Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zaky Al Hamzah, SH

AI: Manfaatkan Keunggulannya, Mitigasi Risikonya

Lomba | Thursday, 31 Aug 2023, 22:08 WIB

 

Oleh: Zaky Al Hamzah (Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi UPNV Jakarta)

Bambang dan Dodo, dua sahabat karib, tinggal di desa kecil di Jawa Tengah. Mereka hendak merantau bekerja di Kota Semarang -- di rumah kerabat Bambang. Untuk mencapai kota tujuan, keduanya harus naik mobil dan melintasi lereng gunung yang terjal, berjarak ratusan kilometer (Km). Ini perjalanan pertama paling jauh bagi keduanya.

Bambang adalah pribadi optimis. Dodo sebaliknya, pesimis. Saat keduanya naik mobil, Bambang melihat pemandangan alam dengan mata berbinar dari balik jendela mobil. Pria muda ini melihat lembah, hamparan sawah yang luas nan hijau serta pegunungan dengan ditaburi sinar keemasan dari matahari nun jauh.

Bambang mengisahkan pemandangan itu dengan antusias kepada Dodo. "Lihat Dodo, pemandangan pepohonan, lembah dan gunung itu sangat indah sekali. Rasakan deburan anginnya, sejuk sekali. Ini perjalanan yang luar biasa," ujar Bambang. Bambang senang, positif, dan merasa punya energi baru untuk merantau. Sebaliknya bagi Dodo. Saat melihat sisi luar mobil, Dodo melihat jalanan yang masih berbatu, lajur jalan berkelok-kelok, sesekali mobil dibanting ke kanan dan kiri dengan hempasan keras, membuat Dodo gugup dan cemas. “Bambang, kok kayak gini jalannya? Apa ndak bahaya?” ungkap Dodo, merasa khawatir. "Dari tadi, kendaraan mutar ke kanan kiri, kita terhuyung-huyung nih. Bagaimana jika mobilnya masuk jurang? Terpeleset di sungai?"

Setelah seharian perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah kerabat Bambang. Tiba dengan selamat. Kisah Bambang dan Dodo mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan ini, ada dua pilihan. Sikap optimis dan positif Bambang bisa membantu kita menjalani hidup ini dengan lebih mudah, meski di depan ada tantangan maupun masalah. Namun, sikap kewaspadaan dan kehati-hatian atau pesimis tetap punya andil penting bagi kita agar tetap memastikan kesadaran dan keselamatan diri. Berani mencoba hal baru dan belajar dari ketidakpastian.

Ribuan Tools AI

Saat artikel ini dibuat, tercatat ada 3.500 tools AI (Artificial Intelligence) atau Kecerdasan Buatan dengan 50 kategori pada situs www.futurepedia.io . Jumlah ini diperkirakan terus bertambah dari waktu ke waktu. Kini, kita memasuki era teknologi dan internet yang bergerak dengan cepat. Semuanya serba cepat, instan dan efisien. Ini bagian dari Era Revolusi Industri 4.0 yang bercirikan VUCA atau Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks), dan Ambiguity (tidak jelas). Gambaran jelas kondisi dan situasi di dunia bisnis di masa kini.

Bisa jadi, John McCarthy, seorang matematikawan dan ilmuwan komputer dari AS, tak menyangka, bila gagasan memperkenalkan konsep AI pada tahun 1956 bisa makin canggih di era sekarang. MCKINSEY & COMPANY, menerbitkan laporan bertajuk The Economic Potential of Generative AI: The Next Productivity Frontier, pada 14 Juni 2023. Perusahaan riset ini menilai, kita tidak lagi bisa mencegah membanjirnya AI yang kini makin disukai dan digunakan masyarakat dari waktu ke waktu. Perilisan ChatGPT oleh OpenAI pada November 2022. Empat bulan berikutnya, OpenAI merilis model bahasa besar baru atau LLM. LLM biasa disebut GPT-4 namun punya kemampuan yang jauh lebih baik daripada ChatGPT.

MCKINSEY & COMPANY ingin memberikan pemahaman kolektif, bahwa dunia harus siap menerima sekaligus memanfaatkan keberadaan AI. AI telah mengubah cara manusia untuk memahami dan berinteraksi dengan teknologi. AI bukanlah sekadar perangkat lunak atau algoritma biasa. Ini adalah jenis kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan untuk "menghasilkan" data, gambar, teks, dan bahkan musik secara otomatis. Ini bekerja dengan cara yang serupa dengan otak manusia dalam membuat sesuatu dari nol.

Berikut Pemanfaatan AI versi MCKINSEY & COMPANY:

1. Desain Grafis, Copywriting, Videografi dan Industri Kreatif

Generative AI mampu desain grafis secara unik, menarik, futuristik, cepat dan mudah digunakan. Membuat tulisan iklan dengan cepat, mengedit video hingga ratusan video dalam waktu singkat. Hal ini mempermudah siapa saja, termasuk perusahan untuk menciptakan logo, poster, alat kampanye, maupun materi pemasaran lainnya dengan cepat dan efisien.

2. Automasi dan Industri Manufaktur

Generative AI bisa mengoptimalkan proses produksi, mengurangi waktu produksi, dan mengidentifikasi potensi cacat. Hal ini bisa memangkas biaya produksi dan meningkatkan efisiensi bagi perusahaan.

3. Perawatan Kesehatan dan Penelitian Medis

Generative AI bermanfaat menganalisis data kesehatan pasien dan membantu dalam diagnosis penyakit yang kompleks. Hal ini memungkinkan dokter untuk memberikan perawatan yang lebih tepat dan personal kepada pasien mereka.

4. Membantu Pemulihan Ekonomi Global

Generative AI juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dengan memungkinkan efisiensi yang lebih besar, penghematan biaya, dan inovasi yang cepat, teknologi ini telah menjadi tulang punggung banyak industri.

5. Penyebarluasan Pendidikan dan Informasi

Dalam penelitian 'Peranan Teknologi Artificial Intelligence di Era Revolusi Industri 4.0', Alia Qonita Julia Selin, mengemukakan, bila saat ini dunia menghadapi fenomena lahirnya digitalisasi sistem pendidikan melalui inovasi aplikasi teknologi seperti Massive Open Online Course (MOOC) dan AI. AI bisa membantu pembelajaran secara infividual, yang mampu melakukan pencarian informasi dan menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif. Sehingga, siswa yang tinggal di daerah terpencil pun bisa mengakses informasi pendidikan yang lengkap dan bagus, dengan syarat terdapat jaringan internet.

Mitigasi Risikonya

Bagaimana menghadapi AI jika disalahgunakan? Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengajak ilmuwan untuk melakukan mitigasi perkembangan dan penggunaan AI. Saat ini AI telah banyak disalahgunakan untuk mengeksploitasi manusia oleh manusia lain. AI juga telah memudahkan surveilans, persuasi, dan juga kendali, termasuk mengendalikan perilaku manusia. "Kuasa yang dihasilkan dari penggunaan teknologi AI merupakan kuasa intrumentarianisme (instrumentarianism power). Kuasa ini kontras dengan kuasa totalitarianisme (totalitarianism power)," ujar Prof Fathul, pada penyerahan Surat Keputusan Jabatan Akademik Profesor kepada Drs Allwar, MSc, PhD di Yogyakarta, Kamis (19/1/2023) dikutip www.republika.co.id

Fathul mencontohkan, Robert Oppenheimer, ahli fisika berkebangsaan Amerika, yang dikenal sebagai bapak bom atom. Robert Oppenheimer menyesal karena bom atom buatannya telah membunuh ratusan ribu orang. Pada suatu saat, dia menyatakan, 'tanganku berlumuran darah.'

Kasus lain dialami Mikhail Kalashnikov, penemu senapan serbu AK-47, yang sangat terkenal karena desainnya yang sederhana, mudah diproduksi, dan mudah dirawat. Kalashnikov menyadari senapan temuannya telah digunakan di banyak peperangan dan konflik senjata dan telah membunuh banyak orang. Suatu saat menjelang kematiannya, Kalashnikov mengakui merasakan 'penderitaan spiritual yang sangat perih.

Penyesalan serupa dialami Alfred Nobel, penemu dinamit, yang nama ini juga digunakan sebagai nama penghargaan untuk ilmuwan dalam beragam bidang. Semula, dinamit digunakan untuk kepentingan sipil. Akan tetapi bergeser untuk perang. Saat mendengar dinamit dijadikan perang, Alfred Nobel dihantui oleh kematian dan kerusakan yang diakibatkan oleh temuannya sendiri. Dia lantas membuat surat wasiat yang ditinggalkan dan meminta kekayaannya dimanfaatkan untuk mendirikan yayasan yang merayakan pencapaian ilmu pengetahuan dan perdamaian.

OpenAI, pendiri ChatGPT, pun menyadari dampak buruk AI bagi kehidupan manusia di masa depan. Sebab, bisa saja, AI dikendalikan orang yang salah seperti pengembangan untuk menyebar virus komputer, pembuatan senjata atau sejenisnya, yang dapat merugikan umat manusia. Untuk itu, media TechSpot mengulas, OpenAI pun membentuk tim untuk melakukan mitigasi risiko teknologi AI. Tim itu akan melakukan terobosan ilmiah dan teknis untuk bisa mengendalikan sistem AI yang jauh lebih pintar daripada manusia.

OpenAI yakin superintelligence atau kecerdasan buatan super akan menjadi teknologi paling canggih yang pernah ditemukan dan dapat membantu menyelesaikan banyak masalah dunia. Akan tetapi, dibalik kecanggihan teknologi, teknologi itu bisa menyerang balik manusia karena dapat dikendalikan penjahat siber tertentu untuk tujuan jahat.

Jika ini terjadi, akan menyebabkan ketidakberdayaan umat manusia atau bahkan kepunahan manusia. “Saat ini, kami tidak memiliki solusi untuk mengendalikan AI yang berpotensi superintelligent, dan mencegahnya menjadi jahat,” tulis salah satu pendiri OpenAI Ilya Sutskever dan Jan Leike, co-head tim OpenAI.

Namun, AI adalah alat. Pengendalinya tetap manusia. Selayaknya kita belajar dari optimisme Bambang dalam mengadapi dunia baru, namun tetap meningkatkan kewaspadaan seperti sikap Dodo. Berani mencoba hal baru dan belajar dari ketidakpastian. (*)

#hutrol28 #lombanulisretizen #republikawritingcompetition #ArtificialIntelligence #KecerdasanBuatan #AI

( email: [email protected] )

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image