Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Kecerdasan Manusia: Naluri Menuju Keimanan kepada Allah

Agama | Saturday, 09 Sep 2023, 11:27 WIB
Dok. Republika.co.id

Naluri manusia adalah salah satu aspek yang paling menarik dalam kajian kehidupan manusia. Sejak zaman purba, manusia selalu memiliki dorongan batin yang kuat untuk mencari makna dalam kehidupan mereka. Salah satu aspek paling mendasar dari naluri manusia ini adalah keimanan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana naluri manusia membawa mereka untuk mengimani keberadaan Allah, mengakui-Nya sebagai Pencipta, Pemilik, dan Pemberi rezeki segala sesuatu, serta meresapi kekuasaan dan pengaturan-Nya dalam kehidupan mereka.

Allah adalah Khâliq (Pencipta) Semua

Salah satu aspek yang paling mendasar dalam keimanan manusia adalah pengakuan terhadap Allah sebagai Khâliq, yang berarti Pencipta. Ini adalah konsep yang telah ada dalam berbagai agama dan kepercayaan di seluruh dunia. Manusia memiliki naluri untuk mencari jawaban tentang asal-usul dan penciptaan segala sesuatu di sekitar mereka, dan Allah adalah jawaban yang ditemukan oleh banyak orang.

Dalam berbagai kitab suci, termasuk Al-Qur'an, Allah dinyatakan sebagai pencipta langit dan bumi, serta segala isinya. Naluri manusia yang mendalam mengarahkannya untuk memahami bahwa sesuatu yang begitu rumit dan indah ini tidak bisa tercipta begitu saja tanpa ada kekuatan yang lebih besar di baliknya. Allah adalah Khâliq yang menciptakan alam semesta dan semua makhluks dengan rapi dan penuh hikmah.

Allah adalah Mâlik (Pemilik) Segala Sesuatu

Naluri manusia juga mendorong mereka untuk mengakui Allah sebagai Mâlik, yang berarti Pemilik segala sesuatu. Ketika manusia memandang sekeliling, mereka melihat bahwa tidak ada yang benar-benar dimiliki oleh manusia itu sendiri. Semua yang mereka miliki, termasuk tubuh mereka sendiri, adalah pemberian dari Allah.
Segala sesuatu di dunia ini adalah titipan dari Allah kepada manusia.

Harta, kekayaan, keluarga, dan bahkan hidup itu sendiri adalah karunia-Nya. Inilah mengapa naluri manusia mendorong mereka untuk bersyukur kepada Allah sebagai Pemilik segala sesuatu dan merasa bertanggung jawab atas bagaimana mereka menggunakan apa yang telah diberikan-Nya.

Allah adalah Râziq (Pemberi Rezeki) yang Maha Kuasa

Keimanan manusia kepada Allah juga mencakup pengakuan bahwa Allah adalah Râziq, yang berarti Pemberi rezeki. Manusia cenderung merasa khawatir tentang pemenuhan kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mencari cara untuk mendapatkan makanan, pakaian, dan perlindungan. Namun, dalam kerangka naluri mereka, mereka juga merasa bahwa ada yang lebih besar di balik semua ini yang menyediakan rezeki.

Allah adalah sumber segala rezeki. Dia adalah yang memberi makan pada burung-burung di langit dan hewan-hewan di darat. Manusia, dengan naluri keimanannya, merasa yakin bahwa Allah akan memberikan rezeki kepada mereka sesuai dengan yang Dia tetapkan. Ini adalah dasar kepercayaan yang kuat dalam setiap kebudayaan dan agama.

Allah adalah Yang Menghidupkan dan Mematikan

Manusia secara naluriah memahami bahwa kehidupan adalah anugerah yang berharga. Namun, mereka juga menyadari bahwa kematian adalah bagian alamiah dari siklus kehidupan. Allah adalah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Naluri manusia memandang kematian sebagai pengembalian kepada-Nya dan hidup sebagai ujian yang diberikan-Nya.

Naluri ini juga memandang hidup dan kematian sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Ketika seseorang meninggal, mereka kembali kepada Allah, dan naluri manusia mengarahkan mereka untuk berdoa agar diberikan tempat yang baik di akhirat.

Allah adalah Yang Memberi Manfaat dan Mendatangkan Madharat

Naluri manusia tidak hanya mencari yang baik dalam kehidupan, tetapi juga berusaha untuk menghindari yang buruk. Mereka ingin mendapatkan manfaat dan menghindari kerugian. Dalam keimanan kepada Allah, manusia memahami bahwa Allah adalah yang memberi manfaat dan yang mendatangkan madharat.

Mereka berdoa kepada Allah untuk meminta pertolongan, perlindungan, dan kesejahteraan dalam hidup mereka. Mereka juga memohon agar dijauhkan dari bahaya dan bencana. Naluri ini mengakui bahwa Allah adalah pengatur segala sesuatu dalam kehidupan manusia dan memiliki kendali penuh atas kebaikan dan keburukan yang mereka alami.

Allah adalah Yang Esa dalam Mengabulkan Doa

Salah satu aspek yang paling mendalam dalam keimanan manusia adalah keyakinan bahwa Allah adalah Yang Esa dalam mengabulkan doa. Naluri manusia mengajarkan kepada mereka bahwa hanya Allah yang dapat mendengar dan mengabulkan doa mereka. Mereka mencari kenyamanan dan harapan dalam berdoa kepada-Nya.

Dalam berbagai agama, doa adalah bentuk komunikasi langsung antara manusia dan Allah. Naluri manusia yang mendalam mengarahkan mereka untuk berserah diri kepada-Nya melalui doa, percaya bahwa Allah mendengarkan setiap permohonan dan memberikan jawaban yang terbaik.

Allah adalah Yang Maha Kuasa Terhadap Segala Sesuatu

Ketika manusia menghadapi kesulitan dan tantangan dalam hidup, naluri mereka membawa mereka untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Allah adalah Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. Manusia merasa bahwa tidak ada yang terlalu besar atau terlalu sulit bagi Allah untuk menyelesaikannya.

Naluri ini mengajarkan kepada manusia untuk berserah diri kepada Allah dalam segala situasi. Mereka percaya bahwa Allah memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan dapat mengatasi setiap masalah dan kesulitan yang mereka hadapi.

Allah adalah Yang Menetapkan dan Mengatur Semuanya

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada berbagai keputusan dan pilihan. Naluri mereka membawa mereka untuk mencari panduan dan petunjuk. Dalam keimanan kepada Allah, mereka memahami bahwa Allah adalah Yang Menetapkan dan Mengatur segala sesuatu.

Manusia mencari petunjuk dalam Al-Qur'an dan ajaran agama mereka untuk menjalani kehidupan yang benar dan bermakna. Mereka percaya bahwa Allah memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan benar.

Allah adalah Yang Mengurusi Semuanya

Ketika manusia menghadapi masalah dan tantangan dalam hidup mereka, naluri manusia membawa mereka untuk mencari bantuan. Allah adalah Yang Mengurusi segala sesuatu. Manusia merasa bahwa Allah adalah pelindung dan penolong mereka dalam setiap situasi.

Naluri ini mengajarkan kepada manusia untuk mengandalkan Allah dalam setiap langkah hidup mereka. Mereka percaya bahwa Allah selalu ada untuk mendukung dan membimbing mereka melalui segala rintangan.

Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya

Salah satu aspek yang paling penting dalam keimanan manusia adalah keyakinan bahwa Allah adalah Yang Tunggal dan tidak memiliki sekutu. Ini adalah dasar dari konsep tauhid dalam Islam dan konsep monotheisme dalam berbagai agama lainnya.

Naluri manusia yang mendalam mengajarkan mereka untuk tidak menyekutukan Allah dengan apapun atau siapapun. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah dan dipercayai. Naluri ini mengarahkan mereka untuk menjauhi penyembahan kepada selain Allah dan memahami konsep kesempurnaan

Allah sebagai Yang Maha Esa.

Banyaknya Dalil dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang Rubûbiyah (Kekuasaan/Pemeliharaan) Allah
Untuk memperkuat keimanan kepada Allah dan konsep Rubûbiyah-Nya, terdapat banyak dalil dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menegaskan kekuasaan dan pemeliharaan Allah terhadap makhluk-Nya. Semua nash yang menyebutkan ar-Rabb (Sang Penguasa) atau mengandung konsep Rubûbiyah, seperti penciptaan, pemberian rezeki, kepemilikan, pengaturan, dan lainnya, adalah bukti nyata tentang kekuasaan Allah yang maha besar.

Al-Qur'an adalah sumber utama dalil-dalil Rubûbiyah Allah. Di dalamnya, kita menemukan banyak ayat yang menjelaskan bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi, memberi makan kepada semua makhluk-Nya, dan mengatur alam semesta dengan sempurna. Contohnya, dalam Surah Al-Baqarah ayat 164, Allah berfirman:
"Dan sesungguhnya di langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman." (Q.S. Al-Baqarah: 164)

Selain itu, As-Sunnah juga mengandung banyak hadis yang menggambarkan kekuasaan Allah dalam berbagai konteks. Hadis-hadis tersebut memberikan pandangan lebih lanjut tentang bagaimana Allah mengendalikan kehidupan manusia dan alam semesta.

Kesimpulannya, naluri manusia memandu mereka untuk mengimani Allah Yang Maha Kuasa dan mengakui-Nya sebagai Pencipta, Pemilik, dan Pemberi rezeki segala sesuatu. Keimanan ini tercermin dalam pengakuan bahwa Allah adalah Yang Menghidupkan dan Mematikan, Yang Memberi Manfaat dan Mendatangkan Madharat, Yang Esa dalam mengabulkan doa, Yang Maha Kuasa Terhadap Segala Sesuatu, Yang Menetapkan dan Mengatur Semuanya, serta Yang Mengurusi Semuanya.

Semua ini didukung oleh berbagai dalil dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menegaskan kekuasaan Allah. Konsep Rubûbiyah Allah adalah pondasi yang kuat dalam keimanan manusia dan menjadi panduan dalam menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan ketaatan kepada-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image