Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Semangat Jihad Fi Sabilillah Dalam Serial Kurulus Osman

Sejarah | Monday, 09 Oct 2023, 12:54 WIB

SEMANGAT JIHAD FI SABILILLAH DALAM SERIAL KURULUS OSMAN

Kita tentu sudah tahu siapa itu Osman bin Ertughrul. Dialah pendiri Dinasti Utsmani (Barat = Ottoman). Awalnya dia hanyalah seorang pemimpin suku Kayi, sebuah suku Turki nomaden yang bergelar Osman Bey. Pengembaraannya yang panjang dan melelahkan dari negeri asalnya di Asia Tengah mengantarkannya menuju negeri perbatasan di Asia Kecil. Disebut perbatasan, karena di sinilah batas antara negeri-negeri Muslim dengan wilayah Bizantium (Romawi Timur). Atau dengan kata lain, perbatasan antara benua Asia dan Eropa.

Saat itu, kondisi negeri-negeri Muslim amat memprihatinkan akibat serangan bangsa Mongol yang bertubi-tubi dan tiada henti, terlebih setelah jatuhnya Baghdad yang merupakan jantung peradaban Islam. Daulah Islam yang masih tersisa adalah Dinasti Seljuk Rum yang juga berada di ambang kehancuran, karena di bawah bayang-bayang (kendali) Mongol, dalam arti memiliki kekuasaan formalitas belaka.

Suku Kayi sendiri, selain harus menghadapi serangan dari Mongol, juga menghadapi ancaman dari Bizantium.

gambar: https://ameera.republika.co.id

Gerakan Jihad Fi Sabilillah

Sebagai suku nomaden, Osman Bey melakukan pengembaraan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendapatkan sumber-sumber penghidupan berupa padang rumput untuk makanan ternak, sumber air, maupun jalur-jalur perdagangan.

Ketika melihat kondisi umat Islam yang sedang ditindas oleh bangsa Mongol, Osman Bey mengajak para Alp (tentara suku) dan para kepala suku lainnya untuk berjihad mengusir bangsa Mongol. Bangsa Mongol sendiri terkenal bengis dan kejam. Ia tak segan-segan membakar perkampungan penduduk, perkemahan suku, atau bahkan kota. Orang-orang tak berdosa, perempuan, dan anak-anak tak luput dari kekejaman mereka.

Kemampuan Osman Bey dalam mengobarkan semangat jihad kepada para Alp patut diacungi jempol. Kemampuannya setara dengan para khulafaur-rasyidin dahulu yang mengobarkan jihad untuk memerangi orang kafir maupun bangsa Mongol dalam memperluas wilayah Islam. Berkat pendekatan yang dilakukan oleh Osman Bey, di dalam hati setiap Alp tertanam api jihad yang membuat mereka siap mati untuk membela Islam dan kaum Muslimin yang tertindas.

Dalam gerakan jihad yang dilakukan oleh Osman Bey, sudah tak terhitung lagi jumlah mereka yang telah syahid. Ada yang kehilangan suami atau anak laki-laki mereka. Ada pula yang kehilangan anggota keluarga yang lain, seperti kakak, adik, paman, kakek. Bahkan, tidak sedikit para perempuan yang ikut berjihad yang biasa disebut dengan Baciyan.

Menjadi syahid adalah tujuan utama mereka. Para Alp maupun Baciyan adalah orang-orang yang sangat pemberani. Tidak ada rasa takut sedikit pun di hati mereka, apalagi takut mati. Meskipun jumlah musuh lebih banyak, peralatan perang musuh yang lebih canggih, atau jebakan-jebakan musuh yang tak terduga sebelumnya.

Bahkan, mereka juga kuat menghadapi berbagai jenis siksaan yang sangat berat apabila mereka tertangkap oleh musuh, menjadi mata-mata dan ketahuan, atau menjadi seorang utusan tapi mendapat siksaan atau justeru dibunuh. Termasuk tahan pula dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah dengan kondisi gelap gulita dan berteman dengan hewan-hewan liar.

Osman Sang Penakluk

Osman Bey tidak hanya memiliki semangat jihad dalam memerangi orang-orang kafir dan kaum penindas saja. Ia juga memiliki jiwa sebagai penakluk, terutama menaklukkan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Bizantium. Sudah banyak kastil maupun benteng yang telah ditaklukkan oleh Osman, termasuk kota-kota di perbatasan.

Osman memang memiliki sebuah mimpi besar yaitu mendirikan sebuah negara. Dengan semangat jihadnya yang menyala-nyala, ia bermimpi untuk menaklukkan Konstantinopel, bahkan seluruh dunia di bawah panji Islam. Oleh karena itu, kota Yenisehir yang berhasil ditaklukkan, dijadikannya sebagai ibukota sebagai cikal-bakal negara yang akan didirikannya.

Keberhasilan Osman mengambil benteng maupun kota-kota di perbatasan membuat para penguasa Bizantium setempat merasa terancam. Mereka berupaya sekuat tenaga mempertahankan wilayahnya, termasuk meminta bantuan tentara dari Konstantinopel. Termasuk membangun aliansi dengan Mongol.

Ibarat kuda yang berlari kencang, dalam waktu singkat, gerakan penaklukan Osman akhirnya berhasil merebut kota Bursa, kota yang cukup besar dengan benteng yang sangat kokoh. Meskipun Osman sendiri tidak ikut serta dalam penaklukan, kelak Bursa dijadikan ibukota negara oleh penerusnya, Orhan.

Mehmet II, anak keturunan Osman pada akhirnya mampu menaklukkan Konstantinopel dan menjadikannya sebagai ibukota negara Ustmani. Jiwa penakluk terus mengalir dalam darah anak keturunan Osman. Puncaknya, pada masa Sultan Sulaiman al Qanuni, ia mampu meluaskan wilayah kekuasaannya hingga ke jantung negara-negara Eropa.

Kehidupan Ala Tenda

Hal yang menarik dari film ini adalah gambaran tentang kehidupan suku nomaden yang hidup di dalam tenda-tenda. Ada tenda terbesar sebagai tempat pertemuan dan rumah kepala suku. Ada tenda untuk pengobatan (semacam rumah sakit). Ada tenda untuk tamu. Ada tenda untuk memenjarakan orang yang bersalah. Ada tenda untuk tempat senjata. Dan seterusnya.

Mereka masih hidup dalam sistem komunitas dengan seorang kepala suku (Bey) sebagai pemimpin mereka. Setiap orang memiliki tugas dan perannya masing-masing. Ada yang menjadi penggembala, ada yang menjadi pedagang, ada yang menjadi tabib, ada yang menjadi guru, dll. Tidak ada kepemilikan pribadi. Satu suku adalah milik bersama. Kendaraan utama mereka adalah kuda. Suku-suku Turki sangat terkenal piawai dalam menunggang kuda. Mereka sudah biasa melakukan perjalanan berhari-hari ratusan kilometer jauhnya di atas kuda. Bahkan, mereka melakukan perang dari atas kuda.

Sayangnya, dalam film itu tidak ada gambaran terkait seperti apa sih kamar mandinya. Bagaimana mereka mandi atau mencuci baju, dan di mana tempatnya. Terus terang saya penasaran sekali.

*****

Saya menonton film ini via aplikasi Telegram. Awalnya dengan subtitle English, namun ternyata ada pula yang bersubtitle Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image