Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrani Riana Dewi

Penyebab Meningkatnya Penderita Penyakit Asthma/Asma Pada Anak-Anak dan Orang Dewasa

Edukasi | Tuesday, 26 Sep 2023, 14:42 WIB

Penyakit asma dalam bahasa Yunani disebut dengan "asthma" yang bermakna "sukar bernafas". Asma adalah penyakit pernapasan yang dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. Para ahli mengatakan bahwa prevalensi asma akan terus meningkat. Asma didefinisikan sebagai gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan mengi, sesak napas, batuk, dan dada terasa sesak, terutama pada malam hari atau dini hari [1]. Gejala asma dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau berminggu-minggu pada individu yang terkena dan untuk beberapa orang menjadi lebih buruk pada malam hari atau saat melakukan aktivitas fisik. Gejala asma yang berulang sering kali menyebabkan sulit tidur, kelelahan keesokan harinya, berkurangnya tingkat aktivitas, kinerja sekolah yang buruk dan ketidakhadiran di tempat kerja [2]. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai kemungkinan - kemungkinan yang dapat menjadi faktor pemicu/ penyebab terjadinya asma.

Menurut Dharmayanti, dkk, faktor pemicu asma dibagi menjadi dua kelompok, yaitu keturunan genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan genetik yang dimaksud seperti dermatitis atopik/alergi, bronkial dan eksim [1]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Izzati dan Umum, P. K, Gen didapat karena diwariskan untuk menjadi asma. Banyak gen yang terlibat dalam patogenesis asma. Beberapa kromosom telah diidentifikasi berpotensi menyebabkan asma, termasuk CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R, NOS1, reseptor agonis beta2, GSTP1. Ada juga gen yang dapat menyebabkan asma dan atopi, yaitu IRF2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-13, IL-9, CSF2 GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD, dan lain sebagainya [3]. Sedangkan faktor lingkungan seperti knalpot mobil, asap rokok, asap dapur, sampah yang mudah terbakar, kelembaban udara, debu rumah, bulu binatang dan alergen lainnya. Sebagian besar serangan asma disebabkan oleh alergen udara dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu, asap rokok, alergi makanan, stres, dan alergi obat [1]. Asma juga bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat. Menjaga pola makan, menjaga keseimbangan nutrisi dan aktivitas fisik sangatlah penting, karena akan berpengaruh pada risiko kegemukan atau obesitas. Prevalensi obesitas akan meningkat cepat di seluruh dunia. Peningkatan prevalensi obesitas ini sesuai dengan peningkatan asma di seluruh dunia baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu, kita perlu menjaga pola makan dan memenuhi keseimbangan nutrisi/gizi pada tubuh kita [4]. Beberapa makanan yang dapat menjadi penyebab alergi yakni ikan laut, kacang, susu sapi, buah-buahan seperti strawberri, mangga, durian dan tomat, berperan menjadi penyebab asma. Makanan dari produk industri dengan pengawet, pewarna buatan juga bisa menyebabkan asma [5].

Asma secara medis tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dapat dilakukan dengan menghindari faktor pemicu/ penyebabnya yaitu segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya gejala asma. Jika seseorang menderita serangan asma secara terus menerus, maka sangat memungkinkan mereka akan mengalami penurunan kualitas hidup. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dharmayanti, dkk didapatkan hasil bahwa umumnya, serangan asma disebabkan oleh udara dingin 59,2%, flu dan infeksi 50,7%, kelelahan 47,1%, debu 43,5%, asap rokok 32,4% dan sisanya disebabkan oleh alergi makanan 9,6%, stres 6,1%, dan alergi terhadap obat 2,4% [1].

Cara untuk mencegah serangan asma adalah dengan melakukan pengendalian diri atau kontrol diri. Di antaranya adalah:

Jika alergi terhadap debu rumah, cuci sarung bantal, guling, sprei, selimut dengan air panas 55-60°C, ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu, ganti furnitur berlapis kain dengan bahan kulit, jika menggunakan penyedot debu, gunakan filter HEPA dan 2 kantong debu ganda.

Jika alergi hewan, mandikan hewan peliharaan 2x/minggu, singkirkan hewan peliharaan dari rumah atau setidaknya kamar tidur dan ruang utama.

Jika alergi terhadap polusi udara dalam ruangan seperti asap rokok, asap kayu/masak, semprotan pembersih rumah, obat nyamuk, dll, jangan merokok di dalam rumah, hindari berdekatan dengan orang yang merokok, usahakan ventilasi rumah cukup baik, hindari memasak dengan kayu, hindari penggunaan semprotan pembersih rumah, obat nyamuk yang menimbulkan asap atau semprotan dan mengandung polutan.

Jika alergi dengan polusi udara luar ruangan seperti asap rokok, cuaca, ozon, knalpot kendaraan bermotor, dll, hindari aktivitas fisik dalam kondisi dingin dan kelembaban rendah, meninggalkan/menghindari area yang tercemar.

Jika infeksi pernapasan (virus), hindari infeksi pernapasan sebisa mungkin dengan menjalani hidup sehat, cari pertolongan medis jika terjadi, dan lakukan vaksinasi influenza setiap tahun.

Jika alergi terhadap obat-obatan, jangan menggunakan Beta-bloker termasuk tetes mata, dsb, jangan mengonsumsi aspirin atau antiinflamasi non-steroid [3].

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan saat asma terjadi adalah (Lemone, 2014):

Pertama, posisikan tubuh penderita asma dalam keadaan duduk tegak dan nyaman, tetap tenang dan pastikan tubuh dalam keadaan nyaman, jangan tinggalkan penderita asma sendirian. Kemudian berikan empat inhaler hisap dengan alat hisap berwarna biru atau abu-abu seperti Ventolin, Asmol, dan Airomir. Gunakan spacer, jika ada berikan satu isapan pada satu waktu dengan 4 - 6 kali tarikan napas setelah setiap isapan. Gunakan inhaler pelega pernapasan milik pasien jika ada (jika tidak, gunakan inhaler yang ada). Kemhdian tunggu selama empat menit Jika masih belum bernapas dengan normal, berikan empat isapan lagi. Jikalau masih belum bernapas dengan normal, hubungi ambulans dan beritahukan bahwa ada yang mengalami serangan asma. Terus berikan respirator (berikan empat kali hisapan setiap empat menit hingga ambulans tiba) [6].

Sumber Referensi:

[1] Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan Pencetus. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 9(4), 320-326.

[2] Khana, R., Ramatillah, D. L., Nirma, N., Antaryani, N. N. D., Christiani, N. P. R., Rizky, N. R., & Noorjannah, N. (2022). MENGENAL FAKTOR RESIKO ASMA SERTA PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA. BERDIKARI, 5(2).

[3] Izzati, Z. S., & Umum, P. K. (2019). Analisis Pemahaman Penderita Asma tentang Penyakit Asma sebagai Cara untuk Mengontrol Penyakit Asma. Prodi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran.

[4] Rahmawati, N. A., Sari, I., & Yulianti, A. (2021). Obesitas Berpengaruh Terhadap Kontrol Asma Pada Anak Usia 6-18 Tahun. Jurnal Sport Science, 11(1), 18-26.

[5] Usman, I., Chundrayetti, E., & Khairsyaf, O. (2015). Faktor risiko dan faktor pencetus yang mempengaruhi kejadian asma pada anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2).

[6] Lemone, P., Burke., Jones, L., Dwyner., Moxham., Searl, R., Berry., Carville., Hales., Knox., Luxford., & Raymond., (2014). Medical-surgical Nursing Critical Thingking for Person-centred Care. China : Person Australia (a division of Person Australia Group Pty Ltd).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image