Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kang Guru

Mengungkap Bahaya Ucapan

Guru Menulis | Sunday, 08 Oct 2023, 10:52 WIB
Seri #3 Tentang Bullying

RETIZEN.REPUBLIKA.CO.ID. Kita hidup dalam zaman yang semakin modern, di mana budaya dan bahasa terus berubah seiring dengan perkembangan masyarakat. Salah satu fenomena mengejutkan yang muncul adalah penggunaan kata "4nj1n9" dalam percakapan sehari-hari. Fenomena ini terkadang dianggap biasa saja, padahal sangat tidak beradab. Kali ini Kang Guru akan menggali fenomena ini lebih dalam, dengan mempertimbangkan perspektif moral, agama, dan bahkan potensi terjadinya bullying yang dapat timbul dari penggunaan kata ini. Kami juga akan mengeksplorasi peran orang tua sebagai madrasah pertama dalam membentuk karakter anak-anak.

Ilustrasi dibuat dengan menggunakan Canva
**Adab dan Akhlakul Karimah dalam Islam**

Dalam Islam, adab dan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) memiliki peran sentral dalam kehidupan seorang muslim. Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai "uswatun hasanah" atau contoh teladan yang baik dalam segala hal, termasuk dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Beliau mengajarkan bahwa kata-kata yang diucapkan harus dipilih dengan bijak dan harus menjaga lisan dari perkataan yang kasar atau menyakitkan.

Pernahkah Anda merasa terkejut oleh percakapan yang Anda dengar di tempat umum? Saya mengalami momen yang menggugah di sebuah warung makan sudut mesjid besar di kota kecamatan ini. Setelah menunaikan shalat Jumat, saya dan istri, yang kebetulan juga mengajar di sebuah sekolah SMP di kota ini, mencari tempat untuk makan. Karena warung makan itu sudah penuh, pemiliknya dengan baik hati mempersilahkan kami duduk di tempat lesesan. Di seberang kami, sekelompok mahasiswa dari kampus ternama setempat sedang asyik berbincang-bincang. Namun, apa yang kami dengar dalam percakapan mereka cukup mengagetkan. Salah satu dari mereka dengan santainya menggunakan kata "4nj1n9" dalam obrolannya. Berulang-ulang. Ingin rasanya menegur mereka, tetapi isteri melarang, kita tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Nyerah!

Mengapa kata yang seharusnya tabu ini menjadi semakin umum dalam percakapan sehari-hari? Ini bukan hanya terjadi di warung makan itu saja, tetapi juga di sekolah tempat kami mengajar. Ada beberapa siswa sering kali mengucapkan kata ini tanpa rasa bersalah, bahkan ketika mereka tahu bahwa itu adalah kata kasar yang tidak pantas. Guru-guru sering kali memberi teguran, tetapi tetap saja kebiasaan buruk ini terus berlanjut. Sampai kapan?

**Potensi Bullying yang Terkubur**

Saat kita mengamati fenomena ini lebih mendalam, kita menyadari bahwa penggunaan kata "4nj1n9" ini memiliki potensi sebagai bentuk bullying. Terkadang, kata ini digunakan untuk merendahkan atau menyakiti perasaan orang lain. Kasus-kasus bullying seringkali dimulai dengan penggunaan kata-kata kasar dan menghina seperti ini.

Mari kita simak contoh yang sangat miris. Dalam pengalaman saya, saya pernah melihat seorang balita berusia tiga tahun yang meminta jajan kepada ibunya dengan kata-kata yang sangat mengejutkan. Dalam bahasa daerah, dia berkata, "4nj1n9, aing hayang jajan," yang artinya "4nj1n9, saya pengen jajan." Ini adalah contoh yang sangat menyedihkan tentang bagaimana bahasa kasar telah meresap dalam masyarakat kita. Anak sekecil itu pun telah terpengaruh oleh kata-kata kasar yang mereka dengar di sekitar mereka. Dalam hal ini, kata "4nj1n9" bukan hanya masalah bahasa, tetapi juga menjadi cerminan dari sebuah masalah yang lebih besar: bullying. Dan yang lebih parah lagi, Ibunya yang dipanggil "4nj1n9" biasa-biasa saja tidak ada ikhtiar menegur putrinya secara langsung. Entah!

**Peran Orang Tua sebagai Madrasah Pertama**

Ketika kita membahas peran orang tua dalam membentuk karakter anak-anak, kita harus memahami bahwa anak-anak memulai pembelajaran pertama mereka di rumah. Rumah adalah "madrasah" pertama bagi mereka, tempat di mana mereka belajar nilai-nilai, etika, dan adab.

Orang tua, sebagai pendidik pertama anak-anak, memiliki tanggung jawab besar dalam mengajarkan anak-anak mereka untuk berbicara dengan baik dan menghormati orang lain. Kami sebagai orang tua juga menghadapi tantangan serupa di sekolah, di mana kami berusaha memberikan teladan yang baik dan menekankan pentingnya berbicara dengan sopan serta menghindari kata-kata kasar.

Ketika orang tua memberikan perhatian khusus pada pendidikan karakter anak-anak mereka di rumah, mereka membantu menciptakan generasi yang lebih beradab dan berakhlakul karimah. Anak-anak akan mengambil contoh dari orang tua mereka dan akan lebih cenderung berbicara dengan sopan dan hormat di lingkungan sekitarnya.

**Kesimpulan**

Fenomena penggunaan kata "4nj1n9" dalam percakapan sehari-hari yang dianggap biasa adalah masalah sosial yang perlu diperhatikan. Dalam konteks Islam, hal ini merupakan 'pelanggaran' terhadap adab dan akhlakul karimah yang diajarkan oleh agama kita. Selain itu, peran orang tua sebagai madrasah pertama dalam pembentukan karakter anak-anak sangat penting.

Dengan pemahaman akan ajaran Islam yang mengutamakan adab dan akhlakul karimah serta peran besar orang tua sebagai madrasah pertama, kita dapat bersama-sama mengatasi fenomena ini dan menciptakan lingkungan yang lebih beradab dan berakhlakul karimah bagi generasi mendatang. Semoga kita semua dapat memahami pentingnya menjaga lisan kita dan berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral yang kita anut. Dan, dengan kesadaran akan potensi bullying yang terkandung dalam kata-kata kasar, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan mengakhiri perilaku ini sebelum merusak kehidupan anak-anak kita.


Camp Hulu Cai, 8 Oktober 2023
Salam Anti Bullying
Selamatkan Generasi Muda Indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image