Perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia
Edukasi | 2023-09-29 10:05:49Health Promotion atau promosi kesehatan merupakan istilah untuk upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2010). Sebelum istilah promosi kesehatan dicetuskan, masyarakat di Indonesia lebih mengenalnya dengan istilah lain. Health Promotion (Promosi Kesehatan) mulai dicetuskan pada tahun 1986 ketika Konferensi International Pertama tentang Health Promotion diselenggarakan di Ottawa, Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu The Ottawa Charter dicanangkan dengan memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Sebelum tahun 1965, masyarakat menyebut promosi kesehatan sebagai pendidikan kesehatan yang hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dan lainnya. Sasaran dari pendidikan kesehatan merupakan perseorangan/individu dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1965–1975 sasaran dari program pendidikan kesehatan tersebut berubah, yaitu masyarakat. Adapun Direktorat PKM yang bertugas dengan harapan perspektif dari masyarakat mengenai beberapa hal tentang kesehatan dapat berubah. Namun intervensi program masih banyak yang bersifat individual walaupun sudah mulai aktif ke masyarakat.
Selanjutnya pada tahun 1975-1985, dikenal sebagai Penyuluhan Kesehatan dengan program kerja UKS dan Dokter Kecil di sekolah dasar, serta Posyandu di masyarakat. Kemudian pada periode tahun 1985-1995 dibentuklah Direktorat Peran Serta Masyarakat (PSM). Tahun-tahun setelahnya PKM mulai dikenal dengan istilah Promosi kesehatan, hal itu terjadi karena pengaruh dari Ottawa Charter. Sasaran Promosi Kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan.
Otoritas publik dan masyarakat sipil didorong untuk mengadaptasi visi agenda dan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang aspiratif dan ambisius serta berfokus pada keadilan dengan prioritas kesehatan lokal dan nasional. Dalam agendanya, SDGs berfokus eksklusif pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah berkembang menjadi pendekatan sistemis dan seluruh masyarakat yang berupaya untuk mencapai tujuan tersebut mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara dan membangun peluang lebih besar untuk perubahan komprehensif. SDG 3 yang bertujuan untuk “menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang usia”, menerapkan pandangan kesehatan yang jauh lebih luas. Kaitan langsung dan tidak langsung kesehatan dengan 17 SDGs menyoroti keduanya peran kompleks dan pentingnya promosi kesehatan untuk mencapai keadilan, memberdayakan komunitas dan masyarakat dan melindungi hak asasi manusia.
Referensi :
Ernawati, A. (2022). Media Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Tentang Stunting. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan Dan IPTEK, 18(2), 139–152. https://doi.org/10.33658/jl.v18i2.324
Fortune, K., Becerra-Posada, F., Buss, P., Galvão, L. A. C., Contreras, A., Murphy, M., Rogger, C., Keahon, G. E., & de Francisco, A. (2018). Health promotion and the agenda for sustainable development, who region of the Americas. Bulletin of the World Health Organization, 96(9), 621–626. https://doi.org/10.2471/BLT.17.204404
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.