Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanifah Nur Rohmah

Sistem Pendidikan Finlandia dan Korea Selatan

Eduaksi | 2023-10-18 19:57:19
Ilustrasi Pelajar. Sumber Pexels.com

Finlandia dan Korea Selatan, kedua negara ini sukses besar dalam bidang pendidikan sehingga dikatakan sebagai pemimpin dunia dalam bidang pendidikan.

Tahukah kalian jika kedua negara ini ternyata memiliki sistem pendidikan yang sangat bertolak belakang? Dengan sistem yang bertolak belakang lantas bagaimana bisa dua negara ini sama sama menjadi pemimpin dunia dalam bidang pendidikan? Sebelum menjawab pertanyaan ini tentunya kita harus tau seperti apa sih sistem pendidikan di Finlandia dan Korea Selatan sehingga dikatakan bertolak belakang? Yukk kita bahas!

Berikut adalah perbedaan sistem pendidikan di Finlandia dan Korea Selatan dilihat dari beberapa aspek:

1. Filosofi Pendidikan:

· Finlandia: Finlandia menerapkan pendekatan pendidikan yang sangat mementingkan pemahaman dan kesejahteraan siswa. Mereka fokus pada pengembangan individu, kreativitas, dan penekanan yang rendah pada ujian standar.

· Korea Selatan: Korea Selatan memiliki pendekatan yang lebih tradisional dengan penekanan yang kuat pada pengujian dan persaingan. Hasil ujian sangat penting dalam menentukan masa depan siswa.

2. Kurikulum:

· Finlandia: Finlandia memiliki kurikulum yang sangat fleksibel dan berbasis kompetensi. Mereka menekankan mata pelajaran umum, seperti bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan kebebasan pada guru untuk mengajar dengan kreatif.

· Korea Selatan: Korea Selatan memiliki kurikulum nasional yang ketat, yang mencakup mata pelajaran yang luas, termasuk bahasa, matematika, ilmu pengetahuan, dan studi sosial. Persiapan ujian sangat terstruktur.

3. Metode Pengajaran:

· Finlandia: Finlandia mendorong pendekatan pembelajaran yang lebih santai dan kreatif. Guru di Finlandia memiliki otonomi besar dalam metode pengajaran mereka, dan hubungan guru-siswa lebih kolaboratif.

· Korea Selatan: Di Korea Selatan, metode pengajaran lebih terfokus pada pengujian dan pemahaman materi yang ketat. Pendekatan pengajaran sering kali lebih tradisional.

4. Evaluasi:

· Finlandia: Finlandia memiliki pendekatan evaluasi yang lebih holistik, dengan penekanan pada penilaian formatif dan perkembangan pribadi siswa. Ujian standar nasional jarang digunakan.

· Korea Selatan: Korea Selatan menggunakan ujian standar nasional yang ketat dan seleksi untuk mengukur prestasi siswa. Tekanan tinggi dalam mencapai hasil yang baik.

5. Waktu Sekolah:

· Finlandia: Finlandia memiliki waktu sekolah yang lebih singkat, dengan lebih sedikit pekerjaan rumah dan tugas. Mereka memberikan lebih banyak waktu bagi siswa untuk bermain dan mengejar minat mereka.

· Korea Selatan: Korea Selatan memiliki waktu sekolah yang lebih lama dan menuntut. Siswa sering menghadapi beban pekerjaan rumah yang berat dan pelajaran tambahan setelah sekolah.

6. Tekanan Sosial:

· Finlandia: Finlandia memiliki pendekatan yang lebih santai terhadap pendidikan, dengan fokus pada kesejahteraan siswa. Tekanan sosial rendah.

· Korea Selatan: Korea Selatan memiliki budaya yang sangat kompetitif dalam pendidikan, yang dapat menyebabkan tingginya tingkat tekanan sosial pada siswa

Sudah sangat jelas sekali bahwa sistem pendidikan kedua negara ini berbeda, tetapi apakah yang menyebabkan pendidikan di suatu negara menjadi maju hanya karena sisem yang digunakan saja? Tentu tidak!

Perlu ditekankan bahwa sistem pendidikan yang baik juga dipengaruhi oleh faktor faktor sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Baik Korea Selatan maupun Finlandia memprioritaskan pendidikan sebagai salah satu sektor yang penting. Kedua negara mengalokasikan anggaran yang substansial dan sumber daya manusia untuk mengembangkan pendidikan. Tidak hanya itu, kedua negara juga memberikan perhatian yang besar terhadap kualitas guru. Mereka memberikan pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

Keberhasilan model pendidikan di Finlandia dan Korea Selatan juga disebabkan oleh sikap masyarakat terhadap pengetahuan dan pembelajaran. Masyarakat disana memiliki komitmen untuk belajar. Di kedua negara, pendidikan dianggap sangat penting dan dihargai oleh masyarakat. Nilai-nilai seperti ketekunan, disiplin, dan tujuan yang tinggi dalam pendidikan sangat ditekankan.

Selain itu kita bisa melihat dari kilas balik sejarah pendidikan di kedua negara ini. Sejarah pendidikan Finlandia dimulai pada Kekaisaran Swedia pada abad ke-17 dan ke-18, ketika Raja Swedia Gustav II Adolph memerintahkan pendirian sekolah di wilayah tersebut. Sekolah-sekolah ini awalnya didirikan untuk melatih para pendeta Lutheran, namun seiring berjalannya waktu mereka mulai membuka pintunya bagi siswa dari berbagai latar belakang dan agama.

Pada awal abad ke-19, Finlandia menjadi wilayah Kekaisaran Rusia setelah dikalahkan dalam perang melawan Swedia. Saat itu, pemerintah Rusia mencanangkan program reformasi pendidikan di Finlandia untuk meningkatkan pendidikan dan berkontribusi pada penciptaan kelas intelektual elit di negara tersebut.

Pada tahun 1866, sistem wajib belajar diperkenalkan di Finlandia, yang mengharuskan semua anak berusia antara 7 dan 12 tahun bersekolah selama empat tahun. Periode ini kemudian diperpanjang menjadi 6 tahun pada tahun 1921.

Pada awal abad ke-20, pendidikan Finlandia mengalami perubahan pendidikan yang penting. Pendidikan dasar dan menengah dipisahkan menjadi sekolah yang berbeda, dan pemerintah juga menawarkan program pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus.

Selain itu, pada tahun 1968, pemerintah Finlandia mengeluarkan undang-undang yang menjamin pendidikan yang setara bagi semua siswa, tanpa memandang asal mereka. Hal ini diperkuat dengan kebijakan pendidikan berikutnya yang bertujuan untuk memberikan pendidikan gratis dan merata bagi seluruh siswa, serta berfokus pada pengembangan siswa secara holistik, tidak hanya akademisi. .

Pada abad ke-21, sistem pendidikan Finlandia menjadi salah satu yang paling terkenal di dunia. Finlandia seringkali dianggap sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia dan menjadi contoh bagi banyak negara di dunia.

Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah Finlandia untuk menyediakan pendidikan yang adil dan berkualitas tinggi bagi seluruh siswa, serta berfokus pada pengembangan siswa secara holistik, bukan hanya bidang akademik.

Sedangkan sejarah pendidikan di Korea Selatan kurang dari 20% warga Korea bersekolah pada tahun 1945, ketika Korea dibebaskan. Masyarakat Korea yang berpendidikan paling tinggi adalah mereka yang menduduki posisi kepemimpinan segera setelah tahun 1945. Fakta ini terlihat jelas di kalangan masyarakat Korea pada umumnya, yang menuntut agar anak-anak mereka mendapatkan akses terhadap pendidikan dan memaksa pemerintah Utara dan Selatan untuk memberikan prioritas tinggi pada hal tersebut tentang perkembangan pendidikan.

Perang Korea (1950-1953) merupakan kemunduran serius bagi upaya ini. Banyak sekolah hancur dalam pertempuran tersebut. Di beberapa tempat, guru terpaksa mengadakan pertemuan di luar ruangan, di bukit atau di sepanjang sungai, dan mencoba mengajar tanpa buku pelajaran atau alat tulis. Hasilnya adalah tekad baru untuk mempromosikan pendidikan massal setelah perang, dan di Korea Selatan pemerintah menghabiskan lebih banyak uang untuk pendidikan dibandingkan untuk hal lain selain pertahanan nasional.

Untuk mengatasi pengaruh Jepang, pendudukan militer Amerika (1945-48) melakukan modifikasi drastis terhadap struktur dan kurikulum pendidikan dasar dengan menggunakan sistem demokrasi dan ideologi Amerika sebagai model. Awalnya, orang Korea rajin mempelajari teori-teori pendidikan Amerika dari para sarjana seperti John Dewey, E. L. Thorndike, William Kilpatrick, dan Harold Rugg. Kesempatan pendidikan yang setara bagi semua adalah perhatian utama mereka (HEK). Sejak tahun 1945, bahasa Korea hanya digunakan untuk pengajaran di kelas, kecuali untuk kelas bahasa asing.

Setelah berakhirnya Perang Korea (1950-1953), masyarakat Korea mulai pulih secara signifikan. Ekspansi pendidikan yang eksplosif di semua tingkatan dalam waktu kurang dari 50 tahun telah menyebabkan perubahan dramatis dalam kuantitas dan kualitas pendidikan. Jika di masa lalu tujuannya adalah untuk menjamin pendidikan bagi semua orang, maka tujuannya saat ini adalah untuk melatih warga negara masa depan yang mampu dan memiliki pencerahan yang akan berkontribusi terhadap kemakmuran dan rekonstruksi bangsa.

Berdasarkan sejarah kedua negara ini dapat kita lihat bagaimana perjuangan mereka sebelum menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Dengan semangat dan tekad yang kuat kedua negara ini berhasil merengsek maju hingga menempati posisi terbaik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image