Arah Pergerakan Mahasiswa yang Hakiki
Politik | 2023-10-19 08:19:52Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Bandung mengguncang Gedung Sate dengan aksi 'September Hitam' mereka. Mereka tidak hanya berkumpul, tapi juga berorasi berapi-api sambil membakar ban di tengah jalan. Mahasiswa ini memanggil Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk berdialog dengan mereka, menyuarakan tiga tuntutan utama (detikNews, 30/09/23)
Pertama, mereka menyoroti kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang masih terkatung-katung dan menuntut Pj Gubernur untuk mendesak pemerintah pusat untuk tindakan lebih lanjut.
Tuntutan kedua berkaitan dengan konflik agraria yang melanda Indonesia, khususnya kasus Rempang dan Dago Elos yang telah mencuri perhatian.
Yang terakhir, mereka ingin perhatian serius terhadap masalah sampah yang menggunung di Bandung Raya dan Jawa Barat. Mereka mengklaim ada krisis tempat pembuangan sampah yang membuat lingkungan kacau dan meminta Pj Gubernur untuk menanganinya.
Arya Pradana, selaku koordinator aksi, memberi waktu 4x24 jam kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk merespon tuntutan mereka. Jika tidak ada respons, mereka siap kembali dan bahkan mengancam akan duduki Gedung Sate Bandung (TribunJabar, 29/09/23)
Gelombang aksi yang digerakkan oleh mahasiswa saat ini patut mendapat apresiasi. Aksi yang mereka lakukan setidaknya bukan sekadar hasrat untuk mencari eksistensi diri. Aksi para mahasiswa ini didorong oleh tekad besar untuk mengubah kehidupan masyarakat.
Mahasiswa memiliki ketajaman dalam melihat masalah yang sedang dihadapi oleh negara ini, di mana kebijakan-kebijakan yang ada belum mampu membawa kesejahteraan kepada rakyatnya. Mereka menghendaki adanya perubahan, dan mereka tahu bahwa inti dari semuanya adalah kerusakan sistem politik negeri ini.
Tetapi, seperti yang diungkapkan oleh pengamat politik dan dunia kampus, drg. Luluk Farida, pergerakan mahasiswa masih memerlukan bimbingan dan arahan. Mereka terkadang masih terperangkap dalam pemahaman politik sekuler demokrasi, dan berada dalam situasi yang sulit karena berbagai upaya pembungkaman.
Hal ini bisa disebabkan oleh upaya pihak tertentu yang ingin memecah belah gerakan mahasiswa, menyebarluaskan propaganda radikalisme, dan memanfaatkan ancaman UU ITE. Dr. Luluk menggambarkan peran mahasiswa sebagai pemicu perubahan, sehingga setiap aksi mahasiswa menandakan adanya kebijakan yang salah. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa harus fokus pada perubahan yang serius, bukan hanya perubahan ala kadarnya yang bersifat pragmatis.
Jika ingin perubahan yang berarti, mahasiswa tidak perlu sekadar menjadi penjaga demokrasi yang sudah cacat dan merugikan rakyat. Mereka perlu melakukan langkah-langkah yang mendasar untuk menciptakan kesejahteraan rakyat, bukan hanya memperbaiki sistem demokrasi yang bermasalah.
Demonstrasi saja tidak cukup. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, seharusnya membantu masyarakat memahami Islam politik agar rakyat bisa lebih bijak dalam menentukan sistem negara yang akan melayani mereka dengan baik
Jadi, perlu ditegaskan bahwa sudah saatnya kita mengambil Islam dan mempelajari Islam politik. Kita perlu memberi pemahaman kepada mahasiswa dan sebagai warga negara, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan negeri ini dengan kembali kepada syariat-Nya.
Perjuangan mahasiswa haruslah menuju pada perubahan yang besar agar tidak berakhir pada kekecewaan yang sama. Satu-satunya jalan adalah perjuangan untuk perubahan sistemis, perubahan yang sesuai dengan ridha Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.