Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Pilihan Hidup: Mengikuti Jejak Raslullh antara Akhirat dan Dunia

Agama | Wednesday, 06 Sep 2023, 20:13 WIB
Dok. Republika.co.id

Rasûlullâh, yang merupakan utusan Allah dalam agama Islam, merupakan teladan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu metode pengajaran yang digunakan oleh beliau adalah metode perbandingan. Dalam tulisan ini, kita akan menjelaskan bagaimana Rasûlullâh menggunakan metode perbandingan dalam menyampaikan ilmu, dengan fokus pada perbandingan antara dunia dan akhirat serta antara orang yang menginginkan akhirat dan orang yang menginginkan dunia.

Metode perbandingan adalah salah satu cara yang efektif dalam memfasilitasi pemahaman. Dalam pepatah Arab yang bijak, kita mendengar ungkapan, 'Dengan lawannya, segala sesuatu akan menjadi sangat jelas.' Metode ini digunakan oleh Rasûlullâh untuk membantu para Sahabatnya memahami pelajaran dan arahannya.

Salah satu perbandingan yang sangat kuat yang dibuat oleh Rasûlullâh adalah perbandingan antara dunia dan akhirat. Dalam suatu hadits yang disampaikan dengan lantang, beliau berkata, "Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti salah seorang dari kalian mencelupkan jarinya ini (Yahya menunjuk jari telunjuk) di laut. Lihatlah apa yang ia dapatkan."

Dengan perbandingan sederhana ini, Rasûlullâh menjelaskan dengan gamblang bahwa dunia ini hanya sebentar, seperti air yang menempel di jari kita setelah dicelupkan ke laut. Sementara itu, akhirat adalah keabadian, dan kenikmatan serta kesenangannya tidak akan pernah berakhir.

Penting untuk diingat bahwa perbandingan ini tidak hanya sekadar kata-kata. Rasûlullâh menyampaikan pesannya dengan kejelasan yang luar biasa sehingga orang yang mendengar atau membacanya dapat dengan mudah memahami konsep ini. Melalui gambaran sederhana ini, Rasûlullâh mampu memberikan pandangan yang mendalam tentang kepentingan akhirat.

Selain perbandingan antara dunia dan akhirat, Rasûlullâh juga membandingkan dua jenis individu yang berbeda, yaitu orang yang menginginkan akhirat dan orang yang menginginkan dunia. Dalam hadits yang menyatakan, "Barangsiapa niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan mengumpulkan urusannya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, menceraiberaikan urusannya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya,".

Rasûlullâh membedakan dua orientasi hidup yang berlawanan.
Dalam perbandingan ini, kita melihat bahwa orang yang menginginkan akhirat diberkahi dengan kekayaan di hatinya, artinya mereka memiliki ketenangan batin dan kepuasan dalam hidup. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mengelola urusan mereka dengan baik. Di sisi lain, orang yang hanya menginginkan dunia akan hidup dalam ketidakpuasan, selalu merasa kurang, dan sering kali mencari kekayaan materi yang tidak pernah cukup.

Melalui perbandingan ini, Rasûlullâh mengingatkan kita tentang pentingnya memiliki tujuan hidup yang benar dan menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama. Dengan mengutamakan akhirat, kita dapat meraih kekayaan batin dan kesuksesan sejati yang akan membawa kita ke kebahagiaan abadi.

Kesimpulannya, metode perbandingan adalah salah satu alat pengajaran yang sangat efektif yang digunakan oleh Rasûlullâh dalam menyampaikan ilmu. Dengan membandingkan dunia dan akhirat, serta orang yang menginginkan akhirat dan dunia, beliau memberikan pandangan yang jelas dan tajam tentang nilai-nilai spiritual dan kehidupan yang benar. Semua pelajaran ini tetap relevan dalam kehidupan kita saat ini, mengingat pentingnya menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama dan mengutamakan nilai-nilai kekal.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image