Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tita Rahayu Sulaeman

Stop Melukai Diri Sendiri !

Sekolah | 2023-09-06 22:54:40
sumber gambar : istockphoto.com

“Kenapa kamu begini ? Ini pasti sakit !” Ibu guru bertanya kepada muridnya yang kedapatan melakukan tindakan melukai diri sendiri. Ditemukan luka sayatan benda tajam di pergelangan tangan si murid.

“Engga bu, ini tidak terasa apa-apa. Hidup saya lebih sakit”

“Bohong, itu pasti sakit ! Lihat berdarah begitu. Untuk apa kamu melukai diri sendiri seperti itu..?!” Seolah tidak puas dengan jawaban muridnya, Ibu guru kembali bertanya.

“Buat dijadikan story WA bu, biar pacar saya melihat”

Astagfirullahal’adziim

Ibu guru yang merupakan guru bagian kesiswaan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung bercerita kepada kami, yang datang ke sekolah sebagai pengisi Keputrian dari Komunitas Remaja Anti Gaul Bebas (RAGB) Bandung.

Orang tua mana yang tidak terluka melihat anak-anaknya terluka ? Demikian halnya dengan guru, yang menemukan anak didiknya melukai diri sendiri dengan benda tajam. Ada perasaan sedih dan menyesalkan perbuatan mereka. Setelah ditelusuri, anak-anak tersebut berasal dari keluarga broken home.

Tindakan melukai diri sendiri dikenal dengan istilah self harm. Tindakan self harm dikategorikan menjadi 3 macam berdasarkan tingkat keparahannya.Tingkatan self harm paling parah dan dilakukan dengan melukai dirinya yang bahkan bisa mengancam nyawa (Major self mutilation). Contoh major self mutilation yaitu memotong jari, mencungkil bola mata, dan lain sebagainya. Kategori kedua adalah Stereotypic self injury merupakan tindakan self harm yang dilakukan secara berulang-ulang namun tingkat keparahannya tidak seintens major self mutilation. Umumnya, penderita kelainan mental autisme akan melakukan self harm jenis ini. Contoh stereotypic self injury adalah memukul anggota tubuh atau membenturkan kepalanya ke tembok berulang kali. Jenis self harm berikutnya yaitu superficial self mutilation dengan tingkat keparahan cenderung lebih ringan dibandingkan jenis lainnya. Walau begitu, superficial self mutilation yang cenderung ringan ini tetap jangan diabaikan.Tindakan superficial self mutilation biasanya berupa menyayat kulit menggunakan benda tajam, menarik rambut sekuat tenaga, dan lain sebagainya (siloamhospitals.com 29/03/2023).

Tindakan self harm ini merupakan perilaku yang muncul akibat permasalahan mental yang dialami pelakunya. Dari beberapa kesaksian dalam konten di sosial media, mereka yang melakukan self harm sedang berusaha memindahkan rasa sakit dalam hati mereka pada luka fisik yang mereka buat. Parahnya, tindakan ini bisa menyebabkan kecanduan hingga pelaku mengulangi tindakannya.

Trending di Sosial Media

Sosial media telah banyak mempengaruhi kehidupan banyak orang. Tidak terkecuali remaja. Mereka para remaja yang memiliki akses terhadap sosial media, menjadi tahu tentang apa-apa saja yang sedang trend di kalangan mereka. Mulai dari dance challenge, tempat hidden gem yang harus dikunjungi, kuliner yang wajib dicoba dan lain sebagainya. Sangat kuat pengaruh sosial media, hingga mampu menggerakan netizen untuk melakukan hal yang sama.

Sayangnya, melukai diri sendiri (self harm) juga dijadikan konten hingga menjadi trend di kalangan remaja. Permasalahan yang dimiliki menjadi alasan untuk melakukan pelampiasan melukai diri. Pelaku yang tidak memiliki permasalahan mental pun bisa turut melakukan tindakan self harm/barcode karena ajakan temannya. Ada persepsi keren jika mereka memiliki bekas luka di tangannya.

Anak-anak remaja masih perlu dibimbing dalam menggunakan sosial media. Mereka harus memiliki filter dalam menyaring informasi mana yang baik dan tidak baik. Tidak setiap sesuatu yang trending di sosial media harus diikuti.

Pentingnya Peran Keluarga

Manusia hidup pastilah memiliki tantangan atau permasalahan yang harus dihadapi. Setiap level usia memiliki kadar kesulitannya masing-masing. Sangat disayangkan, bila anak-anak remaja sudah merasa hidupnya amat berat, sementara tantangan dan permasalahan hidup akan terus datang silih berganti di masa depan mereka.

Disinilah dibutuhkan peran keluarga. Pertama, untuk menanamkan akidah bahwa setiap kesulitan yang dialami mestilah dihadapi dengan kuat. Ada Allah sebagai pencipta manusia yang Maha penyayang, yang merupakan tempat bergantung dan tempat memohon pertolongan bagi setiap manusia. Akidah ini butuh ditanamkan pada anak-anak sejak kecil. Sehingga ketika beranjak dewasa, ia sudah memahami kepada siapa ia harus meminta pertolongan.

“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan” (QS. Al fatihah ; 5)

Allah swt menjanjikan kemudhan Bersama kesulitan. Allah swt berfirman,

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al insyirah ; 5-6)

Kedua, peran keluarga dibutuhkan untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi secara harmonis. Ketika anak-anak memiliki permasalahan atau bahkan sedang merasa tertekan karena suatu hal, maka anggota keluarga baik orang tua maupun kakak-adik bisa hadir sebagai teman berbicara. Diskusi yang hangat dibutuhkan hingga anak-anak yang sedang mengalami masalah mampu mengutarakan perasaannya. Orang tua hadir sebagai pendengar dan memberikan arahan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tanpa dibumbui dengan komentar-komentar negatif dan menghakimi. Sehingga anak tidak kapok bercerita kepada orang tua dan keluarganya. Rumah, orang tua dan keluarga semestinya menjadi tempat ternyaman bagi anak-anak untuk menceritakan keluh kesah dan masalah mereka.

Memaknai Hakikat Hidup

Seorang muslim memiliki pandangan yang khas terhadap kehidupan. Umat muslim meyakini bahwa kehidupan dunia bukanlah segalanya. Akan ada kehidupan abadi di akhirat kelak. Karena itu, setiap perbuatan yang ia akan lakukan harus dipikirkan, apakah perbuatannya itu diridhoi Allah atau tidak ? karena setelah akhir dari dunia, semua manusia akan kembali pada Allah swt penciptanya.

Allah swt menciptakan manusia untuk beribadah. Ibadah dalam arti luas adalah menjalankan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Maka setiap muslim akan fokus pada hal ini dalam hidupnya. Permasalahan yang dihadapi remaja biasanya seputar gaya hidup hedonisme, pergaulan bebas, romantisasi kecenderungan terhadap lawan jenis atau keresahan memikirkan masa depan. Setiap remaja muslim yang paham hakikat ia diciptakan, maka tidak akan tergiur untuk terlibat dalam permasalahan-permasalahan tersebut. Baginya, mengejar kehidupan abadi di akhirat jauh lebih penting dari itu semua.

Remaja muslim, stop melukai diri sendiri. Permasalahan apapun yang harus dihadapi, yakinlah bahwa Allah selalu hadir sebagai penolong bagi setiap umatnya. Bergabunglah dengan teman-teman yang selalu mendukung dalam kebaikan dan ketaatan. Sibukanlah hari-harimu dengan amal baik dan prestasi terbaik di hadapan Allah swt.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image