Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vlegon

Korupsi : Sebuah Pertarungan Panjang, Siapa Menang?

Edukasi | 2023-10-17 18:45:14

Apa yang muncul dibenak anda ketika membaca atau mendengar berita tentang kasus korupsi? Pasti akan muncul pertanyaan dan pendapat yang cenderung mengarah pada keresahan yang tak kunjung selesai. Sebenarnya manusia di seluruh dunia ini pasti setuju dan berharap bahwa korupsi dalam bentuk apapun harus diakhiri.

Korupsi terjadi bukan hanya dalam skala nasional tapi juga internasional. Ini berarti, seluruh negara didunia saat ini juga menghadapi masalah yang sama. Korupsi bisa terjadi diberbagai bidang dan sektor. Baik itu sektor pemerintah, bisnis, media, olahraga, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

Pelaku korupsi juga bisa siapa saja. Bisa dari politisi, pejabat pemerintah, busines man, dan sebagainya. Menurut Transparancy International, korupsi didefinisikan sebagai suatu penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk kepentingan pribadi. Definisi lain merujuk pada penyelewengan sumber daya dan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Jika dilihat secara luas, korupsi itu bukan lagi soal keuntungan pribadi tetapi bisa jadi keuntungan kelompok atau organisasi tertentu.

Apa penyebab atau dorongan terjadi korupsi?

Secara nasional, Transparancy International melihat faktor penyebab utama terjadinya korupsi di Indonesia yaitu faktor struktural dan faktor sejarah. Secara Struktural dimana kepentingan pribadi yang difasilitasi dengan jaringan politik, kesenjangan pedapatan, regulasi yang rendah kualitas dan lemahnya sistem peradilan. Di samping itu pemerintah daerah diberikan kekuasaan dan sumber daya yang luas tanpa akuntabilitas yang tepat dan mekanisme penegakan hukum yang benar.

Selain itu, faktor sejarah juga menjadi penyebab utama korupsi di Indonesia, dimana praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) besar-besaran dimasa lalu telah membentuk sebuah budaya birokrat yang kuat antar generasi. Pada tatanan personal/individu, penyebab yang mendorong seseorang melakukan korupsi adalah keinginan dan keserakahan. Semakin besar keinginan sesorang maka semakin besar pula tuntutan untuk mendapatkannya. Hal ini bisa mendorong seseorang melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya, termasuk melakukan korupsi.

Menurut data yang dirilis oleh Transparancy International, Indonesia memiliki indeks korupsi yang buruk dari rata-rata dunia. Hal ini menempatkan Indonesia dalam peringkat ke 5 negara terkorup di Asia Tenggara. Tak heran jika persepsi masyarakat internasional kepada Indonesia sebagai salah satu negara terkorup menguat kembali.

Dalam laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2022 menunjukkan bahwa kerugian negara akibat korupsi di Indonesia adalah sebesar Rp. 42,747 triliun. Sektor desa menyumbang paling banyak kasus korupsi. modus penyalahgunaan anggaran menjadi modus yang paling dominan digunakan oleh pelaku kasus korupsi. selain itu, modus mark up dan kegiatan/proyek fiktif yang mana seringkali ditemukan dalam kasus korupsi pengadaan barang/jasa dan pengelolaan anggaran pemerintah. Jawa Timur, Jawa Barat dan NTT menjadi provinsi terkorup di Indonesia tahun 2022. Disamping itu, aktor yang paling banyak terjerat kasus korupsi adalah pegawai pemerintah daerah, swasta, dan kepala desa. Data ICW juga mencatat mengenai pengembalian aset hasil korupsi pada tahun 2021 hanya sebesar Rp. 1,4 triliun dari Rp. 62 triliun total kerugian negara.

Apa dampak yang ditimbulkan akibat melakukan korupsi?

jika dilihat, korupsi sendiri adalah suatu tindakan/perilaku yang negatif. Ini berarti dampak yang ditimbulkan juga pasti negatif khusunya bagi sebuah negara. Jika dalam sepak bola kesalahan satu orang adalah tanggungjawab semua pemain maka dalam tindakan korupsi, kesalahan satu dua orang adalah tanggungjawab satu negara.

Hal ini sangat miris sekali karena dampak negatifnya harus dihadapi satu negara dengan jangka waktu yang panjang. Selain mengakibatkan kerugian negara, korupsi juga dapat menyebabkan menurunnya tingkat investasi dalam negeri karena adanya Trust issue antara investor, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya yang pada akhirnya memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Korupsi dapat menyebabkan kesenjangan sosial, menciptakan kemiskinan, dan menghambat pembangunan fasilitas umum.

Di samping itu, tindakan korupsi juga membentuk budaya. Seperti yang telah disinggung sedikit diatas bahwa korupsi itu adalah budaya yang diturunkan ke setiap generasi. Ada slogan yang mengatakan “bisa karena terbiasa”. Begitupun dengan tindakan korupsi, bisa karena terbiasa sehingga membentuk budaya korupsi yang mengakar. Akibatnya korupsi akan dianggap sebagai tindakan yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Hal tersebut telah mengundang lebih banyak koruptor yang terus memperkuat budaya korupsi yang luas dan sulit diberantas.

Langkah apa yang harus dilakukan kedepan?

Sebagai generasi penerus, kita punya pilihan, berubah atau tidak, mundur atau maju. Penulis sangat yakin bahwa perubahan itu pilihan dan pasti ada harga yang harus dibayar. Anak-anak muda harus tahu bahwa cara paling muda untuk membunuh atau memajukan suatu generasi adalah melatih mereka untuk berpikir sama.

Untuk memutus mata rantai korupsi yang turun-temurun, pertama-tama harus ada tekad kuat dari dalam diri/internal terlebih dahulu untuk mau berubah dan melawan arus kebiasaan. Apa yang Anda inginkan untuk orang lain lakukan pada anda, maka lakukanlah itu terlebih dahulu kepada mereka.

Jika kita menginginkan korupsi bisa diputuskan maka perubahan pola pikir dan tujuan untuk maju harus dimulai terlebih dahulu dari masing-masing anak-anak muda saat ini berani mengambil resiko untuk berubah. Perubanan yang dimaksud adalah perubahan karakter dan perilaku individu.

Hanya karena ulah satu orang untuk korupsi telah merugikan satu negara, maka penulis sangat yakin satu negara akan bisa maju dan bertransformasi hanya karena ulah satu orang untuk berubah kearah lebih baik. Melalui tindakan-tindakan kecil yang nyata dan bermanfaat untuk perubahan kebiasaan yang lebih baik maka korupsi bisa diputuskan atau setidaknya bisa dtekan.

Revolusi mental itu harus ada dalam diri setiap generasi-generasi penerus. Pilihan kita saat ini akan menentukan siapa kita dimasa depan. Indonesia akan bangga karena muncul orang-orang yang tidak mau berkompromi dengan kebiasaan/budaya korupsi untuk menghancurkan negara.

Ingat, korupsi adalah pertarungan panjang melawan keinginan dan keserakahan. Kita tidak akan pernah menang jika kita terus berkompromi dengan hal-hal itu. Sebaliknya kita hanya akan menang jika kita mau berubah secara karakter, pola pikir, dan perilaku. #Salam RevolusiMental

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image