Waspada! Sampah Plastik Ancam Keamanan Pangan
Gaya Hidup | 2023-09-09 14:33:14SAMPAH plastik telah menjadi persoalan global yang kian mengkhawatirkan. Polusi sampah plastik, baik dalam wujud makro plastik maupun mikro plastik, terjadi baik di daratan maupun di perairan kita. Di antara dampak dari polusi sampah plastik yang masif dewasa ini yaitu semakin terancamnya keamanan dan ketahanan pangan kita.
Bukan rahasia lagi, sampah plastik sekali pakai dewasa ini telah menjadi spesies invasif di sungai, pantai, dasar laut, dan perairan terbuka. Rata-rata secara global, setidaknya terdapat sepotong sampah plastik per setiap meter garis pantai, serta puluhan ribu potongan sampah plastik mengambang per setiap kilometer persegi lautan.
Hitung-hitungan yang pernah dilakukan oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyimpulkan bahwa dari kerusakan lingkungan tahunan akibat sampah plastik yang bernilai sekitar $75 miliar, perusahaan makanan dan minuman menjadi penyebab terbesar dan sekaligus bertanggung jawab atas sekitar dari 23 persen biaya kerugian yang ditimbulkan.
UNEP meyebut pencemaran sampah plastik pada ekosistem perairan dan daratan sangat mengancam ketahanan pangan. Menurut UNEP, lautan dan kehidupan laut serta mereka yang bergantung pada industri perikanan menanggung sebagian besar risiko ini, dengan perkiraan dampak tahunan negatif sebesar $13 miliar pada ekosistem laut.
Akibat sampah-sampah plastik yang memasuki kawasan perairan, hewan-hewan laut -- termasuk yang kita konsumsi -- harus menanggung risiko mengkonsumsi plastik, yang kemudian pada akhirnya dapat mengancam kesehatan manusia. .
Tak cuma di lautan, di daratan, sampah-sampah plastik juga mengancam hewan ternak kita, terutama hewan ternak ruminansia. Di berbagai rumah pemotongan hewan di seluruh dunia kerap ditemukan plastik di dalam tubuh hewan ternak.
Berdasarkan sejumlah kajian, plastik yang dimakan hewan ternak umumnya tidak dapat dicerna dan menyebabkan banyak efek kesehatan yang merugikan, termasuk hasil produk susu yang rendah, penurunan berat badan, penurunan kemampuan dalam membantu mengolah/membajak tanah, dan meningkatnya risiko penyakit penyerta dan kematian, yang tentu saja sangat merugikan para petani dan peternak akibat hilangnya produktivitas.
Sampah plastik yang dimakan oleh hewan ternak pada gilirannya akan memasuki rantai makanan manusia melalui produk susu maupun daging. Penelitian yang dilakukan D Cox et al memperkirakan bahwa manusia menelan atau menghirup sekitar 50.000 partikel plastik mikroskopis per tahun. Di antaranya lewat perantara bahan pangan yang telah tercemar sampah mikroplastik.
Sebegitu jauh,efek kesehatan dari paparan plastik kronis ini masih belum benar-benar diketahui. Meski demikian, sejumlah penelitian awal menyimpulkan bahwa masuknya mikroplastik ke dalam tubuh memiliki dampak negatif, terutama pada sistem endokrin dan sistem kekebalan manusia.
Mengatasi masalah
Menurut Kurtz & Sample dari International Food Policy Research Institute (IFPRI), persoalan sampah plastik yang kemudian masuk ke dalam ekosistem pangan kita tidak cukup hanya diselesaikan dengan kampanye-kampanye untuk mengubah kebiasaan membuang sampah sembarangan atau mendorong aktivitas daur ulang.
Karena masalahnya sudah sistemik, keduanya lebih mendorong kebijakan pengurangan sampah plastik, yang mencakup beberapa langkah berikut ini.
Pertama, regulasi yang melarang dan membatasi produksi serta distribusi barang-barang plastik yang tidak dibutuhkan.
Kedua, insentif konsumen untuk mendorong alternatif agar produk-produk plastik dapat digunakan kembali. Di sisi lain, mengganti wadah plastik yang diperlukan dengan bahan-bahan yang lebih mampu terurai secara alami.
Ketiga, regulasi yang memungkinkan permintaan pertanggungjawaban perusahaan yang memproduksi atau yang mengambil untung atas plastik dalam rantai pasokan mereka.
Keempat, insentif untuk membangun ekosistem pangan yang lebih baik, yang mengatur pemasaran produk makanan kemasan yang tidak sehat dan mendorong pilihan makanan yang lebih sehat serta berkelanjutan melalui pajak dan subsidi.
Pangan adalah kebutuhan setiap orang. Sejatinya, setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan bahan pangannya. Tanggungjawab yang lebih luas tentu saja ada di tangan pihak pemerintah, industri, produsen, dan akademisi.
Pada akhirnya, pengurangan sampah plastik harus mampu kita wujudkan demi menjamin keamanan dan ketahanan pangan kita, untuk masa kini dan di masa depan.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.