Menghadap Kematian dengan Kesadaran Akhirat
Agama | 2023-10-14 15:26:28Kehidupan adalah anugerah dan ujian dari Allah yang Maha Kuasa. Allah adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui, dan Yang Maha Menentukan segala sesuatu. Dalam Al-Quran, Allah berfirman, "Dia (Allâh) Yang menjadikan kematian dan kehidupan." (QS. Al-Mulk/67:2) Firman ini menjadi dasar pemikiran kita saat kita merenungkan kehidupan dan kematian.
Cobalah kita perhatikan bagaimana manusia dilahirkan ke dunia. Saat seorang manusia lahir, dia tidak memiliki kendali atas pilihannya terkait orang tua, negara, suku bangsa, tempat, atau waktu kelahirannya. Semua itu adalah ketentuan dari Allah. Manusia datang ke dunia sebagai makhluk yang lemah, tanpa kemampuan untuk memilih kondisinya.
Demikian juga ketika datang saat kematian, manusia tidak mampu untuk menolaknya, memajukan atau mengundurkannya. Kematian adalah realitas yang tak bisa dielakkan. Ini mengingatkan kita pada kekuasaan Allah atas segala aspek kehidupan manusia. Kehidupan adalah ujian, dan kematian adalah bagian alamiah dari siklus kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah.
Waktu adalah salah satu aspek yang terus berjalan dan berperan dalam mengurangi jatah umur manusia di dunia. Waktu adalah karunia yang berharga, dan setiap detik yang berlalu adalah bagian dari ujian kehidupan. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis, "Sebab ajal telah ditentukan oleh Allah." Ini adalah pengingat bahwa kita tidak memiliki kendali atas kapan kita akan menghadapi kematian. Allah telah menentukan waktu kematian masing-masing individu, dan kita harus menerima takdir-Nya dengan hati yang tulus.
Dalam Islam, konsep waktu dan umur manusia dijelaskan dengan indah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, "Kamu (manusia) hanyalah kumpulan hari-hari, setiap lewat satu hari, sebagian dirimu juga pergi." Ini adalah pengingat bahwa setiap hari yang kita lewati adalah sebagian dari umur kita yang semakin berkurang. Hari berganti hari, Jum’at berganti Jum’at, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Semua ini merupakan perjalanan manusia menuju kematian, saat kita akan menghadap Allah Yang Maha Kuasa.
Allah juga mengingatkan kita melalui firman-Nya, "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya." (QS. Al-Insyiqâq/84:6) Ini adalah pengingat bahwa setiap jiwa tidak akan bisa menghindar dari kematian, dan semua akan merasakannya. Setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil dalam hidup ini akan membawa kita mendekat atau menjauh dari Allah, dan pada akhirnya, kita akan menghadap-Nya untuk pertanggungjawaban.
Mungkin kita sering kali tidak menyadari betapa dekatnya kematian. Kita terlalu sibuk dengan urusan dunia yang seringkali sementara dan melupakan persiapan untuk akhirat. Hari-hari yang kita lewati, seperti yang diungkapkan dalam hadis, semakin mendekatkan kita kepada kematian. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenungkan makna kehidupan dan kematian, serta bagaimana kita harus menjalani hidup ini dengan kesadaran akan akhirat.
Dalam pandangan Islam, kehidupan di dunia adalah ujian. Setiap tindakan, kata-kata, dan niat kita akan dihisab di akhirat. Allah berfirman, "Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya/21:35) Oleh karena itu, kehidupan di dunia adalah kesempatan bagi manusia untuk beramal shaleh, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya.
Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari siklus kehidupan. Kita tidak dapat menghindarinya, namun kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan hati yang bersih dan amal yang baik. Rasulullah mengajarkan kita untuk senantiasa bersiap-siap menghadapi kematian. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, "Sibukkan dirimu dengan ingat akan pemutus semua kesenangan, yaitu kematian." Ini adalah pengingat bahwa kita seharusnya tidak lalai dengan realitas kematian, melainkan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
Kita juga diajarkan untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah dari kematian yang buruk. Dalam doa Rasulullah, ada permohonan, "Ya Allah, janganlah Engkau merampas nyawaku kecuali Engkau meridhainya." Ini mencerminkan rasa ketergantungan manusia pada Allah dalam semua aspek kehidupan, termasuk kematian.
Ketika seseorang menjalani hidup dengan kesadaran akan kematian, itu dapat mengubah perspektif dan prioritas hidup. Kita menjadi lebih berfokus pada hal-hal yang memiliki nilai abadi, seperti iman, amal shaleh, dan hubungan dengan Allah. Kita juga lebih mampu menghadapi cobaan dan kesulitan dalam hidup, karena kita tahu bahwa semuanya adalah ujian dari Allah.
Di samping itu, kesadaran akan kematian juga mengingatkan kita untuk bersikap rendah hati dan bersyukur atas nikmat kehidupan. Setiap hari adalah anugerah, dan setiap kesempatan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat-nikmat Allah, termasuk nikmat kehidupan, dan untuk tidak meremehkan hari-hari kecil dalam hidup kita.
Kematian juga membangkitkan pertanyaan tentang akhirat. Dalam Islam, akhirat adalah bagian tak terpisahkan dari keyakinan. Kematian adalah pintu menuju akhirat, di mana setiap individu akan dihisab atas amal perbuatannya. Akhirat adalah tempat abadi, di mana kebahagiaan atau siksaan berdasarkan amal kita selama hidup di dunia.
Ketika kita merenungkan kehidupan dan kematian dalam pandangan Islam, kita diberi pemahaman yang mendalam tentang makna hidup dan tujuan kita di dunia ini. Hidup ini adalah ujian, dan kematian adalah realitas yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjalani kehidupan dengan kesadaran akan akhirat, beramal shaleh, dan senantiasa memohon perlindungan serta petunjuk dari Allah.
Kesimpulannya, konsep kehidupan dan kematian dalam Islam mengajarkan kita untuk merenungkan makna hidup, ketergantungan kita pada Allah, dan persiapan kita untuk menghadapi akhirat. Kehidupan di dunia adalah ujian, dan kematian adalah realitas yang tak bisa dielakkan. Oleh karena itu, kita harus menjalani hidup ini dengan kesadaran akan Allah, beramal shaleh, dan bersiap-siap menghadapi akhirat. Semua ini merupakan bagian dari keyakinan Islam yang mendalam tentang kehidupan dan kematian.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.