Tahun 2023 Kemungkinan Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Bumi
Gaya Hidup | 2023-09-07 20:01:28Tahun 2023 kemungkinan akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia. Suhu global selama musim panas di belahan Bumi Utara tercatat merupakan yang terpanas dalam sejarah Bumi sejauh ini. Demikian menurut pemantauan iklim Uni Eropa, pada hari Rabu [5/9/2023] kemarin.
Gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan melanda Asia, Afrika, Eropa, serta Amerika Utara selama tiga bulan terakhir ini, dengan dampak dramatis pada ekonomi, ekosistem, dan kesehatan manusia.
Menurut laporan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa,temperatur global rata-rata pada bulan Juni, Juli dan Agustus tahun ini adalah 16,77 derajat Celcius, melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2019 yaitu 16,48 derajat Celsius.
"Tiga bulan yang baru saja kita lalui adalah yang terpanas dalam kurang lebih 120.000 tahun, jadi sepanjang sejarah manusia," kata wakil direktur C3S, Samantha Burgess, seperti dikutip kantor berita Agence France Presse.
Organisasi Meteorologi Dunia [WMO] memperingatkan bahwa gelombang panas yang lebih sering dan intens menghasilkan polusi udara yang memperpendek masa hidup manusia dan merusak bentuk-bentuk kehidupan lainnya.
"Gelombang panas memperburuk kualitas udara, dengan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan manusia, ekosistem, pertanian, dan tentu saja kehidupan kita sehari-hari," ujar Direktur WMO, Petteri Taalas, dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB], Antonio Guterres, pernah menyatakan bahwa saat ini kita semua sudah tidak lagi berada di era pemanasan global, melainkan telah memasuki era pendidihan global. Kesimpulan Guterres itu pada temuan para ilmuwan bahwa Juli tahun 2023 ini menjadi bulan terpanas dalam sejarah kehidupan di Bumi.
Telah banyak bukti ilmiah maupun bukti empirik yang menunjukkan bahwa peningkatan temperatur global menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup kita.
Oleh sebab itu, para pengambil keputusan, dari mulai level lokal hingga global, dituntut mampu menelurkan sejumlah kebijakan antisipatif jangka panjang untuk mengantisipasi setiap risiko bencana terkait kenaikan suhu global yang mungkin muncul di daerah mereka sehingga dapat meminimalisir jatuhnya korban dan kerugian yang lebih besar.
Pada saat yang sama, kita semua perlu pula mulai membudayakan gaya hidup ramah iklim sebagai bagian dari ikhtiar kita dalam ikut menurunkan temperatur Bumi. Meminimalisir penggunaan pesawat udara, meminimalisir pemakaian kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, menghijaukan lingkungan dengan menanam pohon dan tumbuhan lainnya, melakukan efisiensi dalam pemakaian listrik, memperbanyak konsumsi makanan berbasis tumbuhan merupakan sejumlah langkah sederhana yang bisa kita lakukan dalam upaya ikut menurunkan emisi karbon dan laju peningkatan suhu Bumi.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.