Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Saat Pengemis Menjadi Profesi: Kisah tak Terduga di Balik Halal bi Halal

Alkisah | 2025-04-08 06:48:10
Pengemis (Foto Republika)

Suasana reuni dan halal bi halal SMA masih terasa hangat. Tawa, canda, dan cerita masa lalu berseliweran di antara para alumni. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sebuah kisah unik yang menarik perhatian kami.

Usai acara, ada kawan yang menyelipkan amplop ke (sebut saja) Fulan. Awalnya, kami mengira dia adalah “pengemis”. Dalam cerita kawan-kawan, sesekali bertemu Fulan dalam konsidi mengemis.

Sehingga sejak awal, kami mengajaknya bergabung dan menyiapkan amplop khusus.

Namun, justru berbalik berkata “gaji kalian tak lebih banyak kan ya?" kata Fulan dengan suara serak.

Kami terdiam.

Fulan mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ya, ini saya. Maaf kalau dalam bekerja penampilan saya tidak berseragam."

Kami pun mengajak Fulan duduk kembali dan mendengarkan ceritanya.

Ternyata, sebagai pengemis bukan hanya setakat menengadahkan tangan. Begitu pula bukan tentang untuk bertahan hidup.

"Awalnya saya malu sekali," kata Fulan. "Tapi, lama-kelamaan, saya terbiasa. Dan ternyata, penghasilan saya sebagai pengemis jauh lebih besar daripada gaji ASN."

Kami semua terkejut mendengar pengakuan Fulan. "Serius, Fulan? Kok bisa?" tanya kami serempak.

Fulan menjelaskan bahwa dia memiliki "strategi" khusus dalam mengemis. Dia memilih lokasi-lokasi strategis, seperti dekat tempat ibadah atau pusat perbelanjaan. Selain itu, dia juga pandai berinteraksi dengan orang-orang, sehingga banyak yang merasa iba dan memberikan uang.

"Dalam sehari, saya bisa mendapatkan Rp300.000 hingga Rp500.000, bahkan bisa mencapai Rp 1.000.000 atau lebih" kata Fulan.

"Kalau dikalikan sebulan, ya, jauh lebih besar daripada gaji ASN golongan III."

Kami pun terdiam, merenungkan kisah Fulan. Ternyata, kehidupan memang penuh dengan kejutan. Di balik penampilan lusuhnya dalam bekerja, Fulan menyimpan kisah yang tak terduga.

"Tapi, saya tidak bangga dengan profesi ini," kata Fulan. "Saya tetap berharap bisa membuka usaha yang lebih baik."

Kami justru disemangati oleh Fulan. Kisah Fulan menjadi pelajaran berharga bagi kami semua. Bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari jabatan atau kekayaan, tetapi juga dari ketangguhan dan kemampuan untuk bertahan hidup.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image