Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Dahri

NU dan Arah Mata Angin Peradaban

Agama | Monday, 02 Oct 2023, 01:53 WIB

"Pemimpin bertangan besi mematikan nyali, pemimpin yang dinabikan mematikan nalar"

Sujiwo Tejo

Se-Abad sudah Nahdlatul Ulama, yang mana organisasi sosial keislaman ini memiliki latar belakang sejarah kegelisahan para ulama' terkhusus Syaikhona Khalil Bangkalan dalam menjaga arus islam sosial.

Melalui Kyai Hasyim Asy'ari, Kyai As'ad, Kyai Wahab Chasbullah, Kyai Bisri dan kyai lainnya, semangat islam melalui gerak sosial keagamaan ini diberi wadah atau kendaraan yang bernama Nahdlatul Ulama. NU lahir bukan karena satu prioritas kepentingan pesonal, melainkan pembacaan yang kuat terhadap rangkaian historis dan keberlangsungan hidup yang selalu menemui ragam perubahan.

Relasi sosial yang dibangun oleh spirit ulama' adalah kajian historis dari para pendahulu, terlebih peran wali sanga dalam penyebaran islam dan penataan sosial masyarakat nusantara. Kerangka kehidupan yang dibangun melalui konsep dasar tata tentrem karta raharja, baldatun tayyibun warabbun ghabur, searah kemudian kecintaan itu didasari juga dengan kerangka hubbul watlan min al-iman, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman menjadi satu gagasan utama relasi sosial kehidupan yang beragam ini.

Searah dengan itu, NU memiliki tanggung jawab besar bukan hanya pada aspek keagamaan semata, melainkan ruang-ruang sosial lainnya seturut diwarnai oleh semangat ahlussunah waljama'ah. Sehingga wacananya bukan hanya membangun manusia melalui karangka fiqhiyah semata, tetapi juga kerangka filsafat, ajaran dan gerak sosial lainya, sejauh tidak keluar dari sumber ajaran islam itu sendiri.

Oleh karena itu kenapa dalam pergerakannya NU selalu menegaskan bahwa almuhafadhah ala qadimissalih wal akhdu bil jadidil aslah, menjaga spirit tradisi dan mengambil aspek modernisasi yang memberi kemaslahatan bagi semua manusia. Dengan kata lain, gerakan ini adalah gerakan sosial keagamaan yang sejatinya bergerak untuk membangun manusia, khususnya bangsa indonesia yang beragam ini.

NU memiliki khittah yang hebat dan besar gagasan dasar berdirinya, di mana semangat bermasyarakat, saling membantu, menjaga persatuan dan kesatuan sehingga menjadi sebuah harmonisasi kehidupan adalah poin utama pergerakan ini. Sehingga NU bukan hanya mengusung kepentingan kelompok parsial saja, tetapi meletakkan kepentingan kamsalahatan bagi semua di atas semangat an-Nahdliyah.

Semangat para wali yang melekat dalam pembacaan historis para muassis (penggagas) inilah yang menjadikan NU sampai saat ini berada di hati masyarakat secara luas, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Bahkan NU juga memiliki garis cakramandala sebagai fungsi penyeimbang perubahan sosial dan perubahan jaman.

Filosofi jawa mengatakan bahwa mikul dhuwur mendhem jeru adalah bagian dari pentingnya aspek historisasi dalam rangkain pergerakan. Sebagaimana sikap kemasyarakatan yang dirangkum dalam manhaj al-fikr dan manhaj al-harakah NU; Tawasuth, tasammuh, tawazun, ta'addul dan amar ma'ruh nahi munkar.

Warisan pergerakan ini bukan semata sebagai bentuk barang jadi yang kemudian dapat dimiliki dan dimanfaatkan begitu seja. Karena warisan ini bersifat amanah yang harus dijaga, dilestarikan, dikembangkan sejalan dengan ragam perubahan tanpa meninggalkan dasar pondasinya.

Oleh sebab itu, mengapa NU menegaskan khittahnya melalui rangkaian sikap yang menjunjung tinggi norma dan nilai agama, mendahulukan kepentingan bersama, menjaga persaudaraan (Ukhuwah islamiyah, Basyariah dan Watlaniyah), setia pada negara, bangsa dan agama, profesionalisme sebagian dari ibadah, pengembangan ilmu pengetahuan, menjunjung kemaslahatan, pengembangan, dan lain sebagainya.

Menyongsong abad ke-dua NU merupakan rangkaian perjalanan yang luar biasa dalam menjaga semangat khittah NU dalam membersamai kehidupan manusia. Tidak sedikit yang turut hadir baik secara fisik maupun virtual dalam rangkaian rasa syukur seabad NU dan menyambut abad ke-dua. Dari yang datang dengan rombongan, membawa kendaraan sendirian, bahkan sampai jalan kaki dari tempat parkir yang jauh karena berjibunnya kendaraan sehinngga macet total. Saya menyangka ini bukan hanya aspek antusiasme saja, melainkan lebih dari itu, fanatisme bisa jadi, sehingga lapangan Gelora Delta Sidoarjo pada 7/02/2023 pukul 00.00 begitu penuh sesak dengan masyarakat yang berkumpul di sana.

Artinya, ada semangat yang luar biasa dari personal masyarakat yang baik memahami secara historis atau ada tarikan energi teosentris yang menariknya sehingga menemukan sebuah eksistensi diri di dalam bahtera NU, sehingga muncul kemauan yang tinggi untuk datang dan duduk sila bersama di stadion yang 2019 lalu juga digunakan untuk istighosah akbar saat kepemimpinan Buya Said Agil Siraj.

Kecintaan dan rasa nyaman yang muncul di dalam diri masyarakat merupakan satu kondisi ekstasi yang dirasakan ketika turut khidmat di dalamnya. NU adalah milik semua, siapapun boleh merasakan dan memilikinya, karena NU bukan milik segelintir orang atau yang memiliki silsilah langsung dengan muassis. Hal inilah yang menjadikan semangat untuk menghidupi NU bukan mencari kehidupan di NU.

Seabad ini umur NU tentu sejauh dan sedalam itu pula semangat yang mendarah daging bagi masyarakat NU, terlebih di akar rumput, terlebih mereka yang tidak sama sekali mencari popularitas dengan kendaraan NU. Karena NU ibarat udara yang menyejukkan, maka siapapun berhak untuk mendapatkan dan menghirupnya, sehingga merasa tenang dan lega sambil memandang air danau di kaki bukit yang dihempas oleh angin yang semilir menyelinap di antara dedaunan yang rimbun.

Semoga semangat Khittah An-Nahdliyah itu selalu mengalir di dalam diri masyarakat Nahdliyin, bahkan menjadi pendorong untuk menjaga kebersamaan dan membangun kemaslahatan bagi semua. Semakin tinggi pohon, maka semakin besar hempasan anginnya, tergantung sekuat apa akar pohon itu? sehingga semakin besar angin yang menerjang, semakin kokoh dan kuat akarnya mencengkram. Selamat datang di abad ke-dua Nahdlatul Ulama'.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image