Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Buan Auliya

Karhutla dan Kabut Asap Kembali, Akankah Berdampak terhadap Ekonomi?

Bisnis | 2023-10-04 05:10:18

Belakangan ini sejumlah kota di Indonesia kembali diselimuti kabut asap imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu, dan menyebabkan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) meningkat.Namun pegiat lingkungan khawatir situasinya “dapat memburuk” mengingat musim kemarau yang kering akibat fenomena El Nino masih akan berlangsung hingga Oktober.

Dilihat dari sektor ekonomi, kabut asap memberikan dampak terhadap produksi dan aktivitas pekerja meski masih terbatas. Melihat kebelakang karhutla berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri, yakni, terhadap produksi dari komoditas seperti tanaman hutan tahunan dan kayu yang memerlukan setidaknya dua sampai lima tahun untuk bisa panen. Laporan ini memperkirakan penurunan 0,09% dan 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing tahun 2019 dan 2020 dampak kebakaran hutan. Dalam laporan ini juga menyebutkan kebakaran hutan dan kabut asap secara berulang meningkatkan persepsi global terhadap produk minyak sawit asal Indonesia. Kondisi ini terlihat dari permintaan dari negara-negara Eropa merosot dan rencana Uni Eropa tak lagi masukkan bahan bakar alami berbasis minyak sawit dalam kategori energi bersih terbarukan mulai 2030.

Tidak hanya iu, bahkan Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan total kerugian Indonesia dampak kebakaran hutan dan lahan sepanjang 2019 mencapai US$5,2 miliar atau setara Rp72,95 Triliun (kurs Rp 14.000). Angka ini setara dengan 0,5% dari Produk Domestik Bruto Indonesia. Berdasarkan publikasi World Bank dengan judul Indonesia Economic Quarterly Reports (IEQ) menyebutkan, penghitungan kerugian ekonomi ini berdasarkan kebakaran hutan massif terjadi di delapan provinsi prioritas, yakni, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Kalaimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur dan Papua. “Kerusakan dan kerugian ekonomi terjadi di delapan provinsi di sepanjang Juni-Oktober 2019 diperkirakan mencapai US$5,2 miliar atau 0,5% dari GDP Indonesia,” kata Frederico Gil Sander, Lead Economist World Bank Indonesia. Penghitungan karhutla itu, kurun waktu Januari-September 2019 dengan luasan 620.201 hektar.

Melihat data yang tertera di atas tentu fenomena karhutla dan kabut asap ini tentu sangat berdampak terhadap perekonomian Indonesia, fenomena yang terjadi akibat fenomena alam seperti gunung meletus maupun kemarau dan terjadi akibat tangan manusia sengaja maupun tidak sengaja ini tentu akan mengancam masyarakat bukan hanya mengancam kesehatan akan tetapi juga akan mengancam perekonomian negara.

Kita sebagai masyarakat hanya perlu berdoa dan berhati-hati jangan sampai tangan kita merusak alam karena akan merugikan banyak pihak baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan dll. dan kita berharap fenomena karhutla dan kabut asap ini segera membaik agar kita bisa menghirup udara segar kembali dan ekonomi negara kita pun dapat membaik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image