Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Tetangga, Emang Gue Pikirin

Gaya Hidup | 2023-09-14 20:53:07

Katanya, tetangga adalah keluarga terdekat kita. Maksudnya pernyataan ini adalah jika suatu saat kita butuh pertolongan, maka orang yang paling dekat dengan kita, yakni tetanggalah yang akan kita minta pertolongannya terlebih dulu. Walau bukan kerabat atau ada silsilah darah pada keluarga.

Tetangga tinggal Kerangka Jenazah

Warga Cinere, Depok, gempar mendengar kabar ditemukannya dua kerangka manusia di salah satu rumah di Perum Bukit Cinere Indah, Jalan Pesanggrahan, Kamis (7/9). Diduga dua kerangka tersebut merupakan ibu dan anak berinisial GAH (65 tahun), dan DAW (38 tahun). Penemuan kerangka manusia itu berawal saat warga memberitahukan kepada petugas keamanan bahwa korban sudah tak keluar rumah hampir satu bulan. (republika.co.id, 8/9/2023)

Kasus ini mirip dengan kasus Kalideres pada tahun

2022. Ditemukan jenazah satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak mereka. Oleh karena itu, pihak kepolisian akan mengolah TKP dengan pola yang sama.

Sungguh miris, sudah secuek itukah kondisi masyarakat kini? Hingga korban ditemukan sudah membusuk bahkan tinggal kerangka.

Emang Gue Pikirin

Hidup di zaman ini, yang katanya menjunjung tinggi nilai privasi, malah menghantarkan pada sikap cuek, individualisme. Sebagaimana info yang didapatkan di lapangan, keluarga di Kalideres dan Cinere merupakan keluarga yang tertutup. Mereka mengisolasi diri dari lingkungan tempat tinggalnya.

Padahal kedua keluarga ini tinggal di perumahan yang elite. Namun, kondisi rumah yang berantakan, korban yang lama tidak terlihat keluar rumah, putusnya aliran listrik atau air, dan yang semisal ini tidak menjadi perhatian dan kekhawatiran warga sekitar. Hingga akhirnya bau busuk tercium dan korban ditemukan dalam kondisi membusuk hingga tinggal kerangka saja.

Di satu sisi, ketika ada rasa kepedulian pada tetangga, justru di cap negatif. Disebut ikut campur, kepo hingga nyinyir. Inilah potret buram interaksi masyarakat saat ini. Ia lahir dari rahim sistem kapitalisme. Karakter masyarakat yang empati, peduli, berkasih sayang kini berubah menjadi apatis dan individualis.

Manusia lebih fokus dan mementingkan dirinya, keluarganya dibandingkan orang sekitarnya. Yang penting dirinya aman, sehat, nyaman, selamat, tak peduli bagaimana kondisi yang lainnya. Wajar jika nanti kembali muncul kasus serupa jika karakter ini tak segera diperbaiki.

Pentingnya Tetangga dalam Islam

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki pandangan khas mengenai tetangga. Begitu banyak hadist dari Rasulullah saw yang memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tetangga, tidak berbuat dzalim pada tetangga. Semuanya dilaksanakan dengan ringan dan optimal dalam balutan keimanan.

Islam sebagai way of life mempunyai ciri khas dalam bermasyarakat. Semuanya dibangun berlandaskan akidah islam. Ada beberapa lapis pilar pembangun kehidupan masyarakat islam. Pertama, individu yang beriman dan bertakwa. Dengan berbekal keimanan dan ketakwaan, setiap individu akan aware atas apa saja kewajiban yang Allah swt perintahkan. Bukan hanya berkutat dalam ibadah sholat, puasa, tilawah saja. Tapi juga sadar wajibnya aktivitas amar makruf nahi munkar, dan berperilaku baik kepada tetangga.

Kedua, pemikiran islam yang hadir di tengah masyarakat. Dengan pemikiran islam yang dipahami anggota masyarakat, maka akan hadir satu warna yakni warna keimanan. Semua fenomena akan dikembalikan dengan kacamata islam. Hanya mempertimbangkan rida Allah saja, bukan lagi keuntungan dunia atau suka tidak suka pribadi.

Maka, akan hadir pula pandangan umum tentang kehidupan bertetangga dalam Islam. Sebagaimana yang sudah Rasulullah saw contohkan dan sebutkan berkali-kali dalam hadistnya, diantaranya, "Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Muslim).

Dari Abdullah bin Amr ra, bahwa Nabi Saw bersabda, “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya.” (HR at-Tirmidzi).

Ketiga, perasaan islam. Dengan berbekal keimanan dan ketakwaan, juga pemikiran islam, akan hadir perasaan islam. Yakni suka dan bencinya disandarkan pada suka dan benci Allah dan Rasul-Nya. Merasa benci dengan aktivitas zalim pada tetangga, sehingga takkan berani parkir kendaraan menutupi jalan atau pintu tetangganya. Takkan juga menutup mata dan telinga dengan keadaan tetangganya. Karena jika ada tetangganya yang bermaksiat, ia sadar akan ikut terkena dosanya. Atau jika ada tetangganya yang kelaparan sedangkan ia dan keluarga dalam keadaan kenyang, maka Allah memberikan predikat tidak beriman. Sebagaimana hadist Rasul, "Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya." (HR At-Thabrani).

Semua ini menjadi pilar pembentuk masyarakat islam yang khas dalam naungan institusi negara yang menerapkan islam sebagai sistem kehidupan. Sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah saw, para sahabat, dan generasi setelahnya.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image