Antara Kesenangan Dunia dan Persiapan Akhirat
Agama | 2023-09-27 16:47:25Hidup di dunia ini adalah anugerah yang luar biasa bagi manusia. Dalam Al-Quran, Allah menjelaskan bagaimana Dia menjadikan indah pada pandangan manusia kecintaan terhadap berbagai hal di dunia ini. Hal ini tercermin dalam ayat Al-Quran QS. Ali Imran/3:14, yang menyebutkan bahwa manusia cenderung mencintai wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Semua ini adalah bagian dari kesenangan hidup di dunia.
Namun, sejatinya dunia ini adalah ujian bagi manusia. Di balik keindahan dan kenikmatan dunia, terdapat hakikat yang perlu dipahami. Dalam argumentasi ini, kita akan menjelajahi hakikat dunia, mengapa dunia ini akan sirna, dan apa yang harus menjadi fokus kita sebagai manusia dalam menghadapi kenyataan ini.
Hakikat Dunia dan Kenyataan yang Tidak Terelakkan
Dunia ini adalah tempat yang indah, penuh dengan cobaan, godaan, dan berbagai kesenangan yang sementara. Namun, lebih parah lagi adalah kenyataan bahwa dunia ini pasti akan sirna. Allah telah mengingatkan kita tentang sifat fana dunia dalam Al-Quran. Dunia ini adalah permainan, kelalaian, berbangga-bangga, dan perhiasan. Segala sesuatu yang kita nikmati di dunia ini hanyalah sementara.
Kita sering kali terlalu terpaku pada dunia ini, lupa bahwa kehidupan di dunia hanya sementara. Semua yang kita kumpulkan di dunia ini, termasuk harta, kekuasaan, dan kenikmatan, akan tinggal di dunia ini saat kita meninggal. Itu sebabnya, Allah mengingatkan kita agar tidak terlalu terikat pada dunia ini dan lebih mempersiapkan diri untuk akhirat yang kekal.
Refleksi atas Kesenangan Dunia
Jika kita merenungi kehidupan kita yang penuh dengan kesenangan saat ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri: "Apa yang terjadi setelah kesenangan ini?" Setelahnya, ada dua kenyataan yang tidak bisa dihindari, yaitu kematian atau masa tua. Keduanya adalah bagian dari perjalanan hidup manusia.
Kematian adalah kenyataan yang pasti. Saat kematian menjemput, semua yang kita nikmati di dunia ini akan berakhir. Semua harta dan kekuasaan tidak akan membantu kita di akhirat. Hanya amal baik yang akan membawa manfaat di sana.
Masa tua adalah fase lain yang bisa kita alami. Allah memberikan kita waktu yang panjang, dan jika kita takdirkan hidup sampai tua, maka bisa jadi kita akan menjadi beban bagi anak-anak kita. Inilah salah satu isyarat Allah tentang sifat sementara dunia. Kita mungkin merasa bahagia dengan kesenangan dunia saat ini, tetapi suatu hari kita akan mengalami masa tua dan keterbatasan fisik yang datang bersamanya.
Menyikapi Hakikat Dunia dan Akhirat
Dalam menghadapi hakikat dunia dan akhirat, kita perlu menjalani kehidupan dengan bijak. Pertama, kita harus selalu mengingat Allah dan mengingat kematian. Ini akan membantu kita tetap rendah hati dan tidak terlalu terikat pada dunia. Ketika kita menyadari bahwa semua yang kita miliki di dunia ini adalah pinjaman dari Allah, kita akan lebih bersedia untuk berbagi dengan yang membutuhkan dan melakukan amal baik.
Kedua, kita harus berfokus pada akhirat. Semua tindakan kita di dunia ini seharusnya mendekatkan kita kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk akhirat yang kekal. Ini termasuk melakukan amal sholeh, berbuat baik kepada sesama, dan menjauhi perbuatan dosa.
Ketiga, kita perlu menerima kenyataan bahwa dunia ini akan sirna. Ini bukan berarti kita tidak boleh menikmati dunia, tetapi kita harus melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa dunia ini hanya sementara. Keindahan dunia seharusnya tidak membuat kita lupa akan tujuan akhirat yang jauh lebih penting.
Kesimpulan
Dalam perspektif Al-Quran, dunia ini adalah tempat di mana manusia mengalami berbagai kesenangan sementara. Namun, hakikatnya adalah dunia ini pasti akan sirna, dan akhirat adalah tempat kembali yang baik. Kita sebagai manusia harus merenungkan kenyataan ini dan menjalani kehidupan dengan bijak, selalu mengingat Allah, berfokus pada akhirat, dan menerima sifat sementara dunia ini. Dengan cara ini, kita dapat hidup dengan makna yang lebih dalam dan mendekatkan diri kepada Allah, persiapan terbaik untuk akhirat yang kekal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.