Dekolonialisasi Pendidikan Nasional
Politik | 2023-10-08 00:55:36Tujuan pendidikan nasional sudah sangat jelas : mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketika di zaman kolonial, pendidikan diciptakan untuk melayani kepentingan kolonialisme dan membodohi rakyat Indonesia. Makanya, kata “mencerdaskan” di atas juga bermakna membebaskan rakyat dari belenggu kolonialisme dan segala bentuk eksploitasi lainnya.
Inilah arti penting dekolonialisasi pendidikan: melikuidasi segala bentuk sistem, norma, dan cara berpikir yang diwariskan oleh kolonialisme. Dengan demikian, pendidikan nasional kita tidak sekedar untuk menciptakan intelektualisme, tetapi juga harus mendidik rakyat marhaen agar memiliki pengetahuan yang luas dan berguna bagi masyarakat dan bangsanya.
Pendidikan kolonial hanya mendidik rakyat yang tertindas, seperti dijelaskan Tan Malaka, sekedar sebagai bekal hidup dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di dalam masyarakat kapitalis. Selain itu, demi kelangsungan kekuasaan kolonial, model pendidikan kolonial juga menanamkan perasaan rendah diri dan perasaan tidak mampu.
Model pendidikan kolonial juga menjadi sarana menghancurkan jiwa dan kebudayaan rakyat marhaen. Kolonialisme berusaha melembagakan bentuk hubungan baru, termasuk dalam kebudayaan, sebagai sarana mengontrol rakyat negara jajahan. Pendidikan kolonial juga melembagakan diskriminasi, segmentasi, dan rasialisme.
Situasi pendidikan sekarang tidak berbeda jauh dengan model kolonial. Di bawah semangat neoliberalisme, pendidikan diubah menjadi semacam komoditi. Mereka yang memerlukan pendidikan dianggap konsumen. Sedangkan lembaga pendidikan telah berubah menjadi “pabrik penghasil profit”.
Sistem pendidikan kapitalis akan menolak berkembangnya gagasan yang mempertanyakan atau menolak gagasan sistim kapitalisme. Sistim pendidikan kapitalis akan memberangus pikiran-pikiran kritis dan emansipatoris. Yang dikembangkan dalam pendidikan kapitalis adalah kesadaran “mengabdi kepada sistem”’: mencari pekerjaan yang bagus, menemukan teknologi yang bisa dijual, menjadi pelayan setia perusahaan-perusahaan kapitalis, dan lain-lain.
Pendidikan semacam ini tidak akan “memanusiakan manusia”. Selain itu, model pendidikan ala kolonial ini juga tidak akan membawa bangsa Indonesia menuju cita-cita nasionalnya : masyarakat adil dan makmur. Model pendidikan kolonial juga membuat pendidikan kita tidak mengabdi kepada rakyat marhaen.
Karena itu, kita perlu melakukan penghancuran terhadap sisa-sisa model pendidikan kolonial ini (dekolonialisme). Oleh karena itu, sistem pendidikan nasional kita harus mengutamakan pendidikan karakter. Sistem pendidikan kita harus mengajarkan semangat “self-reliance” (jiwa yang percaya kepada kekuatan sendiri) dan “self help” (jiwa berdikari).
Sekarang yang harus dipikirkan: bagaimana agar setiap pelajaran yang diberikan di sekolah itu berguna bagi kepentingan rakyat yang tertindas dan bangsa. Tidak terhitung banyaknya profesor dan doktor di Indonesia, bahkan banyak diantaranya yang merupakan jebolan sekolah luar negeri, tetapi tidak sedikit pula diantara mereka yang menjadi perumus berbagai kebijakan/regulasi yang menindas rakyat kecil.
Sistem pendidikan nasional juga harus menekankan kesetaraan dalam pendidikan, menghargai keragaman budaya dan bahasa serta penguatan identias. Cara pendidikan lama, yang mengutamakan perintah, paksaan, dan hukuman, harus diganti model pendidikan demokratis dan partisipatif.
PENDIDIKAN GRATIS YANG ILMIAH DAN DEMOKRATIS!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.