Berakar pada pemikiran ekonomi awal, pembangunan neoklasik bertujuan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui dukungan pemerintah. Serangkaian kegagalan pasar pada tahun 1960an memunculkan gagasan bahwa pemerintah harus menyediakan infrastruktur untuk mendukung pasar, namun meningkatnya intervensi negara terhadap pasar tidak disukai. Berdasarkan teori ekonomi neoklasik, teori ini bertujuan untuk membangun pasar yang terorganisir untuk meningkatkan produktivitas dan pembangunan melalui penawaran dan permintaan, serta intervensi ringan oleh pemerintah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa investasi akan meningkatkan laju pertumbuhan output perkapita, membuat bahan baku melimpah, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan per kapita.

Akar ekonomi neoklasik yang patriarki dan diskriminatif telah menyebabkan analisis yang salah mengenai peran perempuan dalam masyarakat. Mereka mengesahkan gagasan bahwa laki-laki berperan sebagai pencari nafkah dan perempuan berperan sebagai pengasuh dirumah, sehingga membuat para ekonom memandang pekerjaan rumah tangga sebagai “pekerjaan perempuan.” Namun pekerjaan rumah tangga ini, telah lama dianggap tidak produktif dan diklasifikasikan sebagai waktu senggang.

Waktu senggang mencakup waktu dan aktivitas produktif yang tidak dapat ditukar dengan upah. Oleh karena itu, pekerjaan produktif yang dilakukan perempuan namun tidak dibayar dianggap sebagai waktu senggang, sehingga membuat pekerjaan ini tidak terlihat karena berada di luar lingkup pasar.

Pada teori ekonomi neoklasik ketika adanya kenaikan harga barang akan menyebabkan keseimbangan pasar. Namun hal ini tidak terjadi pada kelas pekerja berpenghasilan rendah, karena kenaikan harga membuat produk-produk tersebut tidak dapat diakses oleh kelas pekerja kelas rendah di negara-negara berkembang. Wanita akan lebih terkena dampak kenaikan harga dibandingkan laki-laki, terutama karena mereka mengelola keuangan rumah tangga dan karena wanita bertanggung jawab dalam membeli barang kebutuhan. Ketika harga naik, wanita seringkali mencari pekerjaan untuk membantu menghidupi keluarga mereka. Oleh karena itu, wanita lah yang harus menanggung beban ganda yaitu pekerjaan rumah tangga dan pekerja produktif di luar rumah.

Selain itu, dengan adanya industrialisasi yang menggantikan tenaga manusia dengan alat berat, hal ini berdampak pada berkurangnya kesempatan kerja. Sifat patriarki di masyarakat berkembang meningkatkan kehadiran pria di ruang publik dan juga di pasar tenaga kerja. Meningkatnya kehadiran pria di pasar tenaga kerja mengurangi peluang seorang wanita untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga semakin menunjukkan bahwa peran wanita dalam produktivitas tenaga kerja lebih kecil dibandingkan para pria.

Kritik Feminisme terhadap Teori Ekonomi Neo-Klasik

Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa para feminisme mengkritik teori neoklasik yang sering mengabaikan pekerjaan rumah tangga yang tidak dihitung dalam analisis ekonomi. Selain itu ekonomi feminis telah menyoroti ketidaksetaraan upah antara pria dan wanita untuk pekerjaan yang setara atau serupa. Ketidaksetaraan ini mencerminkan diskriminasi gender dan kurangnya perhatian terhadap hak-hak ekonomi wanita. Peran ganda yang harus dijalani oleh banyak wanita, yaitu menjadi pekerja produktif di luar rumah dan pengasuh keluarga di rumah, sering diabaikan dalam analisis neoklasik.

Untuk itu, para feminis berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Mereka percaya bahwa dengan memasukkan perspektif gender dalam pemikiran ekonomi, akan dapat memahami dengan lebih baik kompleksitas realitas ekonomi dan menciptakan perubahan yang mendukung kesetaraan gender dan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image