Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eristya Dwi Junianti

Pra Pernikahan dalam Membentuk Rumah Tangga yang Harmonis

Curhat | Thursday, 31 Aug 2023, 16:32 WIB

Pernikahan adalah hubungan dua insan yang akan di satukan dengan ijab kabul atau janji suci dan sakral, dalam sebuah pernikahan memerlukan kesiapan secara fisik maupun mental, karena pernikahan bukan hanya sekedar hubungan yang mudah putus begitu saja seperti orang yang sedang pacaran, dan proses di dalam pernikahan untuk memutuskan hubungan itu bukan hanya sekedar ucapan dan kata saja, tetapi memerlukan sebuah syarat dalam menyelesaikan suatu hubungan.

Pernikahan itu sifatnya bukan main - main yang di mana hubungan seperti pacaran, banyaknya sebuah pernikahan yang terlalu terburu - buru dan cepat, hanya karena sebuah nasehat dan dorongan dari orang terdekat maupun yang jauh, tapi tidak memikirkan diri sendiri, dan ini membuat kita mengambil keputusan yang salah, sebab pernikahan itu adalah sebuah pilihan yang kita tentukan apakah akan siap atau tidak, bukan berarti harus ada campur tangan orang lain, sebuah nasehat baik memang harus kita ambil, tetapi keputusan sejati itu ada di tangan sendiri, pernikahan yang terlalu cepat dan terburu - buru membuat kita di berikan dua pilihan yaitu : bertahan atau bercerai, maka dari itu pilihlah pasangan yang membuat kita merasakan positif, damai, nyaman, dan tentram, sehingga bisa membangun rumah tangga yang harmonis.

Rumah tangga yang harmonis itu datangnya pada sifat kita masing - masing, kemudian saling menyanyangi, menghormati, menghargai, dan mendukung satu sama lainnya, ini merupakan landasan cinta di dalam suatu kehidupan, kemudian ada yang namanya komunikasi, saling jujur atau terbuka, rasa percaya, sebuah komitmen ( janji yang di teguhkan ), dan saling pengertian, ini adalah kunci hubungan akan awet dan terus bersama sampai selamanya, baik itu masih dalam bentuk pacaran atau sudah di dalam pernikahan.

Lantas bagaimana kita harus menjawab sebuah pertanyaan yang selalu di lontarkan atau di ucapkan dengan keluarga atau masyarakat, yang mungkin sering kali mempertanyakan tentang hal ini, di sini ada banyak sebuah jawaban yang mungkin bisa membalas pertanyaan dengan baik dan benar, dan juga berhasil dalam meyakinkan bagaimana bentuk pernikahan itu menurut versi kamu sendiri.

• Cara menjawab dan membalas dengan sebuah pertanyaan dengan kata "kapan nikahnya?" dengan baik dan benar, yaitu :

1. Menikah itu di waktu yang tepat, bukan di waktu yang cepat

2. Ngak masalah jika keputusan itu berlangsung lama, daripada menyesalinya seumur hidup

3. Menikah itu harus siap secara fisik dan mental, kalau belum siap menikah lebih baik menundanya terlebih dahulu, ini menunda bukan berarti ngak usah nikah sekalian, bukan itu maksudnya, dan menikah itu bukan di jadikan trend karena teman, saudara, atau orang yang kamu lihat udah nikah, terus kamu terburu - buru dengan hal itu, kemudian bikin caption udah laku nih senggol dong, niat menikah bukan di jadikan ajang lakunya seseorang, karena menikah itu hubungan yang serius bukan seperti pacaran hubungan yang mudah putusnya kemudian punya banyak mantan

4. Kalau niat menikah masih terpaksa, yang ada akan sulit nantinya untuk menjalani pernikahan, yah walau cukup jalani aja nanti juga akan terbiasa, tapi kalau misalnya hati terpaksa yang ada feelnya akan berbeda dengan seseorang yang sudah siap menikah

5. Kalau menikah pasti butuh calon pengantinnya, kalau belum ada gimana, masa iya nikah sama diri sendiri, seperti kasusnya di luar negeri yang menikah sama diri sendiri, kemudian hanya berlangsung sesaat, karena mungkin muak sama dirinya sendiri

6. Menikah itu bukan hanya karena nafsu yang sudah tak tahan lagi, istilahnya sudah kebelet menikah, kalau gitu sebelum menikah kenapa ngak melakukan hubungan itu bisa aja kan, berarti tandanya menikah itu bukan hanya sekedar nafsu sesaat tapi harus berdasarkan iman dan kepercayaan yang di miliki kedua belah pihak

7. Kalau belum menemukan calonnya, berarti tandanya kamu di suruh untuk memperbaiki diri, yang kemudian di pertemukan dengan seseorang yang mirip denganmu, pasti sifatnya sebelas dua belas sama kamu, kan jodoh itu cerminan sama diri sendiri

8. Menikah memang adalah pilihan, tapi kalau takdir belum mempertemukannya mau gimana, yah memang harus di cari, tapi kalau belum bertemu mau gimana, terkadang bisa saja kamu gagal sebelum pernikahan, berarti tandanya kamu belum menemukan takdir yang sejati itu hanya takdir sesaat, karena kalau sudah sejati pasti akan sampai ke pelaminan dan melangsungkan pernikahan

9. Menikah itu bukan permainan seperti orang yang lagi pacaran, ini hubungan di bawa arah yang lebih serius, yah memang ketika sudah menikah itu baru awal hubungan kamu dengan seseorang karena kamu akan melewati fase menjalani hubungan yang seumur hidup beda dengan orang yang berpacaran, maka butuh kesiapan jika harus menikah, seperti halnya melewati kehidupan ini

10. Banyak kasus perceraian karena sebuah perselisihan rumah tangga, yah memang wajar soal itu, tapi paling banyak tentang perselingkuhan, sebelum menikah saja banyak yang seperti itu, maka butuh bukan hanya sekedar cinta, tapi sebuah komitmen dan keyakinan yang berdasarkam iman dan sifat di masing - masing kedua belah pihak

11. Sebenarnya menikah butuh kematangan secara mental, karena setelah menikah mental akan di uji, baik itu masalah yang datang secara tiba - tiba atau masalah yang muncul karena tahu penyebabnya, maka dari itu butuh pasangan yang bisa saling bertukar pendapat dan bisa mengendalikan emosinya supaya bisa menyelesaikan masalahnya secara bersama

12. Kata orang yah ngak bakal tahu kalau belum mencobanya, tapi ini dalam kasus apa dulu, karena pernikahan itu bukan seperti uji coba, menikah bukan sebagai ajang hanya karena penasaran aja, memang sebuah pertunjukkan gitu, apa karena mau di lihat banyak orang karena sudah lakunya, orang yang pacaran aja bisa kok di bilang seperti itu, lakunya karena sudah menemukan pasangan, ini hubungan yang akan di bawa seumur hidup, kalau misalnya penasaran itu selesai, terus mau bercerai seperti itu

13. Dan juga kalau belum menikah di bilang ngak laku, memang barang apa, kita ini manusia makhluk yang nyata, sedangkan barang adalah benda mati, masa mau di samakan ratakan dengan benda mati sih

14. Menikah itu sama aja komitmen yang kamu pegang, kalau belum ada komitmennya kamu akan mudah goyah karena tertimpa apapun hanya karena masalah atau mungkin masalah itu di buat sama diri sendiri, maka akan menimbulkan perselisihan dalam sebuah pernikahan

15. Menikah bukan hanya sekedar bisa buat anak aja, itu mah alami dalam sebuah pernikahan, sebelum itu sebenarnya bisa aja, kemudian ketika sudah punya anak, merasa akan terbebani dengan semua itu, padahal yang buat siapa yang di salahkan siapa, anak yang di jadikan pelampiasan dalam semua ini, berani berbuat berani bertanggung jawab dong, setelah di lahirkan langsung mengungkit biaya sudah berapa yang di keluarkan, anak akan menghargai dan menghormati orang yang lebih tua karena memang tugasnya seperti itu, kalau misalnya di hargaiin dan di hormati juga, kan hidup ini harus balance ( seimbang ) dan metualisme ( saling menguntungkan )

16. Ingat pernikahan itu sekali seumur hidup, bukan berkali - kali seumur hidup, seperti halnya kita ini hidup cuma hanya sekali, dan juga memangnya pelajaran matematika dan sains, yang bisa di coba berkali - kali, itu mah buat anak bukan sebuah hubungan, kalau sampah yang di daur ulang akan menguntungkan dari segi dapat uang atau supaya orang lebih kreatif dengan sampah yang bisa di gunakan, kemudian di olah menjadi barang yang bermanfaat, kalau hubungan apa yang di untungkan hanya cinta aja, tapi kalau uang akan habis karena sebuah kepercayaan yang di hancurkan dan di runtuhkan, orang seperti itu adalah sampah masyarakat, sepertinya harus di hilangkan

17. Sebelum menikah aku ingin mengejar karir dan bekerja keras, supaya tidak di manfaatkan oleh pasangan sendiri, jika orang sudah menyakiti maka akan berbuat semena - mena dan seenaknya saja, maka dari itu kerja keraslah, kalau sudah seperti itu maka dia yang akan keluar dari istanamu sendiri

18. Dan juga kita harus menggunakan logika bukan hanya sekedar hati saja, maka dari itu sebelum menikah harus berhati - hati dengan pasangan yang akan dipilih, maka dari itu sebelum menikah anggap saja lagi belajar untuk memahami bagaimana jika menanggapi seseorang yang menyebalkan di seumur hidupmu, karena kan pernikahan kan itu sekali seumur hidup

19. Kalau belum siap, kenapa ngak. Masa iya harus siap terus, kalau belum kenapa ngak, seperti halnya kalau bisa malas kenapa harus rajin, masa rajin terus, malas itu bukan berartian buruk tapi istirahat sejenak untuk melupakan masalah yang ada, seperti halnya pernikahan kalau masih bisa memilih mana yang baik kenapa tidak, bukan yang terbaik tapi lumayan lah sabagai pasangan seumur hidup, karena ngak ada manusia yang sempurna, adanya manusia yang lebih baik daripada sebelumnya, kemudian bangkit lagi, seperti halnya hubungan kemudian melangsungkan pernikahan

20. Menikah itu bukan sebagai ajang pertunjukkan yang akan di tonton banyak orang emangnya lagi konser, konser aja butuh uang apalagi menikah, soalnya banyak kasus pasangan yang minta maharnya di luar angkasa atau kita yang mengalaminya sendiri, yah makanya menikah itu bukan hanya siap secara fisik dan mental, tapi tentang kebutuhan lainnya ini secara realistis aja

Maka menikahlah di waktu yang tepat, bukan di waktu yang cepat, jika kamu siap dengan adanya pernikahan kenapa tidak, jangan menikah cepat hanya karena terlalu melihat dan mendengar perkataan orang terdekat maupun jauh, memang itu adalah sebuah nasehat yang positif, tapi perlu di ingat keputusan yang baik dan benar itu ada di tangan kita sendiri, maupun cepat atau lambat, yang penting tepat dengan sasaran untuk menjalani kehidupan ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image