Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Nomaden Digital Turut Gairahkan Wisata Tanah Air

Wisata | Friday, 22 Sep 2023, 07:54 WIB
Indonesia punya banyak destinasi wisata. Foto: Darmawan/Republika.

DENGAN model bekerja sambil liburan atau liburan sambil bekerja, para nomaden digital turut berkontribusi membangkitkan kembali sektor industri pariwisata di Tanah Air.

Sepanjang periode Januari hingga Agustus 2022, misalnya, terdapat sekurangnya 3.017 wisatawan asing datang ke Indonesia sebagai nomaden digital.

Merujuk kajian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Canggu, Bali, menjadi wilayah dengan jumlah nomaden digital terbesar di Tanah Air saat ini.

Sejauh ini, nomaden digital yang ada di negara kita terbanyak berasal dari tiga negara, yakni Rusia, Amerika Serikat, dan Inggris.

Pemerintah Idonesia sendiri telah menyiapkan visa untuk para nomaden digital warga negara asing (WNA) berupa visa tujuan sosial budaya B211, yang berlaku selama dua bulan dan bisa diperpanjang untuk waktu enam bulan.

Istilah nomaden digital menjadi kian akrab sekarang ini. Istilah ini merujuk kepada kaum pekerja yang tidak lagi dibatasi oleh ruang kantor, jam kantor, dan aturan-aturan kantor lainnya. Mereka dapat bekerja dari mana pun mereka mau, sepanjang mereka memiliki koneksi internet. Para nomaden digital ini umumnya bekerja secara mandiri. Mereka bisa bekerja dari rumah, dari kosan, dari kafe, dari sebuah sudut taman, bahkan dari bibir pantai di sebuah tempat terpencil.

Merujuk data dari laman digitalnomad.com, Canggu dan Ubud masuk dalam daftar lima besar tempat terbaik bagi para nomaden digital di dunia. Di Canggu, misalnya, para nomaden digital bisa bekerja sambil menikmati panorama pantai nan khas.

Secara ekonomi, kehadiran para nomaden digital ini cukup menguntungkan. Roda ekonomi kita ikut bergerak dengan datangnya para nomaden digital. Dengan model bekerja sambil liburan atau liburan sambil bekerja, para nomaden digital ini akan turut pula membangkitkan kembali sektor industri pariwisata kita yang sempat mati suri gara-gara pandemi COVID yang berkepanjangan.

Dengan menggenggam status sebagai negara kepulauan terbesar di dunia serta didukung oleh peninggalan sejarah, kekayaan alam lingkungan, kekayaan seni, budaya dan tradisi masyarakatnya, Indonesia telah dikarunia potensi cukup besar untuk bisa mengembangkan sektor pariwisatanya. Destinasi pariwisata kita lumayan banyak.

Persoalannya barangkali tinggal bagaimana keseriusan para pengelola negara ini dan para pemangku kepentingan lainnya untuk membuat terobosan-terobosan brilian dalam sektor pariwisata, termasuk dalam hal ini bagaimana mengkreasi sebuah brand yang jelas, dan juga kuat, yang bakal mampu mengatrol citra pariwisata kita di pasar internasional, sehingga Indonesia menjadi sebuah negara yang “wajib” dikunjungi.

Oleh karena itu, selain terus membenahi infrastruktur pariwisata kita dan melakukan promosi yang sinambung, keberadaan brand yang jelas dan kuat dibutuhkan jika ingin sektor pariwisata kita kembali bangkit serta moncer dan lebih mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.

Dalam hal nomaden digital, kita berharap bahwa mereka pada akhirnya juga akan memilih tempat-tepat lainnya, di luar Bali, yang ada di Indonesia. Bagaimanapun, Indonesia bukan cuma Bali. Ada Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan tentu saja Jawa, serta pulau-pulau lainnya.

Selain infrastruktur pariwisata, kekayaan alam dan budaya, untuk turut menarik kedatangan nomaden digital, masing-masing pemerintah daerah tentunya perlu melengkapi daerahnya dengan fasilitas pokok yang memang dibutuhkan para nomaden digital yakni koneksi internet yang prima dan andal serta coworking space.

Semakin banyak daerah di Tanah Air yang menjadi tujuan nomaden digital tentu semakin baik karena akan melahirkan efek berganda yang positif bagi perekonomian masyarakat lokal.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image