Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Menikmati Sarapan dengan Martabak di Prabumulih

Jalan Jalan | 2023-10-20 06:18:03

Jika sarapan pagi identik dengan nasi goreng atau roti, kala aku berada di Prabumulih ada sesuatu yang berbeda. Tentu saja aku tak menduga akan mendapatkan kesempatan itu sehingga sebelumnya aku makan nasi uduk yang disediakan di asrama. “Semestinya Akang tidak makan dulu biar sarapan lainnya lebih enak dan menyenangkan.” Kata seorang rekan kemudian. Tapi kupikir sudah tanggung karena nasi itu sudah masuk ke dalam perutku dan rasa kenyang pun sudah kurasakan pagi itu.Namun tak ada kata penyesalan jika memang harus kunikmati maka akan kunikmati apa yang disediakan di tempat yang kemudian kami tuju.

Martabak Yesmin terkenal rasanya yang nikmat (Foto : Dokumen Pribadi)

Sepagi itu ternyata tempat yang aku datangi sudah ramai oleh orang-orang apalagi di bahu jalan tersebut digunakan sebagai pasar kaget yang dimulai dari pukul 02.00 WIB dan akan bubar ketika satpol PP menertibkannya karena bahu jalan tersebut dilarang digunakan untuk berjualan. Tetapi aku dan semua tak mempedulikan hal tersebut maka Ketika turun dari mobil langsung saja aku masuk ke kedai martabak “Yesmin” namanya dan kuambil tempat duduk yang juga telah ada Sebagian orang yang ingin menikmati martabak kari tersebut.

Oh ya uniknya martabak yang disediakan Cuma martabak telor dengan rasa yang asin. Jadi jangan ada pikiran di sini juga tersedia martabak yang manis. Namun perlu diingat pula, kedai martabak ini bukanya mulai pukul 06.00 pagi sampai malam. Sehingga martabaknya tidak untuk sarapan saja melainkan bisa juga untuk camilan dan makanan yang dinikmati bareng teman-teman. Jenis martabak yaitu martabak telur ayam negeri dan juga ada martabak dengan telur bebek, martabak kentang/sayur, martabak daging, martabak telur ayam + sayur dan martabak telor bebek + sayur. Kosumen tinggal memilihnya sesuai selera yang diinginkannya apalagi engan perut yang kosong maka akan berselera menikmati martabak yang satu ini.

Sebelum menimati martabak yang sedang digoreng. Pelayan memberikan menu untuk dipilih sebagai teman selain menikmati martabak itu. Saat itu aku memlih menikmati minuman kopi cappuccino. Jadi untuk soal minumannya di kedai martabak ini kia bisa memilih apa saja akantetapi makanannya yang cuma martabak doang. Menyeruput kopi cappuccino yang masih hangat sedikit menyegarkan tubuh. Tetapi kopi itu tak lantas kuhabiskan karena mengingat aku pun ingin menikmati martabak tersebut. Ternyata yang dipilih sama karena semua menggunakan telor bebek. Kata seorang rekan, kalau telor bebek itu biasanya menambah gurih rasa martabak yang disajikan.

Luas kedai itu tak bisa begitu besar paling hanya menyediakan sekitar enam sampai delapan meja. Letaknya di jalan Jenderal Sudirman no.11 Kabupaten Prabumulih Jadi kalau kebetulan banyak pengunjungnya maka tentu saja harus bergiliran menanti jadwal agar bisa menempati meja yang telah disediakan. Tetapi menurut pemiliknya Mimin (45) jika martabak yang dibuatnya bisa pulang dibawa pulang dengan cara dibungkus dan juga ia pun memberikan layanan delivery order yang bisa disampaikan melalui nomor whatsapp yang telah disediakan. Berbeda dengan yang menikmati atau membeli di tempat, bagi yang memesan tentu saja akan kena charge untuk ongkirnya karena menggunakan jasa grab atau gojek. Baginya, yang penting mereka penikmat martabak ini yang memasan harus selalu terpenuhi agar mereka tidak bosan untuk membeli martabak yang dijualnya.

Selang tak begitu lama martabak telah tersaji di mejaku. Sungguh sangat menggugah selera untuk menikmatinya. Martabak disantap saat sedang hangat-hangat. Jika martabaknya tak jauh dengan martabak telor pada umumnya, sementara kari yang disajikan terbuat kari dan rempah-rempah yang dimasak untuk menghasilkan kari yang enak apalagi ditambah kecap dengan toping mentimun. Memang lidahku sebenarnya tak terbiasa menikmati martabak kari namun saat itu karena penasaran maka kunikmati dan rasanya memang memanjakan lidah sehingga beberapa potong bisa kumakan. Justeru yang tak kusangka masing-masing orang diberi porsi besar dengan harga sekitar Rp 25.000-Rp 30.000,-. Aku sendiri menang tak menghabiskan porsi itu tetapi terus terang martabak tersebut masih bisa aku nikmati juga. Bahkan rekanku malah ada yang bisa menhabiskan semuanya karena katanya jarang dating ke kota tersebut.

Saat aku berbincang dengan pemiliknya, Mimin. Dulunya usahanya bergabung dengan RM Musi milik ayahnya sekitar tahun 1985 kalau tidak salah menurutnya. Tetapi kemudian sengaja terpisah setelah memiliki kedai sendiri. Menurutnya, tak kurang satu hari ia bisa membuat martabak 120-150. Hal ini membuktikan bahwa apa yang dibuatnya memiliki konsumen yang terbilang banyak. Krenanya tak mengherankan jika kedai ini cukup terkenal dan banyak dikunjungi orang-orang karena dapat dianggap sebagai ikon di Prabumulih ini dan juga harganya relatif terjangkau pula. Tetapi kata Mimin kedainya bisa lebih ramai saat akhir pekan antara hari Sabtu dan Minggu karena banyak orang yang libur.

Uniknya, ternyata martabak kari ini jika tak dihabiskan di kedai itu maka kepada pelayan masih bisa dibungkus untuk dibawa pulang dengan karinya. Namun demikian martabak yang dibungkus itu karena kehadiran pengemis di depan kedai itu maka rekanku berinisiatif memberikannya kepada pengemis itu. Ya sih aku begitu senang menikmati martabak itu karena selain enak juga dinimati secara gratis karena rekan yang tinggal di Prabumumulih itu mentraktir kami karena ia tak mau mengecwakan orang-orang Bandung yang sengaja dating ke kota tempat tinggalnya itu.

Tentu saja kebersamaan di kedai martabak itu harus berakhir karena semua harus mempersiapkan diri untuk menghadiri pernikahan rekan di Kabupaten Pali yang ditempuh dengan waktu sekitar 90 menit dan kemudian mobil meluncur perlahan hingga membawa kami ke asrama tempat kami menginap untuk bersiap-siap melakukan perjalanan ke tempat resepsi pernikahan yang dimaksud.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image